Eunwoo hanya tersenyum sembari menatap kedua manik mata Dahyun. "Nanti juga kamu akan tau. Lupakan saja kata-kataku barusan dan lebih baik kita lanjutkan pelajaranmu."
Pada akhirnya mereka berdua melanjutkan kegiatan mereka itu. Eunwoo mengajari Dahyun selama tiga bulan. Dan Dahyun tetap rutin membayar Eunwoo meskipun tau laki-laki itu adalah seorang konglomerat. Tibalah hari dimana seluruh pelajar SMA Korea Selatan mengikuti sebuah ujian masuk Universitas yang dipilih mereka.
Di hari penting tersebut, Eunwoo mendapatkan pesan dari Dahyun. Sebuah pesan yang berisi ajakan bertemu di restoran siap saji, tempat mereka berdua pernah makan bersama ketika selesai bimbingan konselingnya Dahyun.
Eunwoo bergegas ke tempat tersebut. Sesampainya disana, ia melihat Dahyun dengan sweater pink-nya yang dipadukan dengan rok panjang berwarna putih. Rambut panjang hitam yang dibiarkan tergerai serta bando dengan warna senada di kepalanya. Eunwoo terpana sejenak sebelum menghampiri gadis itu. Dahyun yang sedang memasukkan sebuah kentang goreng ke dalam mulutnya itu terlihat anggun dan imut di mata Eunwoo.
Eunwoo segera menyadarkan dirinya dari lamunan itu dan menghampiri Dahyun yang tengah menunggunya itu. "Maaf. Sepertinya aku sedikit terlambat."
"Tidak masalah, oppa."
"Kenapa kau mengajakku bertemu hari ini? Bukankah jam-jam sekarang, harusnya kau tengah mengikuti ujian masuk perguruan tinggi?" tanya Eunwoo.
Dahyun tersenyum penuh arti. "Itulah hal yang ingin aku bicarakan padamu, oppa."
"Baik, katakanlah!"
"Aku sudah diterima di salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat. Tentu saja jurusan kedokteran seperti yang pernah kukatakan saat itu. Aku sudah mendiskusikan dengan keluargaku telah setuju. Aku akan berangkat sekitar dua bulan lagi setelah selesai mengurus visa dan segala macamnya," jelas Dahyun dengan serius.
Eunwoo mengangguk sebagai tanda ia mengerti dengan penjelasan Dahyun. Tanpa ia sadari, Eunwoo mengernyitkan dahinya dan ujung bibirnya yang sedari tadi naik langsung turun. Dahyun yang menyadari ekspresi tidak senang Eunwoo kembali berbicara.
"Oppa..." panggil Dahyun.
Eunwoo menatap Dahyun dan berusaha menarik kembali ujung bibirnya. "Iya, ada apa?"
Dahyun mengalihkan pandangannya dari Eunwoo. "Ini terkait pengakuanmu dalam bentuk lamaran dadakanmu beberapa bulan yang lalu. Jika kau ingin tau apakah aku menyukaimu atau tidak, jawabannya adalah aku menyukaimu. Tapi itu bukanlah jawaban atas pengakuanmu sebelumnya. Aku ingin mengutarakan perasaanku lagi dan menjawab pengakuanmu dengan lebih percaya diri lagi. Jadi tolong bantulah aku."
Dahyun terhenti sebentar, ia berusaha menahan air matanya. Entah mengapa ia ingin menangis sekarang. "Saat ini, aku bukanlah perempuan yang pantas bersanding denganmu. Aku tidak cantik. Aku tidak kaya. Aku tidak pintar. Dan yang paling penting, aku tidak percaya diri bisa bersanding denganmu. Jadi, bisakah kau menungguku? Aku ingin meraih mimpiku sembari mengumpulkan kepercayaan diri sehingga aku bisa merasa pantas saat bersanding denganmu."
Eunwoo yang menyadari kesedihan gadis di depannya itu pun berusaha menghiburnya dengan menggenggam tangan Dahyun dengan lembut. Kedua bola mata Eunwoo menatap Dahyun dengan dalam. "Aku akan menunggumu dengan sabar disini. Kejarlah mimpi dan kepercayaan dirimu. Aku akan menunggumu dengan perasaan dan cinta yang sama seperti sekarang. Mari kita saling bertemu lagi ketika kita sudah dalam versi yang terbaik untuk satu sama lain."
***
Suara sepatu high heels yang melangkah di bandara terdengar. Seorang wanita dengan rambut yang diikat Cepol ke atas berjalan menghampiri seorang pria yang tengah menggendong seorang balita. Kedatangan wanita itu disambut dengan pukulan di punggungnya oleh pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dahyun Shot
FanfictionSongfic & Fanfic Kumpulan kisah cinta Dahyun dengan idol pria lain dalam bentuk Oneshot, Twoshot, dan Threeshot.