What is Love 2 «Dahyun x Wonwoo»

72 14 0
                                    

Semenjak kejadian itu, setiap Dahyun melihat Wonwoo dari kejauhan, ia akan segera pergi menjauh. Wanita itu bingung harus melakukan apa. Selain itu, ia juga masih malu menghadapi pria itu. Selama empat tahun, Dahyun berkuliah di negeri Paman Sam itu. Ia sama sekali tidak pernah kepikiran untuk menjalin hubungan romantis dengan siapapun. Ia hanya ingin menikmati hidupnya sebagai orang biasa di sana.

Satu bulan setelah peristiwa panas itu, upacara kelulusan alias wisuda pun diadakan. Setelah penantian lama, akhirnya Dahyun lulus juga dari sana. Sayangnya, orang tuanya tidak hadir di acara wisudanya itu. Dahyun amat sangat merasa maklum mengenai hal itu. Ayahnya adalah Menteri Pendidikan, sedangkan ibunya sudah meninggal dunia.

Usai acara itu, Dahyun pun segera menaiki mobil yang dikendarai oleh ajudan pribadinya dan melaju ke bandara. Sudah empat tahun lamanya, wanita itu tidak pulang ke kampung halamannya. Perjalanan dari negeri Paman Sam ke Kekaisaran Kim menghabiskan waktu 15 jam. Waktu yang cukup lama dan sangat membosankan yang harus dilalui Dahyun di dalam pesawat.

Sesampainya dirinya di bandara Kekaisaran Kim, Dahyun yang kelelahan itu langsung disambut oleh awak media dan para wartawan yang sepertinya memang mengincar kepulangannya. Untung saja para ajudannya siap melindunginya agar tidak berkontak fisik dengan para wartawan itu. Dahyun merutuk dalam hatinya. Sebenarnya siapa orang yang telah membocorkan jadwal kepulangannya.

Menjadi putri semata wayang dari Menteri Pendidikan Kekaisaran Kim yang sangat terkenal itu benar-benar melelahkan. Atensi publik sering tertuju padanya. Itulah sebabnya ia memilih melanjutkan pendidikan di negara lain, meskipun ayahnya sendiri cukup menentang keputusannya di kala itu. Walaupun ditentang, setidaknya sekarang ia sudah menyelesaikan studi itu.

Dahyun tetap melangkahkan kakinya perlahan meskipun sekarang bagian kanan kirinya berdempet-dempetan dengan para ajudan yang berusaha melindunginya itu. Tujuannya adalah mobil jemputan yang tengah menunggu untuk mengangkut dirinya pulang. Mendadak Dahyun merasa ingin mengeluarkan isi perutnya sekarang. Entah ia mual karena sehabis landing atau karena ramainya orang disekitarnya. Tapi yang pastinya, ia merasa tidak nyaman.

Setelah beberapa langkah, wanita itu pun akhirnya sampai di tujuan akhirnya, yaitu Mobil sedan hitam yang sudah berada di sana sejak satu jam yang lalu. Ia masuk ke dalam mobil itu bersama beberapa ajudan yang telah menemaninya barusan.

"Chae, apakah ada plastik? Aku tidak bisa menahannya lagi." Wajah wanita itu sudah pucat sekarang.

Wanita yang dipanggil Chae itu segera mencari plastik di dalam mobil itu. Setelah menemukannya, ia menyerahkannya kepada Dahyun. "Ini nona. Sepertinya sudah beberapa hari ini, anda mual-mual terus. Apakah anda yakin tidak salah makan? Atau anda keracunan makanan?"

"Tidak, Chae. Sepertinya kali ini karena tempat tadi terlalu ramai atau efek landing. Huwekkk...."

"Tapi anda sudah begini terus sejak seminggu yang lalu. Sebaiknya anda diperiksa oleh dokter pribadi anda nanti." Chae mengusap pelan punggung nona majikannya itu dengan raut wajah yang gusar. Setelah melihat Dahyun sudah selesai mengeluarkan isi perutnya, Chae memberikan beberapa lembar tisu padanya.

"Terima kasih, Chae. Aku setuju denganmu. Tolong kau panggilkan Dokter Dino ke kamarku nanti." Wajah wanita berkulit putih itu semakin pucat dari biasanya. Ia berusaha menormalkan pernapasannya.

"Baik, nona."

***

Sekarang Dahyun sudah berbaring di atas kasur empuk kesayangan miliknya yang sudah empat tahun lamanya, ia tinggalkan. Rasa mualnya masih belum hilang. Ia sudah lelah mengeluarkan isi perutnya seperti itu.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu terdengar. Dahyun mempersilahkan orang itu masuk. Terlihat seorang pria berambut hitam yang kira-kira berusia 40 tahun memasuki kamarnya bersama Chae. Pria itu adalah Dokter Dino, dokter pribadi keluarganya Dahyun.

"Selamat sore, Nona. Selamat kembali ke Kekaisaran Kim," sapa Dokter Dino.

"Terima kasih atas sambutan hangatmu, Dokter. Apakah kau bisa memeriksa kondisi kesehatanku sekarang? Aku benar-benar merasa tidak nyaman semingguan ini," keluh Dahyun yang masih berbaring di kasurnya.

"Apa gejala anda, Nona. Coba ceritakan lebih detail mengenai keluhan anda."

Dahyun berbicara dengan serius. "Sudah semingguan ini, aku terus menerus merasa mual. Selain itu, napsu makanku juga meningkat. Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan diriku?"

Dokter Dino langsung memeriksa Dahyun dengan cermat. Ia mengerutkan keningnya dalam waktu yang lama, kemudian kembali mengarahkan stetoskopnya di area perut Dahyun.

"Ada apa dengan raut wajahmu, Dokter?" tanya Dahyun yang kebingungan.

Dokter Dino melepaskan stetoskop dari telinganya. "Menurut diagnosa awal saya, sepertinya anda sedang mengandung, nona. Untuk lebih pasti, mari kita pergi ke ruang pemeriksaan saya."

Kedua mata Dahyun langsung melotot. Ia segera bangkit dari kasur kesayangannya itu. "Saya hamil, dokter? Apakah anda serius?"

"Dari yang saya periksa seperti itu hasilnya. Jika ingin lebih pasti, kita periksa di ruang pemeriksaan saya." Dokter Dino berjalan keluar dari kamar Dahyun.

Dahyun pun berjalan di belakang Dokter Dino. Hasil pemeriksaan barusan sangatlah tidak masuk akal baginya. Ia mulai memikirkan apa yang selama ini sudah ia lakukan. Flashback ingatannya jatuh kepada peristiwa panas di malam itu. Kedua pipi Dahyun memerah seketika.

Dahyun pun sampai di ruang pemeriksaan milik Dokter Dino yang memang masih berada tepat di dalam mansion milik keluarganya. Dahyun diminta untuk berbaring di atas kasur untuk diperiksa. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, Dokter Dino dengan yakin menyatakan bahwa Dahyun hamil.

"Apakah ada kemungkinan saat melakukan hubungan itu sekali saja langsung hamil, dokter?" tanya Dahyun yang terlihat cukup frustasi.

"Tentu saja ada. Setiap hubungan seksual yang dilakukan apalagi jika tidak disertai pencegahan pasti ada kemungkinan besar untuk hamil."

Chae yang mendengar hasil pemeriksaan itu pun syok berat dan berjalan mendekati majikannya itu. "Bagaimana bisa anda hamil, nona? Selama ini bukankah anda tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun? Apa yang harus kita katakan pada Tuan Besar?"

Dahyun memijat keningnya perlahan. "Diamlah, Chae! Aku yang akan mengurus hal itu."

***

Kini Dahyun sedang berada di meja makan bersama ayahnya, Jang Soo Ha. Suasana di sana cukup hangat. Meskipun sudah ditinggal oleh istrinya, ayahnya tetap menjadi pribadi yang sangat hangat untuk dirinya. Sedari tadi ayahnya itu terus menerus melontarkan pertanyaan mengenai kehidupannya di Amerika sana.

"Ada sesuatu yang ingin kukatakan, ayah," ujar Dahyun dengan raut wajah datarnya.

Jang Soo Ha yang masih dengan senyuman hangatnya menoleh ke arah Dahyun. "Katakan saja, sayang. Apapun yang kamu inginkan akan ayah kabulkan."

"Aku hamil."

Sendok yang dipegang oleh Jang Soo Ha langsung terjatuh ke lantai karena terkejut mendengar dua kata itu keluar dari mulut putri kesayangannya. "Apa?"

Dahyun ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang