Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jang Dahyun
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wanita berkulit putih pucat dengan rambut cokelat gelapnya terlihat sedang melangkah masuk ke dalam sebuah restoran. Di restoran itu sedang diselenggarakan acara untuk mempererat keakraban dengan mahasiswa tahun keempat dari jurusan lain. Jang Dahyun, putri dari Menteri Pendidikan di Kekaisaran Kim, saat itu merupakan mahasiswa tahun ke-4 jurusan Hubungan Internasional di salah satu universitas terkenal di Amerika Serikat.
Tidak ada yang tahu latar belakang keluarga Dahyun yang cukup berpengaruh itu. Ia sengaja menyembunyikannya agar bisa menjalani hari-harinya sebagai seorang mahasiswi dengan menyenangkan.
Ketika Dahyun masuk ke restoran itu, semua atensi tertuju pada gadis berkulit putih pucat itu. Pasalnya, di universitas mereka, Dahyun merupakan salah satu wanita yang sangat terkenal di kalangan mahasiswa maupun para dosen. Dirinya yang aktif mengikuti organisasi membuat dirinya semakin menonjol di antara semua orang.
"Maaf, aku baru datang sekarang. Tadi ada yang harus dikerjakan terlebih dahulu," kata Dahyun dengan wajah yang memelas.
Sam, selalu ketua panitia dari acara tersebut pun bangkit dari kursinya dan merangkul Dahyun menuju kursi yang masih kosong "Itu tidak masalah, Dahyun. Aku malah sangat berterima kasih karena kau mau menyisihkan sedikit waktumu untuk hadir dalam acara ini."
Dahyun hanya membalas perkataan itu dengan senyum manisnya. Ia pun mulai berbaur dengan orang-orang yang ada di sana. Tanpa wanita itu sadari, ada sepasang mata yang terus mengikuti gerak-geriknya sembari tersenyum tidak jelas.
"Tuan, saya rasa mata anda akan copot sebentar lagi jika terus-menerus menatapnya seperti itu," ujar seorang pria yang seumuran dengan Dahyun.
Kim Wonwoo, mahasiswa yang seangkatan dengan Dahyun yang dipanggil dengan sebutan "tuan" oleh pria itu langsung menatap pria yang merupakan asistennya itu dengan sinis. "Tidak usah banyak bicara."
"Lagipula ini adalah saat terakhir anda untuk mengajaknya berkencan. Sebentar lagi kita akan lulus dan baik anda maupun wanita itu akan kembali ke negara asal masing-masing. Anda akan sulit untuk menemuinya karena jadwal anda yang akan sangat padat," oceh Seungkwan, asistennya yang ikut berkuliah di tempat yang sama dengan Wonwoo.
