🦋Bag-16

165 20 0
                                    

Wilona baru pulang ngampus, alangkah terkejutnya ia ketika melihat Rora berlari menghampirinya dengan kening yang berdarah.

"De, kamu kenapa?" Tanya Wilona khawatir.

"Kak Winter ngedorong aku sampe jatoh dan gak sengaja membentur lemari kak." Rora menangis.

Rasanya Wilona ingin meledak. Mama dan saudara tirinya itu tidak ada hentinya membuat hidup mereka berdua menderita.

"Winter! Winter! Winter!" Teriak Wilona geram sambil mencari si pelaku.

"Kenapa kamu teriak manggil anakku hah?!" Datang Tamara dari arah tangga.

"Mama liat! Winter keterlaluan!" Wilona menunjuk kening Rora yang berdarah.

"Itu cuma luka ringan!" Tamara mencibir, "Wilo cepet kamu siap-siap! Hari ini akan datang keluarga Abraham ke sini."

"Gak mau!"

Plak! 

"Jangan membantah dan jangan membuatku malu seperti waktu itu lagi!" Tamara menjambak rambut Wilona. Wilona hanya bisa meringis.

Pintu bel rumah mereka berbunyi.

"Itu pasti keluarga Abraham, cepat ganti baju! Aku mau menyambut mereka dulu." Tamara menyeringai.

"Selamat Sore?" Sapa seorang laki-laki dengan pakaian rapi saat pintu itu terbuka.

"Pak Samuel?" Tamara terbelalak kaget.

"Iya, gimana kabarmu Tamara?" Laki-laki itu tersenyum.

"Baik pak. A-ada perlu apa pak Samuel datang kemari?" Tanyanya gugup.

"Ada yang sangat penting untuk dibicarakan." Jawab Samuel tegas.

"Mari masuk!"

Setelah mereka duduk di sofa. Laki-laki yang bernama Samuel itu mengibaskan pandangannya ke seluruh ruangan, "Di mana Wilona dan Rora? Tolong panggilkan mereka!"

Baru saja Tamara akan berdiri, Wilona dan Rora sudah menuruni anak tangga.

"Om Samuel?!" Wilona dan Rora langsung berlari memeluk Samuel.

Samuel adalah sahabat mendiang papanya. Dia bekerja sebagai pengacara.

"Aku datang kemari hanya ingin menyampaikan sesuatu pada kalian semua." Samuel membuka map di dalam tasnya.

"Karena sekarang Wilona sudah berumur 21 tahun dan Rora 17 tahun. Aku akan menyampaikan wasiat dari mendiang orang tua mereka." Ucap Samuel sambil memakai kacamatanya.

🦋🦋🦋

Samuel menyimpan kembali kertas ke dalam mapnya setelah selesai membacakan wasiat dari orang tua kandung Wilona dan Rora.

"Jadi, maksudmu aku dan Winter tidak mendapatkan secuil pun dari harta mereka?" Tamara mulai emosi.

Samuel mengangguk, "Itu semua tergantung Wilona dan rora. Kalo kamu memperlakukan mereka dengan baik, aku rasa tidak mungkin mereka tidak memberikanmu sedikit pun."

"Aku gak bakal ngasih sedikit pun buat mama." Ucap Wilona tegas.

Mereka semua terbelalak.

"Susah payah aku mengurus kalian berdua, jadi ini balasan kalian?! Dasar tidak tau terimakasih!" Tamara naik darah.

"Mama sama Winter selalu memperlakukan kita dengan kejam. Apalagi sama kak Wilo. Bahkan kak Wilo sampai nekad bunuh diri." Lirih Rora sambil menunduk.

"Benarkah itu Tamara?" Samuel menatap tajam Tamara.

Michyeogane [Travicky] END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang