Bilqis membuka matanya perlahan, ia meraba space di sampingnya dan tidak menemukan siapapun.
"Mas?" bisik Bilqis serak.
Wanita itu pun menatap jam, ternyata ia terbangun dini hari. Lalu ke mana suaminya itu? Apa Sean sedang mengerjakan skripsinya?
Bilqis menggeliat pelan dan memutuskan untuk membuat secangkir kopi serta camilan untuk sang suami.
Setelah beberapa menit berkutat di dapur, ia pun membawa nampan berisi secangkir kopi dan camilan yang ia buat ke arah balkon. Namun, dari jarak yang cukup jauh pun Bilqis bisa melihat bahwa Sean tidak sedang sendirian di sana.
Ia bahkan menyempatkan untuk mengucek matanya, berharap semua itu hanyalah ilusi karena dirinya baru saja terbangun.
"Siapa?" bisik Bilqis lirih. "Mas Sean? Kamu gak sendiri?" lanjutnya dengan suara yang lebih keras.
Langkahnya tiba-tiba terasa berat, sekuat tenaga Bilqis melangkah hingga terdengar suara 'krek'. Wanita itu pun menatap ke bawah, ternyata ia menginjak sebuah lollipop.
'Lollipop?'
Bilqis kembali menatap ke arah balkon, begitu terkejutnya ia saat melihat Sean kini tengah berciuman dengan seorang gadis.
Posisi Sean yang membelakangi Bilqis membuat wanita itu bisa melihat tangan mungil yang melingkar dengan mesra di pinggang sang suami.
Tubuh Bilqis gemetar hebat, tangannya lemas hingga nampan yang ia pegang pun terjatuh begitu saja—membuat sang gadis yang ada dipelukan Sean menatap ke arahnya dengan seringai yang cukup mengerikan.
"Enggak! Mas! Mas Sean!"
"Bil! Bilqis! Bangun, sayang."
Mata Bilqis terbuka paksa, ia melihat sekeliling ternyata dirinya masih berada di kamar dengan keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya.
Sean menatap Bilqis dengan khawatir, ia bergegas menopang punggung Bilqis dan membawanya bersandar di headboard ranjang.
'Jadi ... yang tadi itu mimpi? Semuanya cuma mimpi? Tapi kenapa rasanya ...' batin Bilqis resah. Entah mengapa semua mimpi itu terasa nyata baginya.
Bilqis menatap Sean yang tengah menatapnya juga, rasa curiga itu kembali hadir dalam benaknya ditambah tadi ia bermimpi aneh membuat Bilqis semakin mencurigai sang suami.
"Mas?"
"Ya? Udah mulai tenang? Kamu mimpi apa, sayang?" tanya Sean beruntun, ia sempatkan mengusap keringat yang ada di pelipis Bilqis.
"Kamu ... kamu bosen sama aku?"
Sean mengernyit bingung. "Hm? Bosen gimana?"
Mendengar jawaban Sean, entah mengapa membuat Bilqis semakin tak tenang, hingga ia dengan refleks langsung memegang bahu Sean—mencengkramnya dengan erat. "Kamu gak selingkuh, 'kan? Kamu ada main di belakang aku, hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Biggest Regret [END]
Romance❗️PART SUDAH TIDAK LENGKAP❗️ [HER BADBOY HUSBAND SEASON 2] Pernikahan bukanlah sebuah akhir, tetapi awal dari segalanya. Akankah kehidupan rumah tangga Sean dan Bilqis bahagia selamanya? Warning: harshwords dan adegan yang tidak patut untuk ditiru❗️...