Sesampainya di apartemen, Bilqis langsung mengobati pergelangan tangan Yesha, wanita itu terus menunduk dan menciumi tangan mungil Yesha yang terluka.
'Tangan semungil ini malah aku tarik-tarik, di mana perasaan kamu sebagai ibu, Bil?' batin Bilqis seraya terus menatap pergelangan tangan Yesha yang memerah.
"Hiks, maafin ummi ya, nak." Bilqis terisak lirih saat merasa dirinya hanya mementingkan ego dan membuat Yesha terluka.
Bilqis merasa gagal menjadi seorang ibu, karena terus mementingkan ego dan tanpa sadar tingkah kekanakkannya itu terkadang membuat si kembar terluka. Entah itu dengan perkataan, maupun perlakuannya pada Syifa dan Yesha—ketika Bilqis merasa sensitif. Ini bukan pertama kalinya, Bilqis juga pernah membentak Syifa saat bocah cilik itu terus membuat ulah.
Bilqis memejamkan matanya erat, perasaan bersalah itu selalu datang di saat ia sudah tersadar dan bisa mengendalikan emosinya. Tiap malam ia selalu mengecup kening Syifa dan Yesha disertai permintaan maaf jika ia tidak sengaja membentak ataupun mencubit si kembar.
Yesha yang melihat sang ummi terus menangis pun langsung menyentuh mata Bilqis dan mengusapnya pelan. "Nangis, no, no."
Mendengar ucapan Yesha, bukannya berhenti menangis, air mata Bilqis malah mengalir semakin deras. Wanita itu memeluk Yesha dan Syifa seraya terus menggumamkan kata maaf dengan bersungguh-sungguh.
"Maaf, maafin ummi ya, nak. Maaf karena ummi masih belum bisa jadi ibu yang baik buat kalian, hiks."
Dengan tangan mungilnya, Syifa mengusap pelan punggung Bilqis dan membuat wanita itu semakin merasa bersalah.
'Aku keterlaluan, kenapa aku selalu lampiasin emosiku sama anak-anak? Aku harusnya ngobrol baik-baik sama Mas Sean, tadi aku emang salah dan asal nuduh dia gitu aja. Aku harus minta maaf pas nanti Mas Sean pulang.'
●●●
Sean merasa penat, lelaki itu bisa melihat perbedaan sikap Kim dan Bilqis saat memperlakukan si kembar.
Entah mengapa, di matanya Kim bisa lebih dewasa dalam bersikap berbeda dengan Bilqis yang selalu mementingkan ego serta emosi.
Sejak pindah dan mengurus rumah tangga sendiri, emosi Bilqis sering tidak stabil. Bukan pertama kali Sean melihat Bilqis tanpa sadar menyakiti si kembar, ia mencoba menegur Bilqis sehalus mungkin, berharap perkataannya tidak menyinggung sang istri.
Namun, karena emosi Bilqis yang sering naik turun, kalimat teguran Sean bahkan bisa memicu pertengkaran bagi keduanya. Pada akhirnya, Sean selalu memendam semua emosinya dan mengalah untuk Bilqis.
Merasa Bilqis memang kelelahan dan butuh waktu untuk dirinya sendiri.
Lelaki itu menatap jam tangan dan bekalnya bergantian, lalu berjalan pelan menuju rooftop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biggest Regret [END]
Romance❗️PART SUDAH TIDAK LENGKAP❗️ [HER BADBOY HUSBAND SEASON 2] Pernikahan bukanlah sebuah akhir, tetapi awal dari segalanya. Akankah kehidupan rumah tangga Sean dan Bilqis bahagia selamanya? Warning: harshwords dan adegan yang tidak patut untuk ditiru❗️...