"Lo gak sendirian, Bil."

402 34 6
                                    

Sudah beberapa minggu berlalu setelah Bilqis mengetahui apa yang dilakukan Sean dengan wanita lain, ia menjadi lebih banyak diam dan melamun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah beberapa minggu berlalu setelah Bilqis mengetahui apa yang dilakukan Sean dengan wanita lain, ia menjadi lebih banyak diam dan melamun.

Hari-harinya dipenuhi rasa sakit saat membayangkan Sean telah melakukan zina dengan wanita selain dirinya, ia bahkan tidak tau sudah sejauh apa hal yang pernah mereka lakukan di belakang Bilqis.

"Ummi, ummi. Liat!"

Lamunan Bilqis buyar saat Syifa memperlihatkan sebuah buku gambar, di sana ada dirinya, Sean dan si kembar yang tengah berada di taman bunga—meskipun gambarnya acak-acakan tapi Bilqis tersenyum haru menatap gambar sang anak.

"Cipa yang gambar ini?"

Syifa mengangguk dengan semangat. "Cipa sayang Ummi dan Abi."

Bilqis tersenyum kecil seraya mengelus pipi Syifa dengan tangan gemetar, matanya terlihat kosong saat bertanya pada bocah cilik itu, "Syifa mau ikut Ummi atau Abi?" bisiknya pelan.

Syifa yang tidak mengerti apapun hanya menaikkan alisnya bingung, melihat respon Syifa—Bilqis kembali menangis tanpa suara, wanita itu dengan cepat menghapus air matanya yang terus mengalir—hatinya masih sakit, lukanya masih basah, Bilqis masih belum bisa berpikir dengan jernih.

Syifa yang kembali melihat sang ummi menangis pun langsung memegang pipi Bilqis, bocah cilik itu menatap Bilqis dengan sedih dan berujar dengan lirih, "Aku sayang Ummi."

Bilqis menahan mati-matian isak tangis yang hendak ia keluarkan, dengan nada bergetar wanita itu pamit untuk pergi ke toilet pada sang babysitter dan menitipkan Syifa padanya.

Di dalam kamar mandi, Bilqis yang tidak bisa menahan bobot tubuhnya pun langsung luruh seraya membekap mulutnya—menahan isak tangis agar ia tidak meraung dan menjerit-jerit karena rasa sakit ini.

Jika ia dan Sean hanya berpacaran, sudah pasti Bilqis akan langsung memutuskan Sean. Namun, dirinya dan lelaki itu telah menikah, Bilqis juga sangat menyayangi mama Leliana serta papa Adnan. Ia tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan.

"Aku harus gimana sekarang? Ya Allah tolong hamba-Mu ini, rasanya sakit. Aku gak bisa bayangin Mas Sean udah ngapain aja sama perempuan itu. Pada akhirnya aku sendirian, lagi. Mas, kamu udah ninggalin aku kayak ibu dan bapak dengan cara yang lebih menyakitkan."

Bilqis kembali menangis, wanita itu terus memendam semuanya sendirian. Ia hanya bisa menangis dan memanjatkan do'a pada Yang Maha Kuasa agar diberikan jalan terbaik sebagai seorang menantu, istri dan juga ibu.

●●●

"Mas, aku mau pulang ke Jakarta. Kamu sendirian di sini, gak papa?"

Sean yang tengah sarapan itu mengernyitkan dahi, ia tidak bisa melihat ekspresi Bilqis yang tengah memunggunginya karena sedang mencuci piring.

"Kenapa tiba-tiba banget?"

Biggest Regret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang