Yesha Sakit

340 27 5
                                    

Bilqis menatap sang suami yang masih terlelap di sampingnya, setelah kejadian hari itu, perlahan Sean kembali seperti dulu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bilqis menatap sang suami yang masih terlelap di sampingnya, setelah kejadian hari itu, perlahan Sean kembali seperti dulu lagi.

Meskipun Sean kini masih tetap disibukkan dengan kerjaan dan skripsinya, tetapi Sean sudah tidak sedingin beberapa minggu terakhir.

"Gak apa-apa, aku bersyukur kamu udah kayak dulu lagi, Mas. Meskipun masih jarang luangin waktu buat anak-anak karena sibuk, gak apa-apa," bisik Bilqis pelan.

Wanita itu mengecup dahi Sean dan beranjak dari ranjang untuk membasuh wajahnya di kamar mandi.

Sedangkan Sean yang ternyata sudah terbangun itu perlahan membuka matanya, ia menatap pintu kamar mandi dan mengembuskan napas berat.

"Hhh ..."

Sean kini menatap langit-langit kamar dan menutup matanya dengan punggung tangan.

●●●

Bilqis melihat kedua anaknya yang tengah bermain bersama bu Dyah—sang babysitter, ia mengernyit heran menatap Yesha yang lebih banyak diam, lalu berjalan pelan menghampiri sang anak. "Yesha kenapa, nak?" ucap Bilqis seraya memeriksa suhu tubuh Yesha.

"Yesha lagi demam, non. Udah saya kasih obat, tapi kalau istirahat di kamar kayaknya bosan. Akhirnya keluar lagi dari kamar nyamperin Syifa."

"Tadi pagi kayaknya masih baik-baik aja ya bu?"

"Iya, setelah tidur siang pas bangun mulai agak anget."

Bilqis menatap Yesha dengan khawatir. "Istirahat di kamar ya? Mau ummi pukpuk?"

"Enggak, main." Yesha menggeleng pelan seraya menunjukkan mainannya pada Bilqis. "Yesha masih mau main? Kalau pusing bilang bu Dyah ya, ummi mau nyuci baju dulu."

Yesha mengangguk pelan, lalu kembali bermain dengan bonekanya. Bilqis kembali menatap Yesha dan Syifa bergantian, lalu mengusap puncak kepala si kembar dengan pelan. "Kalau ada apa-apa langsung kabari saya ya bu."

"Iya, non."

Setelah mendengar kalimat itu dari bu Dyah, Bilqis pun membawa keranjang baju-baju kotor dan memasukkannya ke dalam mesin cuci.

Bilqis mengernyit heran saat mencium wangi asing dari kemeja kantor Sean. 'Ini bukan wangi parfum Mas Sean atau cuma perasaan aku aja ya.'

Wanita itu terdiam, tetapi sahutan tergesa dari bu Dyah membuat Bilqis tersadar dan menatap sang babysitter yang terlihat begitu panik. "Kenapa bu? Ada apa sama anak-anak?"

"Yesha non, Yesha kejang," jawab bu Dyah dengan napas memburu, wajahnya terlihat begitu khawatir.

Bilqis tanpa babibu langsung melempar kemeja Sean ke sembarang arah dan berlari menghampiri Yesha, lalu menggendongnya dengan berurai air mata.

"Bu Dyah nanti ikutin saya ke rumah sakit sama Syifa ya, bu." Tangan Bilqis yang menggendong Yesha terlihat begitu gemetar, wanita itu menatap bu Dyah dengan rasa khawatir yang begitu kentara.

Biggest Regret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang