Bab 28. Kebahagiaan itu Datang

328 50 1
                                    

Guys, yang mau beli pdf Two Kingdoms masih bisa yak.

Harga 40 rb. Jumlah wods lebih dari 60K.

Happy reading!

.

.

.

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rated : M

Warning : Gender switch, OC, OOC, typo (s)

Genre : Fantasy, romance, angst

Two Kingdoms

By : Fuyutsuki Hikari

.

.

.

Sasuke merasa ada yang berbeda dari sikap Naruto sejak mereka bicara terakhir kali. Ia merasa wanita itu sengaja menghindarinya. Bahkan saat Konohamaru memanggilnya untuk makan kelinci bakar hasil buruannya bersama Sasuke, wanita itu menolak halus dengan dalih Chiyo tidak bisa ditinggalkan.

Mungkin Konohamaru tidak terlalu ambil peduli, tapi untuk Sasuke penolakan Naruto sangat aneh. Setelah mendapat kesempatan untuk bicara empat mata, Sasuke memberanikan diri menarik lembut telapak tangan wanita itu dan membawanya ke halaman belakang.

Naruto yang terkejut tidak sempat mengelak. Kedua kakinya dengan terpaksa mengikuti langkah Sasuke.

"Kenapa kau menghindariku?" Suara Sasuke terdengar penuh curiga. Pria itu menyipitkan mata saat pandangan mereka bersirobok. Udara yang terasa semakin dingin membuat keduanya berpakaian lebih tebal hari ini.

Setelah luka-lukanya membaik, tanpa diminta sang tuan rumah, Sasuke membantu semua pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pria. Mulai dari berburu, mencangkul, mencari kayu bakar dan menimba air, semua dilakukannya tanpa mengeluh.

"Maksudmu apa?" Naruto sedikit terbata. Ia bahkan mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak menatap langsung ke mata Sasuke.

"Kau jelas menghindariku," tuduh Sasuke. "Apa ada sikap atau ucapanku yang tidak kau sukai?"

Naruto menggelengkan kepala.

"Lalu kenapa?" desaknya. Ia masih belum melepas genggaman tangannya pada telapak tangan Naruto.

Keheningan meraja. Naruto terlihat meragu untuk beberapa saat sebelum akhirnya menjawab. "Aku tidak mau jatuh cinta kepadamu."

"Eh?"

Menelan dengan susah payah, Naruto menekan harga dirinya dan lanjut bicara. "Kau sudah memiliki seseorang di dalam hatimu karena itu aku memilih untuk tidak terlalu dekat denganmu. Aku takut patah hati."

Mengerjapkan mata, Sasuke tersenyum lembut. "Jadi karena alasan itu kau menjauhiku?"

Naruto mengangguk. Mulutnya mengerucut melihat Sasuke tertawa hingga membungkuk. "Apa yang lucu?" tanyanya mulai terlihat kesal. Saat Sasuke tidak berhenti tertawa, ia menendang kaki pria itu dan berbalik pergi, meninggalkan Sasuke yang mengaduh kesakitan di belakang punggungnya.

.

.

.

Mengumpulkan semua tangan kanan kepercayaannya, Zetsu mengamuk. Kemarahannya sudah tidak bisa terbendung setelah mendengar laporan mengenai pencarian Sasuke. Sudah hampir dua bulan berlalu sejak pria itu menghilang, tapi hingga detik ini masih belum ada perkembangan yang diinginkan oleh Zetsu.

"Dengar, jika Sasuke masih hidup, bukan hanya aku yang akan mati, tapi kalian semua pun pasti mati dibunuh olehnya. Jadi sebaiknya kalian mengerahkan lebih banyak prajurit untuk mencarinya!"

Setelah perintah Zetsu diturunkan, para prajurit Kerajaan Angin yang baru mulai menyisir setiap desa yang ada di dekat wilayah ibu kota hingga perbatasan wilayah terluar. Mereka tidak segan menangkap, membunuh penduduk yang dianggap mencurigakan bahkan membakar seluruh desa jika tidak mendapat informasi yang mereka inginkan.

Kekejian prajurit Kerajaan angin di bawah pimpinan Zetsu itu sudah menyebar hingga empat penjuru mata angin. Penduduk desa segera menutup jendela dan pintu rumah mereka saat melihat pergerakan prajurit.

Siang ini, Konohamaru berlari kencang. Ia membuang semua alat pancingnya saat melihat iring-iringan kapal perang Kerajaan Petir. Gosip yang beredar mengatakan jika Pangeran Sasuke berada di atas salah satu kapal menuju ibu kota Kerajaan Angin.

Napasnya memburu setelah berhenti berlari. Pemuda itu mendorong pintu bambu di hadapannya dan bergegas masuk untuk mencari Sasuke di kebun belakang rumah. Sasuke yang melihat Konohamaru berlari ke arahnya segera berdiri tegak. Perasaannya tidak enak bahkan sebelum Konohamaru bicara.

"Kak, kapal-kapal perang Kerajaan Petir sudah datang," lapor Konohamaru, tercekat. Ditariknya napas panjang untuk diembuskan perlahan. Konohamaru, mengusap wajah yang dipenuhi oleh keringat. "Mereka datang membawa Pangeran Sasuke. Sebentar lagi mereka pasti akan datang membawa semua pemuda di desa untuk dijadikan prajurit."

Naruto yang baru saja bergabung ikut mendengarkan laporan Konohamaru. Ekspresi wanita itu tidak terbaca. "Di mana kau melihat kapal-kapal itu?" tanyanya kemudian.

"Di kanal," jawab Konohamaru. "Semua orang yang tengah mencari ikan secepatnya kembali saat melihat kapal-kapal perang berbendera Kerajaan Petir."

Sasuke mengernyit dalam. Ayahnya bertindak hingga sejauh itu untuk menyembunyikan berita kehilangannya. "Apa ada hal lain yang kau dengar?"

Konohamaru menganggukkan kepala. "Prajurit-prajurit raja baru, mereka tidak segan membunuh penduduk desa, entah karena alasan apa? Mungkin itu alasan Raja Fugaku mengirim Pangeran Sasuke. Bukankah selama ini Zetsu selalu mengatakan jika apa yang dilakukannya atas perintah Pangeran Sasuke? Jika benar seperti itu, kenapa Pangeran Sasuke berada di kapal perang bukan di Kerajaan Angin bersamanya?"

Ia terdiam sejenak untuk mengambil napas. Konohamaru mengusap kedua lengannya karena takut. "Raja baru itu tidak ada bedanya dengan iblis. Apa Kerajaan Angin akan terus dipimpin olehnya?" Kedua matanya berkabut oleh air mata. Seumur hidupnya, ia tidak pernah merasa setakut ini. "Kuharap ada seseorang yang membunuhnya."

Konohamaru tidak menolak saat bahunya dirangkul oleh Sasuke. Perasaannya sedikit membaik saat Sasuke memberinya penghiburan.

"Kenapa kau tidak menemani Shisui di sini?" tawar Naruto. bahunya digendikkan pelan. "Nenekku tidak akan keberatan untuk menerimamu di sini asal kau bersedia bekerja."

Perlahan, senyum Konohamaru merekah. Ditatapnya Naruto dan Sasuke bergantian. "Benarkah? Benarkah aku boleh tinggal di sini bersama kalian?" Anggukkan kepala Naruto membuat pemuda itu menari-nari di tempat, kegirangan. "Kalau begitu aku akan mengambil barang-barangku untuk tinggal di sini."

Ia diam sejenak. "Apa kau tidak keberatan berbagi ranjang denganku?" tanyanya kepada Sasuke.

"Tubuhmu kecil, tidak terlalu mengambil tempat. Jadi kenapa aku harus keberatan?" balas Sasuke, tersenyum lembut. Perasaan sayang terhadap Konohamaru telah ada sejak pertama mereka bertemu. Pemuda itu seperti sosok adik yang selama ini Sasuke inginkan—polos, ceria, cerewet, tidak banyak mengeluh. "Selain itu, aku juga menumpang tinggal di sini," bisiknya di telinga Konohamaru.

Semangat Konohamaru pun kembali. Ia berlari keluar untuk pulang setelah mengucapkan terima kasih kepada Naruto dan Sasuke.

Keheningan mengambil alih setelah kepergian Konohamaru. Udara terasa begitu pekat.

"Apa kau akan pergi untuk menemui kakakmu?" Naruto bertanya lirih. Ada perasaan khawatir saat dirinya melihat ekspresi Sasuke saat ini.

Menoleh, Sasuke menatap lekat Naruto. "Sebenarnya aku tidak ingin kembali," akunya. Ia membawa telapak tangan Naruto ke dalam genggamannya. "Bolehkah aku bersikap egois?" tanyanya, berhasil membuat Naruto bingung. "Aku lelah. Aku tidak ingin kembali ke tempat itu."

.

.

.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two Kingdoms - SasuFemNaru FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang