Selamat datang di CANDIDATE : √400.
‼️Sudah tamat dan part masih lengkap‼️
Sebelum memulai membaca, saya ingatkan pada kamu semua untuk mempersiapkan diri supaya nggak pusing, ya.
Dan saya ucapkan terimakasih untuk kamu semua yang berkenaan singgah di cerita yang aneh ini. Wkwk.
***
"Di sini siapa yang bernama Anantara Kaivan?" tanya Pak Bima-selaku Waka Kesiswaan Ruby Academia High School. Kelas 11 Bidang teka-teki peminatan yang semula hening mendadak ramai karena nama yang disebutkan.
"Saya, Pak?" terdengar nada bingung dan panik menjadi satu dari si pemilik nama. Pasalnya di pagi hari yang cerah ini, tumben sekali ada Waka Kesiswaan yang mencarinya.
Kaivan merasa tidak pernah mengotori catatan kedisiplinan sekolah selama dua tahun terakhir. Jadi, untuk apa namanya mendadak dicari?
"Mari, ikut saya." hanya tiga kata yang didapatkannya. Tiga kata yang bisa bersifat positif, atau bisa jadi sebaliknya.
Mau tak mau, Kaivan yang tengah dilanda kebingungan dan mendadak cemas dengan overthink nya pun segera mengambil langkah guna mengikuti sang Waka yang telah menghilang di balik pintu kelas.
Menyisakan murid-murid yang terang-terangan mencemoohnya, tak sedikit pula mendoakan hal buruk terjadi padanya.
"Kalau udah Waka Kesiswaan yang jemput, berarti udah parah nggak, sih?"
"Harusnya, sih, yang jemput itu Kepala Sekolah. Biar makin kerasa chemistry-nya kalau sebenarnya beasiswa dia bakalan dicabut semester ini dan lebih bagus kalau langsung di depak dari akademi ini. Biar beban kayak dia tuh, berkurang satu."
Itulah sayup-sayup cemoohan terakhir yang didengarnya. Jadi, apakah benar bahwa ini adalah hari terakhir ia bersekolah di sini?
***
Karena berjalan dengan pikiran yang berkecamuk, Kaivan sampai tak sadar bahwa langkahnya kini terhenti di hadapan sebuah ruangan bertuliskan; Ruang Kepala Sekolah/Akademi.
"Silahkan masuk, Kepala Sekolah menunggu didalam. Saya akan kembali ke ruangan saya. Semangat ya, Nak Kaivan," pamit Pak Bima seraya tersenyum menenangkan layaknya seorang Ayah yang berusaha untuk meyakinkan hal baik akan terjadi pada anaknya.
Hingga beberapa detik telah berlalu, Kaivan masih diam di tempatnya bersama rasa bingung yang melanda. Pasalnya, sejak kapan Waka Kesiswaan yang terkenal garang dan tidak suka berbasa-basi itu mendadak baik padanya? Apalagi sampai memberikan kata-kata semangat?
Ada apa dengan hari ini? Mengapa aneh sekali?
"Dengan Anantara Kaivan?"
"Saya, Pak."
"Baiklah, langsung saja. Saya ingin memberitahu bahwa sesuai kesepakatan awal, jika Kamu gagal mempertahankan nilai raport dengan rata-rata yang sepakati sebelumnya, maka di semester ini, beasiswa mu akan dicabut. Jadi, sebelum kamu menandatangani surat pernyataan ini, adakah hal yang ingin kamu sampaikan? Atau kamu merasa keberatan?"
See? Sesuai dugaannya. Ini juga salahnya, sih. Membangun strategi yang terlalu menggebu-gebu sampai melupakan risiko yang satu ini.
Sebenarnya Kaivan tinggal menandatangani surat dihadapannya ini dan segera kembali ke kelas dengan status baru.
Tapi, melepas status beasiswanya itu sama saja dengan menyerahkan dirinya pada masalah-masalah baru. Jadi, apa yang harus Kaivan lakukan sekarang?
Ini semua bukan tentang uang. Selama dua tahun terakhir, uang tabungannya hasil kerja paruh waktu sana sini memang cukup untuk membayar dua semester.
Tapi yang jadi masalahnya ialah jika Kaivan membayar uang SPP dengan penghasilannya sendiri, itu juga sama saja dengan menyerahkan dirinya pada 'mereka' yang telah lama mencari dan mengincarnya.
Bisa sia-sia perjuangannya selama dua tahun belakangan. Tidakkah mereka tahu bahwa hidup menjadi orang lain itu tidaklah mudah?
"Seharusnya saya memang menandatangani surat pernyataan ini, Pak. Tapi maaf, bolehkah saya meminta keringanan? Atau bolehkah saya meminta solusi lain agar saya bisa menyelamatkan status beasiswa saya saat ini? Saya berjanji di semester berikutnya, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi." bolehkah Kaivan berharap keajaiban datang pada hidupnya sekarang?
Selama ini ia tidak pernah berharap pada siapapun. Tapi kali ini, bolehkah ia berharap?
"Ada satu cara. Tapi ini kali pertamanya saya tawarkan pada kamu, karena saya sebenarnya yakin bahwa kamu memiliki potensi yang amat besar pada penawaran kali ini. Jadi, jangan kecewakan saya untuk yang ke-dua kalinya, ya?" tawar sang Kepala Sekolah dengan senyum misteriusnya.
DEG!
"Apapun cara dan tawarannya, akan saya lakukan, Pak." finalnya. Kaivan akan berpasrah saja kali ini. Ia akan mengikuti alur yang direncanakan. Setidaknya ini lebih baik daripada semuanya terbongkar begitu saja.
"Kalau begitu, jadilah kandidat kedua yang akan mewakili sekolah ini pada pekan perlombaan Young Genius Olympic. Jika kamu berhasil membawa nama sekolah ini menjadi pemenangnya, maka jangankan beasiswa. Kamu tidak perlu khawatir dengan benefit yang tambahan dari sekolah ini. Belum lagi dengan benefit dari perlombaan tersebut. Bagaimana? Kamu sanggup?"
DEG!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗮𝗻𝗱𝗶𝗱𝗮𝘁𝗲 : √𝟰𝟬𝟬
Teen Fiction‼️ Sudah tamat. Part Masih Lengkap‼️ Young Genius Olympic merupakan olimpiade terfavorit setiap 2 tahun sekali yang diselenggarakan oleh beberapa perusahaan dan yayasan di bidang pendidikan. Benefitnya tak tanggung-tanggung. Apabila kamu berhasil m...