•-/--/•-/•-•/•-•/••••

219 23 34
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

“Lo jawab apa soal nomor 8 dari simple and random tadi?” Tanya Belvina pada sosok pemuda yang menatap hampa dengan pikiran yang berkelana sejak keduanya menyelesaikan tes secara bersamaan kemudian keluar dari ruangan dan berujung duduk berdua di kursi tunggu di depan ruangan.

Catat. Duduk berdua.

Tanpa adanya perdebatan seperti biasa.

Atau mungkin belum?

“Aivan,”

“Ngapain nanya, kalau udah tahu jawabannya.” desis Kaivan dengan jiwanya yang mungkin sudah berhasil ditariknya kembali pada kenyataan yang sedang dihadapinya sekarang.

Belvina tersenyum misterius. Gadis itu hanya berniat memancing. Lagipula memancing perkara dengan pemuda disampingnya ini sangatlah mudah. Dan Belvina yang memang suka memancing keributan jadi semakin menyukainya.

Toh semua tentang Kaivan, Belvina selalu menyukainya.

“Iyain, deh. Si paling benci ketidaksempurnaan, padahal nanti...,” Belvina tak berniat melanjutkan kalimatnya. Ia sengaja menyindir tipis-tipis. Dan diam-diam Kaivan disampingnya mati-matian menahan amarahnya.

Yah, Kaivan marah dengan dirinya sendiri.

***

Sesuai dengan perkataan Belvina tadi, bahwa akan ada ketidaksempurnaan yang kembali dihadapi Kaivan dan terbukti pada saat pengumuman hasil tes mulai dari nilai tertinggi sampai terendah sekaligus menjadi babak eliminasi pertama yang akan menentukan siapa kandidat 20 besar yang maju ke babak berikutnya setelah bersaing dengan ratusan kandidat sebelumnya.

Baru 5 menit pengumuman ditampilkan, publik langsung heboh dan nampak semakin antusias. Banyak murid-murid asing nan misterius membuat mereka penasaran. Siapa dia? Dari sekolah mana ia berasal? Dan apakah mereka bisa menebak-nebak, siapa pemenangnya di akhir babak nanti?

Entahlah. Kita tinggalkan saja dulu yang itu. Sekarang kita fokus pada Kaivan yang terdiam dengan diam-diam kedua tangannya mengepal, sementara Belvina disampingnya nampak menyunggingkan senyum miringnya.

Kandidat 20 besar yang akan maju ke babak berikutnya:

- Anantara Kaivan (Ruby Academia High School) 995 poin.

- Belvina Belle Qaireen dari (Ruby Academia High School) 990 poin.

- Pramara Taksa Wistara (Summer High School) 985 poin.

- Queensha Sischa Arazischa (Summer High School) 980 poin.

- Chevalier Kevlar (Goldies High School) 975 poin.

- Raden Sakya Anugraha (Goldies High School) 970 poin.

- Chaessa Gharan Eloise dari (Aquamarine Academia High School) 965 poin.

- Kavinoza Adiputra (Aquamarine Academia High School) 960 poin.

- Pramadya Atqan (Amethyst Academia High School) 955 poin.

- Vitara Argozeis (Amethyst Academia High School) 950 poin.

- Teressa De Laluna (Pearl High School) 945 poin.

- Zakiya Dhini Amisha dari (Pearl High School) 940 poin.

- Asheeqa Sechie Emica (Fredrick High School) 935 poin.

- Shandy Azzam dari (Fredrick High School) 930 poin.

- Amaya Deoline dari (Art Academia High School) 925 poin.

- Caraka Amudha dari (Art Academia High School) 920 poin.

- Ehsan Adimuda (AZ Profession High School) 915 poin.

- Carika Emily (AZ Profession High School) 910 poin.

- Jeffan Cristian dari (Hobbies of  Academy High School) 905 poin.

- Melody Hazelia dari (Hobbies of  Academy High School) 900 poin.

Wow. Beda tipis.

“Gue bilang juga apa. Kaivan nggak akan pernah bisa menjawab soal nomor 8 dari simple and random tadi.” batin Belvina dan Taksa secara bersamaan dengan netral yang terfokus pada layar.

“995? Gila! Yang mana anaknya?”  Terdengar keributan dari barisan belakang oleh murid-murid yang tereliminasi.

Kemudian keributan tersebut menyebar secepat kilat hingga ke barisan depan termasuk sampai terdengar di telinga si pemilik poin tertinggi itu.

“Ada di barisan depan!”

“Anantara Kaivan? Oh, yang itu? Tapi coba lihat, orang gila mana yang udah dapet poin tertinggi malah bukannya senang, malah kek nahan mau ngamuk-ngamuk? Kok malah kesal, sih?!” Dan ucapan tersebut semakin membuat Kaivan kesal mendengarnya. Sial. Ia butuh pelampiasan!

“Kaivan? Lo mau kemana? Hey, bentar lagi kita ada wawancara!” Pekik Belvina yang berusaha menahan lengan si pemuda agar menghentikan langkahnya, akan tetapi, segera ditepis dengan kasar tanpa harus membalikkan badan dan menjelaskan alasannya.

Melihat kegaduhan di barisan depan, Taksa lantas tersenyum miring dan masih bisa ditangkap oleh Belvina yang kebetulan melihatnya. Lalu pada akhirnya, gadis itu juga menyunggingkan senyum miringnya.

Pun dengan netra keduanya yang saling bertaut, seakan-akan sedang menyampaikan sesuatu secara tersirat.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗖𝗮𝗻𝗱𝗶𝗱𝗮𝘁𝗲 : √𝟰𝟬𝟬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang