-•-/---/-•/••-•/•-••/••/•-•

143 17 3
                                    

***

“Kelompok yang kelihatan paling tenang anti terguncang sekarang kayaknya lagi ribut, ya? Mana hampir kena jotos, tuh.”

“Biarin aja, biar mereka makin nggak fokus dan kita bisa rebut poin duluan.”

“Gue do'ain kelompok itu kalah, deh. Kan siapatau plot twist nya yang dari awal bakalan memang, ternyata terbuang. Ups!”

“Mulut sampah tolong diam. Bentar lagi giliran kelompok kitanya maju. Fokus. Jangan nyampah melulu!” sindir Melody pada anggota kelompoknya yang seketika membuat mereka terdiam.

Sepertinya kena mental karena dibilang sampah.

“Awas aja kalau kelompok ini kalah karena mulut sampah kalian. Bahkan kalau bukan karena Kaivan, kelompok ini yang harusnya gugur duluan. Bukan cuma kelompok dua.”

Lagi dan lagi karena Kaivan. Ditolong Kaivan. Cowok itu nampaknya cukup berjasa, ya?

Ting!

Setelah beberapa waktu terlewati, Denting notifikasi dari layar monitor memecah keheningan di ruang ini dengan layarnya yang menampilkan beberapa kata beserta angka yang disebut sebagai hasil score dari tahap pertama.

Tahap satu:
Kelompok Dangerous4you: 50
Kelompok Last Not Loser: 50

Kedua kelompok seri. Score yang didapatkan ternyata sama.

Para penonton siaran langsung nampak ribut di komentar.

Sebagian senang karena Dangerous4you memiliki pesaing pada akhirnya, sebagiannya lagi merasa janggal terhadap beberapa hal.

Tidak mungkin kelompok yang biasanya di bawah mendadak meningkat dalam semalam, kan?

Sedangkan babak final ini dianggap babak yang berat.

Atau ini baru permulaannya saja?

Baru pancingan pertama.

***

“Kayaknya ada penghianat di sini,” ucap Taksa dan Sischa secara bersamaan.

“Capek gue. Tinggal selesein ini dan menangkan ini repot amat anjir. Terus kita pulang, istirahat, udah kelar.” nampaknya Sischa sudah terlampau gemas.

Ia ingin menghajar habis wajah-wajah orang yang seenaknya sedari awal.

Aish, tapi harusnya Sischa tidak lupa kalau semua ini...

“Nggak semudah itu, Sis. Sementara pemegang kuncinya aja cuma mau kita kalah dari awal.” balas Belvina seraya menyenderkan punggungnya pada sofa dibelakangnya.

“Lagian udah sejauh ini, si gila itu minta kita kalah? Otaknya di mana? Sini gue bantu cari. Gue bedah sekalian, siapatau nyangkut di lutut kanan!”

“Kalau ini tujuan lo, gue udah dapat alasan untuk membenci adik sendiri, kan? Selama ini gue nggak berniat membenci siapapun. Tapi kalau terus-terusan begini, berarti bukan salah gue,” celetuk Taksa yang nampak acuh. Cowok itu sedang di fase akhir dari kesabarannya selama ini.

Gotcha! Inilah yang paling ditunggu-tunggu oleh Kaivan. Membuat Kakaknya kesal adalah salah satu tujuannya. Dengan begitu ia bisa mengelabui sang Kakak dari rencananya sendiri.

“Bohong banget. Omongan lo makin mirip sama bajingan itu—ups, kan lo memang anaknya. Astaga, gue lupa. Sorry, Bang,” timpal Kaivan yang pada akhirnya semakin memanas-manasi keadaan.

“Bajingan itu Ayah kandung lo, sialan! Percuma lo mengelak lagi. Harusnya gue yang marah disini. Mau sampe kapan lo kabur? Papa bela-belain bikin kejutan ini untuk anak tersayangnya. Tapi lo malah nggak tahu diri!” bentak Taksa seraya mencengangkan kerah seragam yang digunakan oleh Kaivan dengan maksud sedikit mencekiknya.

Sischa sontak memekik melihatnya. Belvina hanya tertawa kecil seakan-akan keributan dihadapannya adalah komedi putar.

Sementara Kaivan yang mendapat perlakuan seperti itu tidak takut ataupun terkejut sama sekali.

Cowok itu malah meminta Taksa untuk membunuhnya sekarang di tempat ini.

“Mumpung disini sepi, cuma ada kelompok kita, bunuh aja gue sekarang. Nih, pake gunting ini. Kalau lo lupa caranya membunuh, nanti gue ajarin sekalian. Eh tapi masa lo lupa, sih? Terakhir, kan, lo bunuh Mama gue. Mama tiri lo juga. Hahaha!”

***

Horee ribut. Saya suka keributan. Wkwk.

𝗖𝗮𝗻𝗱𝗶𝗱𝗮𝘁𝗲 : √𝟰𝟬𝟬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang