•-•/•/-•-•/•-/-•/•-

160 17 0
                                    

***

“Sebelum babak lima kami tutup, kami memiliki sebuah informasi untuk kalian semua. Bahwasanya atas perintah dari donatur utama Young Genius Olympic ini, beliau tetap memberikan reward bagi kelompok yang dipulangkan. Dengan diberikan tiket studytour selama seminggu ke beberapa kampus di Inggris. Semua biaya sudah ditanggung oleh pihak YGO. Jadi, jangan khawatir apabila kalian kalah dan pulang membawa tangan kosong. Tahun ini spesial. Kalian semua hebat. Terlepas dari menang atau tidaknya.” jelas Pak Bian selaku salah satu juri disana.

“Dengan ini, acara hari ini resmi ditutup. Kembalilah besok dengan semangat yang baru dan usaha yang lebih maksimal. Selamat sore, semuanya. Kami pamit undur diri.” giliran Bu Etty yang berbicara. Setelahnya beliau beserta para juri yang lain mulai undur diri dari sana.

Semua kamera juga sudah dimatikan.

“Puas lo sekarang? Mau ketawa, kan? Ketawa aja! Nggak usah sok ditahan!” tantang Kevlar pada anggota kelompok satu. Sepertinya cowok itu masih dendam dan tak terima dengan kekalahannya sendiri.

“Ketawa aja, sialan! Jangan diam! Gue capek nahan mau gampar muka sok pintar kalian itu!” nah, kan. Apalah Kevlar ini. Kalah ya kalah aja. Kok malah?

“Bacot Kev. Malu-maluin lo anjir. Apa maksud ngomong gitu, ha? Jangan buang-buang waktu. Ayo balik ke dorm dan cepat pergi dari sini. Gue capek. Butuh istirahat!” tegur Gharan yang merasa jengah. Jangan lagi deh dapat partner yang gila dan bodoh seperti ini!

Usai mendapatkan teguran, mau tidak mau Kevlar dengan berat hati hendak pergi dari sana.

Akan tetapi, baru tiga langkah yang mereka ambil, tiba-tiba seseorang dari kelompok satu menghadang langkah mereka seraya berkata, “Maaf. Maafin gue. Dan hati-hati, ya.”

“Makin gak jelas, anjing!” umpat Kevlar yang tak mengindahkan perkataan dari seseorang itu kemudian dengan kasarnya ia sengaja menyenggol bahu seseorang itu agar tidak menghalangi langkahnya.

Ah, andai Kevlar sedikit sabar dan peka. Sedikit saja. Padahal itu berguna bagi hidupnya. Dan hidup anggotanya.

***

“Jadi apa rencana lo, Tuan muda?” tanya Vitara dengan nada mengejek pada sosok disampingnya yang nampak diam dengan raut wajah penuh penyesalan dan rasa bersalah.

“Cape banget ga, sih? Maju kena, mundur kena? Mana ada kelompok yang pulang hari ini. Bahaya banget jadi k—” hening. Caraka tak melanjutkan ucapannya lantaran mendapatkan lirikan tajam dari Vitara disampingnya.

Hembusan napas berat pun terdengar.

“Udah terlanjur untuk kalah. Padahal gue pikir dari awal kalau gue memaksakan diri untuk masuk ke sini, kemudian menjadi yang terbaik, setidaknya gue bisa menyelamatkan kalian semua. Karena gue pikir cukup gue aja yang... ah, tapi ternyata pemikiran gue salah. Justru kalau gue menang, gue yang dalam bahaya dan kalian semua juga dalam bahaya. Jadi sekarang gue harus apa...?” jelas sosok itu dengan putus asa. Vitara disampingnya nyaris melotot terkejut karena baru kali ini melihat ekspresi baru dan opini aneh dari sosok disampingnya itu.

“Ada celah untuk melapor nggak? Harusnya secepatnya, sih. Soalnya buktinya udah lengkap dan aman di tangan gue. Sekarang gue tinggal menunggu perintah dari Tuan muda ini,” timpal Caraka. Dan dibalas gelengan lemah dari sosok dihadapannya.

Benar-benar putus asa.

Itu karena mereka semua sudah terlanjur masuk perangkap.

“Kalau gue paksa kalah, kelompok gue bakalan curiga. Karena mereka justru adalah batu loncatan dan boneka si bajingan itu. Jelas kita bakalan makin dalam bahaya kalau terlalu tergesa-gesa.” kata sosok itu.

“Kalau begitu, teruskan aja. Jangan sampai mereka curiga. Kita masih butuh waktu untuk cari celah. Dan tugas lo makin berat disini. Karena lo harus bikin rencana supaya endingnya nanti gimana,” ujar Vitara pada sosok disampingnya itu.

“Oke. Sekarang kalian balik ke dorm masing-masing. Nanti cari cara buat ngabarin si Melody. Karena kedepannya kita bakalan dipisah secepat mungkin oleh mereka. Karena mereka mulai bergerak lebih cepat dari kita.”

***

𝗖𝗮𝗻𝗱𝗶𝗱𝗮𝘁𝗲 : √𝟰𝟬𝟬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang