"Prince, ayo potong kuenya."
Anak kecil itu menggelengi ucapan neneknya. "Aku ingin kita berswa foto dulu." Matanya melihat fotografer. "Bersama-sama," lanjutnya dan menatap mereka silih berganti. Nenek, ayahnya dan Jerella.
"Baiklah, ayo. Ayo Ibu."
"Ayo Nak!" Ibu Victor merangkul bahu Jerella dan mengajaknya untuk ikut maju bersamanya. Gadis itu merasa sungkan untuk bergabung tapi sungkan juga untuk menolak. Alhasil dengan gugup dia berdiri di sisi tubuh Prince.
"Bunda lebih dekat lagi."
"Hm?" Jerella menoleh, lalu menurut untuk lebih dekat.
Fotografer yang disewa Victor sudah siap untuk mengabadikan memont tersebut, meski Jerella terlihat kaku ketika berpose. Bagaimana tidak, ia harus berpose di depan beberapa tamu dan juga kehadiran Ibu Victor yang membuatnya cukup jadi tidak percaya diri.
Cekrek!
Cekrek!
Cekrek!
Victor dengan satu gaya andalannya-tersenyum sambil memasukkan satu tangannya ke saku celana, merasa lega karena permintaan Prince yang ini sudah selesai. Dan rautnya pun kembali mendatar.
"Sekarang potong kuenya."
"Masih belum selesai. Aku ingin Ayah mencium pipi kananku, dan Bunda mencium pipi kiriku."
"Lalu Nenek?"
"Nenek kepinggir dulu tidak apa-apa, 'kan?"
Beliau terkekeh. "Ya, tidak masalah. Lagipula kaki nenek akan terasa sakit jika terus berdiri hingga swa foto selesai," katanya lalu melepas diri dari mereka.
Victor menghela nafas. "Prince-"
"Ayolah Ayah, ini hari ulang tahunku."
Seakan tahu ayahnya itu akan mengatakan hal-hal yang tidak ingin didengarnya, Prince menyela dengan sangat cepat dalam nada santai. Lalu pandangannya melirik kepada Jerella yang masih diam.
"Bunda juga, jangan mengatakan apapun. Aku ingin kita melakukan pose seperti itu, artinya kita akan melakukannya!"
Victor mendesah. "Baiklah-baiklah. Fotografer, tolong potret kami."
Victor berlutut supaya mampu mencium pipi Prince tanpa harus susah-susah membungkuk. Disusul Jerella yang melakukannya dengan gerakan ragu, dan berdebar hebat. Sebab sekalipun ia tidak mau, Prince pasti tidak akan membiarkan itu terjadi. Karena itu ia pasrah dan jujur, ia dengan senang melakukannya.
"Sudah siap?" tanya Fotografer.
"Satu ... dua ...,"
Cekrek!
Dengan Prince yang tersenyum memandang ke arah kamera, dan sebelah mata dua insan itu yang saling mengunci pandangan, lensa itu berhasil mengabadikan moment itu selamanya.
.....
"Jadi, kau suka membuatkan Victor teh hijau?"
Jerella yang tengah merapikan mainan menoleh hingga tangannya refleks berhenti bergerak. Lalu kepalanya mengangguk. "Sesekali. Katanya teh hijau buatanku rasanya enak."
"Sudah pasti enak. Karena kau membuatnya dengan cinta. Iya bukan?"
Godaan beliau membuat Jerella termatung. Dan karena pipi itu rasanya ingin sekali memanas, Jerella mencoba menahannya dengan fokus ke pekerjaannya diawal. Hingga beliau menoleh dan melihat tingkahnya tersebut dengan bibirnya yang tertarik ke atas.
"Kau terlihat lebih cantik saat tersipu malu."
Apakah beliau tidak bisa berhenti menggoda?
"A-aku tidak merasa begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerella
Fanfiction[Completed]. ... Victor menyadari, jika dia telah jatuh cinta pada pengasuh putranya sendiri. Namanya Jerella. Gadis baik dengan pola pikirnya yang dewasa, karena itu dalam sesaat Victor mampu terkagum kepadanya. Namun ketika satu persatu rahasia te...