Jerella ; 16

498 105 40
                                    

"Kalian sudah pulang?"

Ibu Victor langsung terdiam melihat cara bagaimana pria itu pergi begitu saja ke lantai atas. Padahal dengan antusias, ia menyambut kedatangan mereka.

Jerella yang melihat hal itu dan menyadari perasaan beliau, berjalan mendatanginya. Dia tersenyum hangat sebelum memberi paper bag yang ada di tangannya itu ke tangan beliau. Satu hal yang tidak ia mengerti, mengapa tuannya itu bersikap seperti itu kepada ibunya?

"Ibu sehat, 'kan?"

"Ibu baik-baik saja. Terimakasih sudah menanyakan kabar Ibu." Jerella merasa tersentuh dengan sentuhan tangan beliau di pipinya. "Sekarang giliran Ibu yang bertanya padamu. Apa yang terjadi pada kalian? Ibu melihat wajah Victor sedikit berbekas lebam tadi."

"Saat di kapal, seseorang menghajarnya dan aku tidak tahu siapa. Lukanya sudah aku obati, tetapi akan jauh lebih baik jika dokter mengecek keadaannya."

Ibu Victor mendesah resah. "Baiklah. Kau pasti lelah. Pergilah ke kamar dan istirahat yang cukup. Mau Ibu suruh pelayan kirim susu ke kamar?"

"Tidak perlu Ibu."

Beliau tersenyum 'ya sudah,' sebelum akhirnya mengangguki.

"Prince sudah tidur, Bu?"

"Sudah. Kau istirahat saja. Masih ada besok pagi untuk menemuinya, hm?"

Benar. Jerella juga merasakan lelah di sekejur tubuhnya. Karena itu nasihat beliau dia laksanakan.

.....

Victor tidak tahu cara yang tepat untuk melampiaskan segala perasaannya. Namun semakin dia banyak terdiam dan melamun, rasa sakit dari patah hatinya akan semakin berkuasa. Karena itu dia menyibukan dirinya dengan fokus pada pekerjaan. Tidak peduli jika isi kepalanya terasa sangat bertarung satu sama lain. Dari masalah lain ke yang lainnya hingga kepalanya terasa akan meledak.

Tok! Tok!

Entah siapa yang mengetuk pintu di waktu sepagi ini hingga tidur Victor terganggu. Ia yang ketiduran di meja kerjanya, perlahan mengerutkan kening sebelum membuka mata. Ditambah suara ketukan di luar sana masih belum berakhir, membuat yang mendengar benar-benar tak bisa kembali terlelap.

"Eughhhh!"

Lengguhnya seraya bangun terduduk. Ketika itu, ia baru merasakan sakit di lehernya akibat tidur membungkuk, membuat mulutnya berubah meringis pelan.

Karena pintu masih saja diketuk, Victor pun segera bangkit dan membukanya mau tak mau. Setelah membuka pintu, ia jadi tahu jika dalang dari semua gangguan tadi adalah dari ibunya sendiri. Tak biasanya dia datang sepagi ini.

"Ibu, ada apa?"

"Sebenarnya Ibu ingin menemuimu semalam, namun kau terlihat sangat lelah. Dan karena Ibu takut siang waktumu sudah kembali padat, karena itu Ibu datang ke sini pagi-pagi. Apa kau terganggu?"

"Tidak masalah. Katakan saja Ibu ingin apa?"

"Apa yang terjadi? Jerella bilang, seseorang sudah menghajarmu di kapal. Apakah ada masalah besar?"

Soal yang menghajarnya hari itu, dia adalah kakak dari salah satu gadis yang pernah menjadi korban tolakannya. Dan soal ini, Victor sudah meminta bantuan pengacara untuk mengurusnya. Sebab apa yang telah terjadi tidak bisa dimaafkan.

"Tidak. Ibu tidak perlu khawatir. Lagipula lukanya sudah membaik."

"Apa kalian ada masalah?"

"Siapa?"

"Kau dan Jerella!"

Matanya tidak bisa berbohong saat dia benar-benar merasa berat. Frustasi dengan keadaan yang masih menjadi misteri bagi Ibu Victor.

JerellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang