Bab : 21 [ kekhawatiran gibran ]

922 84 0
                                    

Malam ini cuaca cukup indah dengan bintang yang bersebaran di langit yang gelap itu.

Pemandangan yang sangat pas untuk dinikmati, mungkin dengan secangkir kopi? Atau dengan semangkuk mie?

" belum tidur hm? Kopi lagi? Udah malam lho " suara seorang wanita kini menyadarkan gibran dari lamunannya.

Ya, kini gibran tengah menatap langit yang indah itu di temani dengan secangkir kopi yang entah sudah berapa kali ia seduh.

" belum, kamu tidur aja duluan aku belum ngantuk " ucap gibran dengan lembut.

" ya gimana mau ngantuk kamu aja gak berhenti minum kopi " ucap wanita itu dengan menatap tajam gibran.

" sekarang aku tanya baik-baik, dimana gio? " pertanyaan gibran sontak membuat wanita itu tersentak namun itu tak bertahan lama karena ia sangat ahli dalam merubah ekspresi wajahnya.

" berapa kali sih harus aku bilang, dia nginep di rumah temannya "

" teman? Kamu bahkan gak tau kalau gio itu gak punya teman, trus dari mana dia tiba-tiba punya teman? "

" jadi maksudnya kamu aku bohong gitu? "

" gak, sekarang gini aja, dimana rumah teman gio itu? atau nomernya? " ucap gibran yang bangun dari posisi duduknya secara tiba-tiba.

" kenapa? Gak bisa jawab? Aku tau kamu bohong, aku yang lebih mengenal anak-anak dibandingkan kamu, kamu selalu sibuk sama kerjaan kamu sampai kamu gak pernah ada waktu buat mereka.

Sebagai seorang ibu seharusnya kamu tau dimana posisi kamu, seharusnya kamu tau apa tugas kamu "

" kamu kira aku kerja begini buat siapa? "

" pernah aku minta kamu buat jadi tulang punggung keluarga? Pernah? Aku selalu minta kamu cukup di rumah rawat anak-anak biar aku yang kerja.

Tapi gak pernah sekalipun kamu dengerin aku, dengan alasan inilah dengan alasan itulah, bosen aku dengernya, kalau kamu gak mau kasih tau dimana anak aku, biar aku sendiri yang cari " ucap gibran yang mulai meninggalkan ruangan.

" hah, ini gak mudah, semuanya gak semudah yang kamu bayangkan, aku bisa aja berhenti dari pekerjaan aku, tapi dengan konsekuensi kalau kalian akan menjadi incaran mereka.

Aku cuman pengen hidup normal dengan keluarga kecilku sendiri, tapi nyatanya semuanya gak gampang buat aku gapai, maaf kalau semisalnya kamu menyesal menikah dengan ku, tapi aku mohon tolong jangan tinggalkan aku kalian adalah duniaku, kalian adalah jiwaku "














































































Kini gibran tengah mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, bersyukurlah hari sudah malam jadi jalan raya saat ini sangat sepi.

Dengan perlahan gibran memarkirkan motornya di sebuah garasi perumahan yang terlihat sederhana namun elegan.

Setelah selesai memarkirkan motornya gibran mulai berjalan memasuki perumahan itu, dengan kasarnya ia membuka pintu yang membuat penghuni didalam nya terkejut karena tindakannya.

" kenapa sih lu? " tanya sean dengan menatap tajam gibran

" gua mau minta bantuan lu " ucap gibran dengan wajah datarnya

" bantuan apaan? "

" anak sulung gua seharian ini belum pulang, gua mau minta tolong cariin "

" ke rumah temennya kali "

" dia gak punya temen "

" masih disekolah kali "

" lu gila ya? Ini hari minggu bego, eh ini udah jam 3 ya, berarti udah masuk hari senin, tapi anak gua ilang nya pas tadi siang berarti masih hari minggu dong "

" yaudah sekarang gini, lu punya nomernya gak? "

" punya "

" kita lacak pake nomernya aja "

" oke-oke "

" seandainya ada kamu disini pasti aku gak bakal kerepotan gini, aku kerepotan gak ada kamu, jeanna "

Georgio [ End Season 1 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang