"Makan sedikit setelah itu minum obatmu bocah"
Rey berujar sengit kepada Niko yang berbaring memunggunginya tanpa menggubris perintahnya sama sekali
Pria itu berdecak kesal seraya mengembalikan posisi Niko dengan kasar untuk berbaring menghadapnya
"Damn, apa susahnya menuruti perintah enteng ku ini? "
"Kau! ——ah sudahlah cepat makan dan habiskan "
Pria itu yang awalnya menunjuk kearah Niko menggunakan jari telunjuknya menggeram kesal dan dengan dengan tak sabaran beranjak memapah kepala Niko untuk bersandar pada kepala ranjang tanpa persetujuan pemilik
"nggak mau"
"Mual, nggak enak"
Niko terisak, kepalanya sungguh sakit bukan main ditambah dengan tubuhnya yang terasa panas itu membuat dirinya menjadi semakin sensitif
Bukannya semua orang yang sedang sakit akan menjadi lebih sensitif?
Hembusan nafas kesal Rey terdengar samar di pendengaran Niko
Mata sayu Niko melirik sekilas kearah Rey yang kini mulai mendudukkan bokongnya disamping ranjang tidurnya, sembari mengaduk-aduk bubur dengan ogah-ogahan.
"buka mulutmu atau kau mau aku menyuapi mu menggunakan mulutku? "
Rey berdecih setelahnya "Tidak usah manja, kau ini hanya demam bukan penyakitan"
Niko mendelik ngeri, pak tua ini sangatlah tidak tau diri pikirnya
Memangnya dia ini menjadi demam seperti ini karena siapa kalau bukan dirinya?
"Hei bocah! malah bengong"
Entah sejak kapan sebuah sendok dengan gumpalan bubur diatasnya itu sudah dekat dengan mulutnya,
Ia dengan pelan menerima suapan malas dari pria bernama Rey itu
Jangan salah, bukanya ia mau menurut karena takut,
Ia hanya tak mau pria dengan sikap tak tentu itu kembali tantrum dan berakhir mengamuk kembali kepadanya.
"udah om"
"udah? sesuap doang? " salah satu alis Rey naik dengan heran,
Namun tak ayal dirinya tetap menuruti permintaan dari lelaki di sampingnya ini.
"Sekarang minumlah obatmu"
Niko hanya memandangi dua buah butir obat yang ada di telapak tangan Rey tanpa ada niatan untuk mengambilnya
"kenapa lagi? "
Sungguh Rey sangatlah kesal dengan sikap menjengkelkan bocah lelaki di hadapannya ini, padahal kan permintaan darinya ini enteng, tinggal menurut——
"Nggak bisa minum obat yang kayak gitu" jawab Niko pelan tanpa berani menatap kearah Rey
Terus aku harus apa! ingin saja dirinya berteriak seperti itu di depan wajah menjengkelkan bocah lelaki ini
Tapi...
Bolehkah Rey memaki bocah yang menurutnya menyebalkan ini?
Ia tanpa basa-basi lagi segera meminum air dari gelas yang ada di meja setelahnya memasukkan pil tersebut ke dalam mulutnya
Niko hanya diam mengamati pergerakan Rey dihadapannya
Setelahnya satu genggaman tangan besar Rey mencengkram kedua pipi Niko hingga bibir itu moncong ke depan
Kesempatan itu tak ia buat sia-sia.
Dengan satu gerakan, isian yang berisi obat serta air putih yang ada di dalam mulutnya ia salurkan kearah mulut Niko dengan paksa
Kalau ditanya kenapa tidak ia haluskan saja obat itu biar tidak susah payah, jawabnya tentu saja ogah, mana sudi ia melakukan hal itu kepada bocah asing ini,
Yah walaupun mereka berdua sudah pernah melakukan hubungan badan, bukan berarti mereka berdua ini dekat pikirnya
Niko terbatuk dengan segera meminum air putih yang ada di genggamannya
"Pahit" gumamnya
Rey menyeka bibir bawahnya dan tersenyum miring kearah Niko
"Bilang saja kau ini mengaku tidak bisa minum obat agar aku meminumkan nya seperti tadi kan? "
"Dasar modus "
Dengusnya seraya beranjak berdiri dari tempat duduknya
Berjalan tegap menuju kearah pintu dengan arogan
Niko hanya diam tanpa ada niatan menjawab maupun membantah
Klik
Pintu kamar Niko tertutup dengan sendirinya
"Siapa juga yang modus, orang aku beneran nggak bisa minum obat gitu kok"
Mulut Niko berkomat-kamit kesal karena perbuatan Rey baru saja
"Bilang aja om Rey yang mau modus"
"Nyebelin"
______________________
"Kak Niko, Zoan udah pulang " ucap Zoan pelan seraya membuka pintu kamar
Ia mengataskan satu alisnya heran ketika mendapati Niko sudah terbangun dan tersenyum lembut kearahnya
"Kakak kok udah bangun, kakak udah sembuh ya? "
Zoan melemparkan ransel hitamnya ke sembarang arah yang jatuhnya mendarat di atas sofa kamar miliknya ini,
"Tau nggak? aku tadi khawatir loh kakak di apa-apain Daddy "
Niko tersenyum manis kearah Zoan yang beranjak berbaring mendekatinya
"Masa iya? "
Tanya Niko main-main
Zoan mengangguk mengusap-usap pucuk rambut Niko dengan pelan
"Iya, kan Daddy cabul"
"M--maksud Zoan...kata kakak kembar Daddy cabul makanya Zoan bilang gitu" lanjut Zoan gelagapan
Mulut Niko sedikit menganga dibuatnya, baru kali ini ia melihat langsung seorang anak mengatai ayahnya cabul
Tapi...itu ada benarnya sih
Niko tertawa kecil setelahnya, ia berbaring menyamping tepat menatap kearah wajah Zoan yang kini juga menatapnya balik seraya memasang wajah heran
"Kamu kok masih inget kakak? "
"Kan kita udah lama banget nggak pernah ketemu lagi"
Ohh Zoan paham sekarang
"Nggak tau juga" anak itu terdiam "tapi... sebenernya Zoan kangen banget sama kakak"
Niko berbinar senang, baru kali ini ia mendengar bahwa ada seorang yang telah merindukannya
"Beneran? "
"Iya, Zoan kangen banget malahan"
Ia dengan cekatan mendekap senang tubuh Zoan di hadapannya
"Niko sayang banget sama Zoan "
Mata Zoan berkedip-kedip lucu "Zoan juga sayang banget sama kakak "
"Makanya jangan tinggalin Zoan lagi "
Niko mengangguk, mengusap-usap pelan punggung Zoan yang ada di dekapannya
Disela-sela pintu yang sedikit terbuka, seorang pria mengerutkan keningnya heran dengan hubungan ketiga anak dan seorang lelaki kecil ini setelah mendengar perbincangan keduanya
Memangnya hal apa yang pernah dialami keempat insan ini hingga menjadi sangat dekat bak keluarga?
_______
TBC..
masih ada yg baca ngga sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh his Dad?
Short Story"Om! apa bedanya singa, sama penis om? " [JANGAN LUPA FOLLOW VOTE KOMEN]