13. Rey

1.5K 101 10
                                    

"Dia siapa bro? "

Grey dan Niko secara bersamaan menoleh kearah lelaki blasteran bule itu, yang tengah menatap Niko penasaran.

"Dia...

"Calonnya Daddy " Celetuk Gray yang tiba-tiba muncul dari arah pintu

Gibran terperangah, jadi ini alasan om Rey tidak pernah minat dan melirik seorang wanita karena dirinya gay? pikir lelaki itu heran

Kepalanya mangut-mangut, seraya memicing menatap Niko yang tengah memarahi Grey di depannya itu

iya sih anak kecil  ini cakep, manis lagi, tapi kan vibes nya, om Rey jadi terlihat seperti pedofil kalo sandingan bareng dia, pikir lelaki itu kembali

"Gib? "

Gibran menoleh kearah Grey,

Ia berdehem "nape? "

"Lu mau bilang apa tadi? " Gibran berkedip-kedip dibuatnya

Yang membuat Niko dan Gray saling bertukar pandang

"Lupa cok" jawab nya

"Gue tadi mau bilang apa ya" lanjutnya sembari bergumam pelan

"Ntahlah cok" ia berdiri dari duduknya dan berjalan menepuk-nepuk pundak Grey "btw gue duluan ya, mau ngapelin cewek gue"

"Ntar kalo inget, gue bakal bilang dah"

Setelah kepergian lelaki itu dari kamarnya, Grey mengernyit aneh "gajelas banget sumpah "

Gumamnya

"Kayaknya Niko juga lupa sesuatu " ujar Niko tiba-tiba

Si kembar menoleh secara bersamaan kerahnya

"Apa ya..." ia mengetuk-ngetuk dagunya, menggunakan jari telunjuk pendeknya

"Bocah..." suara bariton yang tiba-tiba terdengar, membuat semua atensi menoleh kearahnya

"Eh iya, Niko inget" suaranya memelan diakhir kalimat seraya menatap Rey yang sedang menggeram, menatapnya tajam

"Maaf om Niko lupa" ia menatap Grey dan Gray yang menatap mereka heran, secara bergantian setelahnya "Niko lupa suruh kalian makan, om Rey udah laper banget tadi katanya"

"Maaf om, pasti lama banget nunggu"

"Niko beneran lupa, maafin ya"

Rey berdecih judes, dan melengos pergi tanpa menanggapi permintaan maaf Niko yang sudah berani membuatnya menunggu dan kelaparan.

Bukan apa, ia kebetulan belum makan dari kemarin malam, hingga jam makan sore, ini

Dirinya hanya memakan beberapa camilan, dan meminum secangkir kopinya.

"Sial" gumam Rey, berjalan pelan menuju meja makan

Entah kenapa, bawaannya, ia selalu kesal dengan Niko,

Dirinya berharap, semoga anak itu bisa jauh-jauh dari dirinya dan keluarganya

Eh atau dirinya yang akan menjauhkan? itu tidak buruk juga.

Ia tak peduli, toh dirinya juga sudah pernah mencicipi tubuhnya itu, jadi barang yang sudah dipakai kalau tidak berguna lagi harus dibuang kan?

Oh his Dad? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang