"Kau ingin menjadi relawan di sini?" Tim mengernyit dan menatapku lekat-lekat sambil menggendong dua anak anjing yang sedang ia urus. Sepertinya ia sedang kerepotan mengurus hewan-hewan yang menuntut perhatian di ruang kandang ini.
"Ya, pada akhir minggu kalian kekurangan orang, bukan? Aku bisa datang selepas kerja." Jawabku. Kukeluarkan ponselku dari saku jaket untuk memperlihatkan Tim foto anjing yang kutemukan kemarin. Kujelaskan apa yang terjadi pada anjing itu dan baik aku maupun Patricia tidak bisa mengadopsinya.
"Aku sangat ingin mengadopsinya, Tim. Namun aku tidak mampu merawatnya. Setidaknya di sini aku bisa merawat dan mengawasinya sambil mengurus hewan-hewan lain." kataku.
"Apa kau yakin, Ellie? Menjadi relawan membutuhkan komitmen. Lalu apa kau juga peka terhadap perilaku hewan? Kau juga harus menguatkan dirimu untuk melihat hewan-hewan datang dengan kondisi memprihatinkan." Tim mencari kesungguhan di balik niatku.
Kuperhatikan kandang-kandang yang berisi anjing dari berbagai ras. Ada yang terlihat lesu, seolah menantikan seseorang datang untuk mengadopsinya, memberinya kasih sayang. Ada juga yang menggonggong ke arahku, mencari perhatian. Aku bisa menangkap keceriaan di wajah mereka karena melihat wajah baru, berharap aku akan membawa mereka pulang. Apa yang kusaksikan kemarin mengetuk pintu hatiku. Jika aku tidak mampu merawat mereka, ini satu-satunya jalan untuk membantu.
"Apa yang kulihat di tempat sampah hari ini membuatku yakin." Kataku mantap. "Aku tidak tahan melihat mereka tidak berdaya dianiaya orang lain. Lagipula, apa kau benar-benar menolak seseorang yang berniat menjadi relawan?"
"Maaf, Ellie. Kami sering menemukan relawan yang tidak bisa berkomitmen dengan tugas." Tim memberikan salah satu anjing di pelukannya kepadaku. Menurut Tim, anak anjing beagel ini kehilangan ibu mereka karena tertabrak mobil sebulan lalu. Beruntung sekali kelima anaknya diselamatkan sebelum mereka mati kelaparan. Aku bisa merasakan denyut kehangatan dari makhluk mungil ini. Meski kecil, hidupnya sangat berharga.
"Kami sedang membutuhkan pemandi hewan. Tugasnya adalah memandikan dan mendandani para hewan agar orang-orang tertarik mengadopsi mereka." Tim mengajakku ke bagian lobi. Ia mengambil secarik formulir pendaftaran dan sebuah pulpen dari laci resepsionis.
"Isi formulir ini dan berikan pada supervisorku di kantornya setelah selesai. Ia akan mewawancaraimu secara singkat." Tim menunjuk sebuah pintu bertuliskan "KANTOR" tidak jauh dari kami. "Jangan khawatir, ia pasti bisa melihat kesungguhanmu, jadi aku yakin ia akan langsung menerimamu."
Kuucapkan terima kasih pada Tim sebelum ia kembali ke ruang kandang bersama anak anjing yang sebelumnya kubawa. Kini aku duduk di sofa lobi dan mengisi formulir.
Kucermati setiap kolom di dalam formulir. Selain harus mengisi biodataku, aku juga harus mengisi keterbatasan fisikku jika aku memilikinya. Mereka juga memintaku memberikan referensi dari dua orang yang bukan keluargaku. Ini mudah, aku bisa memintanya dari Patricia dan salah satu teman di kafe.
Aku menarik napas dalam-dalam dan mengisi formulir ini. Firasatku mengatakan apa yang kulakukan sekarang akan mengubah jalan hidupku. Aku tidak tahu mengapa aku berpikir menemukan seekor anjing terluka pada akhir minggu merupakan sebuah tanda atau semacamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pies of Love
RomanceA story about a girl named Ellie Andrews who works at Ned Horton cafe in fictional town Riverdawn and in love with one of her customers, Jack Larsen who visits every morning. She's in love for a year yet never dare to talk to him. Ellie bakes and se...