Chapter 15

14 0 0
                                    


Sebelum kuceritakan perasaanku tentang fakta bahwa Jack, pria yang paling kucintai seumur hidupku, dan Henry, kakaknya yang adalah duri dalam daging bagiku, aku harus memastikan aku tidak bermimpi. Kutampar wajahku beberapa kali, tanganku menggenggam erat pinggiran konter sambil menarik napas dalam-dalam. Aku ingin menangis namun tidak bisa, jadi hanya suara sesenggukan yang keluar.

"Ellie, kau tidak apa-apa? Kau ingin pulang lebih awal?" Patricia bertanya dengan prihatin. Ia memelukku seraya menepuk-nepuk pelan punggungku.

Berkat pelukan Patricia, aku jadi sadar aku tidak bermimpi. Semua ini nyata. Kota Riverdawn tampaknya terlalu kecil sehingga dua pria itu ternyata bersaudara. Mengapa harus Jack? Mengapa ayah Henry tidak menikahi wanita selain ibunya Jack? Apa tujuan Tuhan atau alam semesta melakukan ini padaku?

"Tidak, tidak usah." Akhirnya aku menjawab Patricia. "Aku hanya butuh waktu sebentar. Apa yang terjadi barusan, terlalu berat untuk dicerna pikiranku."

Untunglah kakak-beradik itu membawa pulang pesanan mereka. Aku tidak mau mereka melihatku terserang kecemasan seperti ini.

"Aku ikut membantu di konter memang untuk menyaksikan kejadian seru, tapi tidak seheboh ini yang kuperkirakan." Patricia terpaku sesaat karena syok juga.

"Kenapa Jack tidak pernah menyebut Henry di internet, ya? Apa hubungan mereka tidak terlalu baik?" aku melontarkan salah satu pertanyaan terpenting tentang kejadian ini.

"Mungkin. Tadi kau sadar Jack terlihat sangat canggung di depan Henry? Seakan dia enggan menghabiskan waktu bersamanya." Kata Patricia.

Aku benci ini. Mereka berdua datang begitu saja meninggalkan sejuta teka-teki yang harus kupecahkansendiri. Aku bahkan tidak yakin ingin tahu apa jawaban teka-teki tersebut. Aku sudah tidak mau tahu lagi.

"Aku jadi punya ide!" tiba-tiba Patricia berseru.

"Apa?"

"Kau harus dekati Henry dan buat dia mau menjodohkanmu dengan Jack."

"Patricia," aku heran bagaimana ia bisa memikirkan itu. "Jack sudah punya Ruth, kau ingat?"

"Ya, aku tahu! Tapi bayangkan selama setahun ini kau hanya mengenal Jack melalui dunia maya. Tidakkah kau ingin mengobrol lebih jauh dengannya? Paling tidak, kalian bisa berteman."

"Tidak. Aku sudah tidak mau tahu lagi tentangnya." Aku langsung berpura-pura sibuk dengan mencuci peralatan untuk menghindari pembicaraan.

"Tapi apa kau tidak sadar ini adalah pertanda? Kau pasti bercanda jika bilang semua ini hanya kebetulan." Patricia tetap berbicara.

Aku berpaling dari bak cuci, "Kebetulan atau tidak, aku sudah tidak mau tahu lagi. Aku hanya mengurus Sally berdua dengan Henry. Aku tidak akan ikut campur dalam kehidupan mereka berdua."

"Ini berarti kau menyerah, kau tidak mau memperjuangkan perasaanmu terhadap Jack lagi." Patricia terdengar kecewa.

"Bukankah itu yang terbaik? Dia sudah punya pacar, dan kau sendiri yang pernah bilang untuk tidak terlalu terobsesi padanya. Aku ingin mencoba mengubur rasa cintaku meskipun pedih rasanya. Mungkin di luar sana, ada pria yang tepat untukku, aku hanya perlu mencarinya."

***

Sebenarnya, aku agak berbohong pada Patricia. Aku sudah tidak ingin mencari pria lagi. Aku tahu, aku masih muda dan masih punya banyak kesempatan. Akan tetapi, aku tidak pernah memiliki perasaan yang seperti kurasakan pada Jack pada pria-pria lain yang pernah kupacari. Dan kurasa, aku tidak akan pernah bisa merasakannya terhadap siapa pun selain Jack.

Pies of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang