Chapter 10

17 1 0
                                    

Aku bermimpi aneh.

Aku sedang mengajak Sally berjalan-jalan di trotoar. Sally terlihat lebih besar daripada di kenyataan. Bulunya semakin tebal dan tingginya sudah mencapai pahaku. Ia berlari kencang sehingga aku yang memegang tali kekang di belakangnya menjadi kewalahan menyamai langkahnya.

Aku merasa Sally sedang mengejar sesuatu di depan matanya. Firasatku benar, karena tiba-tiba kami berada di dalam kafe. Suasana kafe begitu sunyi, di luar hujan sedang turun. Suasana ini tidak asing karena pada saat inilah aku menyaksikan pertemuan Jack dan Ruth. Dan lagi-lagi aku menyaksikannya di sini. Aku melihat mereka bercengkerama di meja yang sama. Aku dan Sally berdiri di samping konter. Sally tiba-tiba menyalak, mengejutkan mereka dan seketika mengalihkan pandangan mereka padaku. Mereka terlihat panik dan kebingungan karena keberadaanku.

Suara alarm ponsel membangunkan tidurku. Mataku yang masih berat oleh kantuk melirik jam di dinding. Pukul 7 pagi dan hari Minggu. Aku masih enggan turun dari ranjang, namun aku juga tidak mau kembali tidur gara-gara mimpi itu. Kuraih ponselku untuk mematikan alarm lalu membuka mengirim pesan chat pada Patricia, menceritakan mimpi yang baru saja kualami.

Bahkan di mimpiku sendiri pun aku masih mengganggu mereka.

Terusik oleh rasa penasaranku tentang Ruth Adams, aku bergerak menuju meja kerjaku. Di sana aku menaruh laptop, beberapa buku resep memasak, bingkai-bingkai fotoku bersama teman-teman, serta pernak-pernik pemberian almarhum ayahku yang kusimpan di laci.

Kunyalakan laptopku untuk mencari tahu tentang Ruth Adams lebih jauh di internet. Aku mendapat koneksi dari wi-fi David, si maniak game tetangga sebelahku. Ia memberiku kata sandi wi-finya dengan suplai pai mini yang kuberikan setiap pagi sebagai gantinya.

Ruth Adams adalah wanita yang bisa apa saja. Ia memulai karir sebagai model pada usia 15 tahun, dan sebelum menginjak usia itu, ia sudah menguasai bermacam-macam alat musik. Ia juga salah satu anggota paduan suara di Katedral Artemisia, gereja terbesar Riverdawn. Setelah lulus kuliah di bidang Hubungan Masyarakat, ia melebarkan sayapnya dan menjadi supermodel. Berkat hubungan eratnya dengan gereja di usia remaja, ia senang beramal.

Tidak hanya itu, Ruth bersahabat dengan banyak aktor dan aktris. Terbukti dari foto-foto serunya bersama mereka di berbagai belahan dunia. Ia bahkan berteman dengan beberapa aktor favoritku di Game of Thrones. Semua orang sepertinya ingin memiliki Ruth sebagai teman. Tidak heran, aku juga akan bangga memiliki teman sepertinya jika ia tidak berpacaran dengan Jack Larsen.

Dan itulah yang membuatku penasaran, karena tidak satu pun artikel yang kutemukan di internet mengatakan ia berkencan dengan Jack. Hanya ada segelintir gosip tentang kehidupan asmara Ruth, dan gosip itu hanya mengatakan Ruth sedang berhubungan serius dengan seseorang di luar dunia hiburan. Orang itu tidak pernah muncul ke permukaan. Apakah orang itu Jack?

Tidak mungkin. Nama Jack juga cukup terkenal. Ia pernah membuat heboh internet dengan kepindahannya ke Riverdawn. Jika publik tahu, sampul majalah akan dihiasi oleh tajuk berita tentang hubungan mereka. Pasti karena itu aku tidak pernah melihat mereka lagi di kafe, agar tidak ketahuan orang lain.

Kumatikan laptopku karena tidak menemukan jawaban. Untuk apa aku memusingkan ini? Luka hatiku masih belum sembuh karena pertemuan mereka, apa yang kulakukan sekarang hanya memperparah luka itu. Sebaiknya aku kembali dengan kesibukanku.

Aku pergi ke dapur. Kupanaskan oven untuk memanggang kemudian kukeluarkan kulit luar pai dalam tiga loyang yang sudah kusiapkan semalam dari kulkas. Salah satunya adalah loyang pai mini untuk empat porsi khusus untuk David. Dua loyang besar lainnya adalah untuk kafe dan penampungan hewan. Aku ingin mencoba ide diskon dari Melissa. Jika para relawan menyukai paiku, mereka pasti setuju bekerja sama dengan kafe.

Pies of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang