7
"Hei, Sally." aku menyapa anjing Samoyed lucuku yang sedang beristirahat di salah satu kandang penampungan. Seseorang dari penampungan menjemput Sally hari ini dari klinik. Walaupun giliran kerjaku di penampungan masih pada hari berikutnya, aku tetap datang untuk menyambutnya.
Aku membeli beberapa potong sosis dalam perjalananku kemari di minimarket. Setelah kukeluarkan Sally dari kandang, kuberikan sepotong padanya yang langsung ia lahap dengan semangat. Dilihat dari tubuhnya yang sangat kurus, kurasa ia tidak mendapat cukup makanan sebelum aku menemukannya.
Mungkin ini hanya perasaanku, namun aku bisa merasakan Sally terlihat murung. Pasti karena hal-hal berat yang ia lalui selama ini. Ditambah lagi, ia juga baru saja menjalani operasi untuk luka dalamnya.
"Kau anjing kuat." Pujiku sambil mengelus-elus bulunya. "Aku berjanji kau akan bahagia di sini."
Aku mengajaknya bermain selama beberapa saat. Aku membawa bola kecil dari rumah. Kulempar bola itu ke arah dinding, aku menyuruh Sally untuk mengambilnya. Sally berjalan ke arah bola dengan lesu, lalu kembali dengan bolaku dalam gigitannya. Meskipun ia masih belum bisa ceria, aku senang ia mau bermain denganku. Kulempar bolanya sekali lagi. Kali ini aku mengambil ponselku untuk merekam momen ini. Ia kembali berjalan mengambil bolanya. Begitu ia kembali, kuusap kepalanya dan memujinya. Videonya akan menjadi penyemangatku selain foto-foto Jack Larsen. Aku jadi berpikir untuk mengajaknya bermain tangkap bola di halaman belakang penampungan dan mengabadikan momen itu juga.
Selagi bermain, seorang gadis memasuki ruang kandang. Ia berkulit gelap dan memiliki rambut panjang bergaya ombre. aku menyukai cardigan abu-abu dan sepatu bot kulit yang ia kenakan. Ia tersenyum ramah begitu ia melihatku bersama Sally. "Apa kau relawan baru di sini?"
"Ya, namaku Ellie." aku ikut memberikan senyum ramahku seraya kami berjabat tangan.
"Aku Melissa." Jawabnya. "Selamat datang, Ellie. Bisa kulihat kita juga kedatangan teman baru."
Melissa merendahkan tubuhnya untuk menyapa Sally. "Hai, Manis. Selamat datang juga untukmu."
"Namanya Sally." ujarku sambil menceritakan bagaimana Sally bisa berada di sini.
"Ah, malang sekali." Melissa terlihat iba. "Sally beruntung sekali karena telah bertemu denganmu."
Aku memeluk Sally. "Akulah yang beruntung. Tidak semua orang bisa bertemu malaikat kecil sepertinya."
"Ya, kita punya banyak malaikat kecil di sini. Sayangnya, tidak semua orang memandang mereka seperti itu." Melissa berdecak kesal.
Melissa adalah mahasiswi jurusan Sosiologi. Ia bekerja di penampungan sepulang kuliah. Ia mengisi tugasku sebagai pemandi hewan pada hari kerja. Aku langsung menyukai gadis ini, ia memiliki semangat besar dari caranya berbicara tentang hewan-hewan yang terlantar. Ia juga sering berkunjung ke kafe dan menyantap pai buatanku, memujiku dengan berkata bahwa pai buatanku adalah santapan siangnya hampir setiap hari.
"Jadi pai itu buatanmu?" Melissa terkejut. "Terima kasih, Ellie. Kau membuat makanan lezat dengan harga yang tidak menguras kantong."
"Terima kasih." terselip sedikit kebanggaan dari ucapanku. Syukurlah tidak semua orang di kota ini membenci paiku.
"Aku jadi punya ide. Bagaimana kalau penampungan ini bekerja sama dengan Ned Horton Cafe? Misalnya, relawan dan pengadopsi bisa mendapat diskon atau kupon pai gratis." Usul Melissa.
Memberikan pai gratis kepada orang-orang yang peduli pada hewan? Itu bisa menjadi perbuatan baik yang bisa kulakukan. "Brilian. Aku akan menyampaikannya pada manajer kafe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pies of Love
RomanceA story about a girl named Ellie Andrews who works at Ned Horton cafe in fictional town Riverdawn and in love with one of her customers, Jack Larsen who visits every morning. She's in love for a year yet never dare to talk to him. Ellie bakes and se...