"Nanti akan aku ceritakan. Temanmu masih butuh pertolongan." Dick menjawabku sambil menunjuk ke arah gedung sebelah tempat ledakan terjadi. Bagian atas gedung itu sudah terbakar, samar-samar aku melihat sosok seorang lelaki yang bergelantungan di sisi gedung dengan berpegangan pada pilar lantai tersebut yang sudah hampir roboh.
Aku tidak menjawab Dick dan hanya membiarkan dia pergi untuk menyelamatkan Joe. Lantas ketika ia sudah membawa Joe untuk mendarat di tempat yang sama denganku, kecanggungan terjadi di antara kami bertiga. Tetapi pada akhirnya, Joe terlebih dahulu yang memecah keheningan.
"Kau ... kalau tidak salah Nightwing?" Joe bertanya.
"Kau penggemarku, ya?" Dick malah balas bertanya.
Dick memakai kostum heronya, sebagian kening hingga setengah hidung tertutup topeng mata. Wajar jika Joe akan mengenalinya dengan nama pahlawannya.
"Tidak. Aku hanya tahu dari media." Joe menjawab. Ia kemudian berpaling arah ke arahku dan memeriksa tubuhku. "Kau baik-baik saja, Res?"
"I-Iya." Kok aku jadi gelagapan?
"Apanya yang iya?" Joe bertanya, aku tidak mengerti ucapannya ke arah mana.
"Apa?" tanyaku balik.
"Kau tidak lihat lenganmu berdarah?" Ucapan Joe membuatku melirik ke lengan kananku yang ternyata benar-benar terluka.
Mungkin karena aku cukup dekat dengan ledakan sehingga ada luka bakar dan baju lengan panjangku robek. Karena tidak menyadari adanya luka sehingga rasa sakitnya pun tidak terasa. Tapi sekarang, perih itu mulai dapat kurasakan seiring dengan ringisan keluar dari mulutku sembari tangan kiriku tergerak untuk memegangi lukanya.
"Biar aku obati." Joe menyentuh lenganku, ia mengajakku pergi bersamanya.
Namun, baru selangkah saja kami berdua berjalan tetapi terhenti karena Dick menyentuh pundak Joe sebagai bentuk menahannya agar tidak ke mana-mana. Aku dan Joe sama-sama memandang ke arah Dick dengan maksud mempertanyakan.
"Biarkan aku saja yang mengobatinya. Aku membawa lebih banyak perlengkapan." Dick berucap.
"Resti akan pergi denganku. Lagipula kau ini kenapa tiba-tiba datang dan langsung ikut campur urusan orang?" Joe menanggapi.
"Ikut campur? Jangan salah paham. Menolong orang sudah makanan sehari-hari bagiku," ucap Dick.
Entah kenapa, aku jadi tersisihkan di antara mereka berdua. Keduanya sekarang jadi saling beradu pandang, sama-sama melemparkan tatapan sinis dengan rahang yang terlihat mengeras seperti orang emosi.
"Kau pergi saja pulang. Tidak ada urusan buatmu untuk ada di sini." Joe mengusir.
"Urusan di sini mulai sekarang juga akan menjadi urusanku," kata Dick.
"Jaga saja Bludhaven, lagipula orang sepertimu mau apa datang ke sini? Kau tidak mungkin datang ke sini tanpa alasan, kan?" Pertanyaan Joe bagus juga. Itu adalah hal yang ingin kuketahui juga darinya.
"Itu ...." Bola mata Dick bergerak-gerak seakan tidak fokus. Cukup untuk membuktikan bahwa dirinya sedang mencoba mencari-cari alasan. "Aku mau melindungi Resti."
Tanganku secara reflek menepuk jidat ketika mendengar ucapannya. Joe sampai menganga karena sepertinya tidak paham. Ia lantas bertanya, "Apa hubunganmu dengan Resti?"
"Sebagai Hero, wajar jika aku melindungi warga Gotham, kan?" Dick beralasan.
"Resti itu warga Metropolis."
"Metropolis juga tanggung jawab bagiku."
"Tidak. Itu tanggung jawab Superman."
"Aku mengantar orang dari Gotham ke sini."
"Ucapanmu makin lama makin tidak nyambung," komentar Joe.
Aku menghela napas melihat pembicaraan mereka yang terdengar aneh. Rekanku yang lain entah sejak kapan sudah ada di sini dan berdiri di dekatku ikut menyaksikan perdebatan di antara Dick dan Joe yang sepertinya tidak kunjung usai. Tatapan tajam keduanya juga masih saling dilempar.
Ujung-ujungnya akulah yang melerai. "Udah, deh. Aku mau ke pos buat ngobatin lukaku. Kalau kalian mau bertengkar, terus aja di sini."
Aku mengajak rekanku yang lain untuk berjalan bersama sampai ke pos. Dick dan Joe menyusul di belakang. Sepanjang perjalanan, rekan lainnya bercerita perihal keberhasilan mereka untuk menghancurkan alat pemblokir sinyal. Beberapa orang lainnya juga sudah menunggu di pos. Sedang dua orang yang menyusulku ke sini adalah mereka yang khawatir karena belum menerima kabar.
Di tenda tempat kami berkumpul, aku segera mengobati lukaku sendiri. Awalnya Dick mau membantu tapi berujung cek-cok dengan Joe karena mereka berebut perihal siapa yang lebih pantas untuk membantu. Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran dua orang itu sehingga memilih kabur saja dari dekat mereka dan mengobati lukaku sendirian. Begitu sudah selesai, teman-teman lainnya juga sudah usai dengan kegiatan masing-masing, kami kembali berkumpul untuk membahas penayangan berita secara real time.
Sekarang, sinyal di lokasi ini sudah mulai stabil. Perangkat elektronik kami setelah diperiksa juga sudah mulai bisa terkoneksi ke internet. Dikarenakan koneksi yang semakin baik, aku segera menghubungkan perangkat-perangkat milik kelompok kami ke satelit pribadi Lex agar sewaktu-waktu jika alat pemblokir sinyal ada lagi, kami masih memiliki cadangan data dan tinggal mengirim pesan pada Miss Waller untuk membantu mengurusnya.
"Intinya, mulai sekarang kita bisa melakukan live stream, penayangan real time kejadian, dan memublikasikan berita beserta bukti sebanyak-banyaknya ke khalayak umum. Selama ini kita gak bisa ngeluarin berita karena alat kampret itu. Sekarang udah gak ada batasan jadi cepat-cepat aja dilaksanakan biar dunia tahu pihak Asraham yang biadab." Aku menutup pertemuan dengan satu penjelasan panjang.
Masing-masing di antara kami pun akhirnya bubar dan mulai mengerjakan tugas masing-masing untuk memublikasikan berita. Sedangkan orang-orang yang ada di bidang penyiaran mulai menyiapkan alat-alat mereka untuk dipakai melakukan penayangan esok karena hari ini tentu kami butuh istirahat terlebih dahulu.
"Res, ayo bicara denganku." Dick ikut dalam rapat ini dan hanya berdiri diam menyimak segala yang terjadi. Ia baru berkata demikian ketika rapatnya usai dan mengatakannya sambil menggenggam erat kedua tanganku.
"Resti butuh istirahat!" Joe menyela.
Ruang rapat di tenda ini cuma tersisa kami bertiga. Aku menghela napas lalu menjawab, "Aku akan pergi dengan Nightwing dulu bentar, ya, Joe."
Mendengarku berkata demikian, Joe langsung pergi keluar. Bisa kulihat senyum lebar Dick saat aku menuruti permintaannya. Dia bergegas menarik tanganku dan mengajakku pergi yang entah ke mana.
.
966 Kata ~
.
A/N : Bawalah aku ke mana kau mau~
Janjiku padamu~
Jiwa dan ragaku~
Mati pun ku mau~Gak tau, tetiba aja keinget lagu jadul itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Cheated On Me, Dick! [END]
RomanceAku mendapatkan sebuah kejutan di apartemen kekasihku saat hendak memberikan ucapan selamat padanya yang baru naik jabatan di kepolisian Bludhaven. Sebuah kejutan yang membuat hubungan kami semakin buruk dan buruk. Wanita itu, Barbara Gordon, tampak...