20 💧 Selesai.

53 5 14
                                    

Aku minta maaf kepada Ana yang terus menerus ngedumel ketika aku pulang dan protes masalah ia yang harus menjaga Helling Town selama aku tidak ada. Ia juga mengeluh banyak hal tentang ayah yang terus-menerus meminta bantuan dan menyuruhnya untuk bekerja sebagaimana pekerjaanku bersama ayah dan kutinggalkan. Conner, aku jadi lebih sering menengahi pertengkarannya dengan Dick saat mengetahui kami sudah berbaikan. Oh, yang tak kalah mengejutkan adalah ketika sebelumnya berkata bahwa Bludhaven sudah diurus oleh seseorang, ternyata orang yang dimaksud adalah Conner.

Entah bagaimana caranya Dick sampai membuat Conner jadi menjaga kota yang menjadi tanggungjawabnya sedangkan Conner sendiri menjaga kota Smallvile. Entahlah, yang jelas sejak pertemuan Dick dan Conner berikutnya ketika kembali dari Pystonia, aku harus terus berada di tengah-tengah mereka agar pertengkaran tidak semakin berlanjut sebab perut lebam Dick yang dulu cukup parah. Aku tidak mau melihat kekasihku kembali mendapatkan luka demikian.

Namun, tidak apa. Pada akhirnya semuanya selesai dan akhir seperti ini sudah cukup membahagiakan.

"Kategori jurnalis junior terbaik tahun ini adalah ...." Pembawa acara memberikan jeda. Saat ini adalah ajang penghargaan terbesar di metropolis. Lois seniorku jelas sudah memborong banyak piala. "... Resti Queen L."

Aku berdiri dari kursiku saat mendengar namaku disebutkan. Dengan langkah santai aku berdiri ke atas panggung, menerima sebuah piala berwarna emas dan berukuran besar serta sebuah buket bunga dari si penyiar. Lantas aku berdiri di tengah-tengah panggung yang sudah disediakan stand mic dan fokus memandang penonton untuk memberikan pidato kemenangan.

Aku menghela napas panjang, dadaku bergemuruh oleh rasa senang, senyum lebar kutunjukkan dengan jelas bersamaan dengan aku yang kemudian mengatakan, "Pertama-tama aku ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada ay–"

Kursi paling depan yang seharusnya diisi olehnya ... kosong. Ayah tidak datang. Senyumku pudar bersamaan dengan kekecewaan yang tiba-tiba muncul. Aku tahu ayah orang yang egois, tidak cukup perhatian. Tetapi tetap saja ketika aku memberikan undangan VVIP dan menyiapkan satu tempat khusus untuknya saat itu aku berharap besar bahwa ia akan menontonku dari sana.

Namun, perlahan, bibirku kembali terangkat saat menyaksikan Ana dan Conner duduk bersebelahan sambil bertepuk tangan. Mereka mengangkat tangan dan menyeru-nyerukan namaku di antara penonton lain yang sudah diam. Oh, Dick Grayson juga ada bersama mereka. Lelaki itu bahkan membawa sebuah banner besar yang dia tunjukkan berisi ucapan selamat kepadaku. Di sebelah Dick berdampingan dengan posisi Ana duduk, Jason juga hadir. Aku yang menyuruh Dick mengajaknya. Begitu pula adik-adik iparku dari Batman Family. Mereka semua datang kemari.

Ternyata, acara penghargaan malam ini tidak seburuk itu.

Aku menulang, "Terima kasih banyak kepada keluargaku yang selalu memberikan dukungan penuh dan bahkan membantu pekerjaan yang kutinggalkan selama berada di Pystonia. Terkhususnya terima kasih pula kepada kekasihku," aku menjeda, memberikan senyum terbaikku pada Dick yang sekarang juga memandangku dengan mata berkaca-kaca. "thanks for everything, and i love you so much, babe."

*

*

"Lah, katanya kita mau ditraktir sama Kak Dick? Jadi, gak, sih?" Ana berceloteh saat acara sudah berakhir dan kami berjalan bersama ke halaman depan studio.

"Tentu saja, adik ipar." Dick menjawab.

"Asyik! Nanti Kak Res juga harus ngasih hadiah, dong. Aku kelimpungan ngurusin kota sama ngurusin kerjaan dari Ayah." Mengeluh untuk yang ke sekian kali.

Aku mengacak rambutnya pelan. "Iya, kamu mau apa?"

"Mau Jason, Kak." Ana menjawab tapi berbisik. Si pemilik nama yang disebut berada di sebelah Dick, tidak mendengar.

"Aman. Nanti aku suruh Dick buat nyiapin kursi di restoran yang pokoknya kamu di sebelah J." Aku menjelaskan. Senyum Ana langsung melebar mendengar hal itu.

"Lalu bagaimana denganku?" Conner dari sebelah Ana terlihat cemberut.

"Yang tua agaknya harus ngalah, deh, Con."

"Aku juga mau hadiah!" Conner protes.

"Memangnya mau apa?" Aku bertanya. Kulihat, tangan Conner mengepal-ngepal sampai terdengar bunyi kretek tulang jemarinya. Aku melanjutkan sebelum Conner berbicara yang aneh-aneh, "Kalau permintaannya buat mukul orang gak boleh loh, ya!"

"Cih! Kak Res pilih kasih!" Alamak, lucu sekali adik lelakiku ini.

Mobil panjang yang dikendarai oleh Alfred sebagai jemputan pun sangat muat diisi oleh kami semua untuk menuju ke restoran. Namun, mataku menangkap sosok seseorang di sebelah pintu masuk studio sehingga aku menyuruh mereka masuk lebih dulu sedangkan aku menghampirinya.

Dia adalah Barbara, duduk di kursi roda dengan pakaian sangat tertutup dan bahkan menggunakan masker penutup setengah wajah. Rambutnya juga disembunyikan di balik topi kupluk. Dengan penampilan seperti itu cukup sulit orang mengetahui dirinya. Namun, aku sudah hapal dari proporsi tubuhnya sampai sekali lihat aku sudah bisa mengetahui itu dirinya.

"Mau ikut?" Aku menawari.

Kedatangannya ke mari juga karena aku memberikan undangan sejumlah seluruh anggota Batman Family kepada Dick. Mungkin itu dibagikan secara rata dan Barbara juga datang tetapi memilih untuk tidak masuk ke dalam. Bruce Wayne juga tidak kulihat batang hidungnya. Lelaki itu sangat sibuk jadi aku memang tidak berharap sejak awal.

"Apa ini yang mau kau perlihatkan?" Barbara bertanya balik.

Aku tersenyum singkat. "Iya."

Dia terlihat kesal. "Kau jahat, ya."

"Kamu jauh lebih jahat." Aku berbicara. "Tapi lebih daripada itu meski aku kurang suka sama kamu sekalipun, aku berharap kamu bisa betulan ketemu sama orang yang pas untukmu. Coba lihat Dick, meskipun kamu menggodanya kayak gimana pun kalau dia gak cinta, gak akan bisa. Pada akhirnya dia kembali ke aku, kan? Suatu saat, kamu pasti dapat penggantinya dia dan untuk itu kamu cuma butuh waktu. Sabar-sabarin aja, ya."

Ucapan panjang lebarku membuat mata Barbara melotot, dia terdiam untuk sesaat sambil memandangku dengan tatapan yang tidak bisa kujelaskan juga. "Kenapa?"

"Kenapa apa?" tanyaku balik.

"Kenapa kau perhatian ...." Dia tidak melanjutkan ucapannya tapi mungkin dia mau mempertanyakan kenapa aku sepeduli itu padanya.

"Karena ... ya, mau bagaimanapun pada akhirnya kamu juga adiknya Dick, kan. Adiknya Dick berarti bakalan jadi adikku juga. Pelan-pelan aku juga bakalan berusaha ngilangin ketidaksukaanku ke kamu."

"Kenapa?"

"Oh, aku udah tobat jadi orang jahat." Cukup di masa lalu saat aku terpaksa menjadi seorang kriminal karena perintah ayah.

Tidak ada tanda-tanda Barbara akan menyahut lagi, saat aku menawarinya untuk ikut ke restoran dan dia menolak, aku pergi ke mobil menyusul orang-orang dan berangkat ke restoran mewah yang Dick janjikan sebagai tempat ia akan mentraktir kami semua.

Sesungguhnya, bukannya aku benar-benar peduli. Akan tetapi, aku berharap dengan tulus Barbara segera menemukan pasangan agar dia tidak mengganggu hubungan kami lagi. Aku harap, hubungan ini damai saja seperti ini terus.

.

.

Omake ~

Sepanjang berbincang dengan Barbara, Resti Queen mengalihkan pandangannya ke jalanan. Dia sadar, dia tidak pandai berbohong. Dia perlu menyembunyikan wajahnya yang sedang menahan tawa kemenangan sembari mulutnya terus berbicara tentang kepedulian.

.

.

[The End]

You Cheated On Me, Dick! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang