02. ruang kerja

3.2K 336 1
                                    

n : "..." in italic means talking on the radio or phone


. . . . .

Hari ini nampak begitu cerah membuat Mia berniat untuk sedikit jalan-jalan di pinggir pantai yg berada tepat di belakang rumah mereka. Entah sudah keberapa kali Mia memuji rumah milik keluarga yg baru beberapa bulan ia masuki ini. Dirinya juga bahkan berniat mengajak yg lain untuk bermain di pantai.

"Guys ayo temenin aku main di pantai" ajak Mia lewat radio, dapat ia dengar banyaknya antusias disana bahkan beberapa dari mereka langsung tiba di pantai.

"Caine?" panggil Rion dari radio. Mia yg kebetulan berada di samping Caine menatap si rambut merah.

"Iya Rion?" sahutnya

"Sorry, bisa ke ruang kerja sebentar"

"Okay, on my way" jawab Caine sebelum akhirnya minta maaf untuk pamit undur diri karena pekerjaan, mereka tentu kecewa karena Rion mengganggu waktu bersantai milik Caine. Namun mereka hanya menatap kepergian Caine dalam diam, mau bagaimana lagi itu tugasnya sebagai kepala keluarga di keluarga ini.

"Ahh papi nyebelin banget, padahalkan Mia jarang ngabisin waktu sama Kak Caine" keluh Mia yg di setujui semuanya

"Rion mah pikirannya kerja doang anjir" timpal seorang pria berambut gondrong diikat

"Bohong banget itu mah Garin, gw yakin si papi cuman modus doang ke Caine" ucap Krow yg diangguk setuju oleh yg lain

. . . . .

Malam ini seperti biasa Gin, Souta, Mako, Riji dan Krow bermain PS di ruang tengah. Hanya saja kali ini Caine dan Garin ikut bergabung untuk bermain. Permainan kali ini cukup menyenangkan karena Caine meminta bermain game horror membuat suasana ruangan sedikit lebih riuh daripada biasanya.

Anak-anak lain yg melewati ruangan itu seperti sekedar ambil minum jadi ikut bergabung di ruang tengah menonton Garin yg sepertinya berulang kali menjadi tumbal proyek di dalam game. Seorang gadis berambut ungu pastel itu tertawa girang di balik tangisan Garin, ia bernama Echi.

"Garin awas kalau kata gw lu di ikutin sih sama mbak kuntinya" celetuk Echi yg semakin membuat Garin merengek ingin menangis kembali. Mereka tertawa lepas sebelum akhirnya berteriak kaget karena jumpscare secara tiba-tiba.

"Beneran ngikutin anying mbak kuntinya" umpat surai biru muda kesal, ia adalah Souta.

Caine tertawa lepas hingga dering ponselnya menginterupsi bertuliskan nama Rion disana. Kemudian ia menarik diri untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Hey what's wrong?" Tanya Caine

"Dirimu di ruang tengah kah Caine sama yg lain?" Tanya di seberang sana

"Yup, kamu masih di ruang kerja kah?"

"Yah gitu lah" jawab Rion pelan yg masih di dengar Caine. Surai merah itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali bicara

"Udah makan makanan tadi sore yg aku bawain?"

"Udah kok aman"

"Aku temenin lagi ya"

"Eh gak usah, aku tadi cuman penasaran aja anak-anak lagi pada apa. Aku gak mau ganggu waktu kamu sama anak-anak Caine"

"it's okay, aku bantu kamu biar cepet selesai dan biar kamu cepat istirahat juga ya"

"Thanks a lot Caine"

"My pleasure Rion"

Caine menutup panggilan itu, kakinya berjalan menuju dapur untuk membuat kopi dan mengambil beberapa cemilan. Ia pikir Rion butuh sesuatu untuk menyegarkan pikirannya dari tumpukkan kertas penuh tinta dan tak lupa membuat coklat panas untuk mereka yg berada di ruang tengah.

"Thanks Caine" ucap Gin yg disusul ucapan terima kasih dari yg lain kala Caine menaruh segelas coklat panas di hadapan mereka semua satu persatu.

"Loh mau kemana?" Tanya Garin melihat Caine membawa nampan dengan segelas kopi hitam, segelas coklat panas dan juga cemilan

"Mau ketempat Rion" jawabnya singkat dan hilang dari pandangan, mereka semua saling pandang dalam diam.

"Kayak gak tau aja" celetuk Gin yg diangguki setuju oleh Riji

"Caine kesannya kaya istrinya Rion bejir" tambah Mako yg dianggukin semangat oleh Mia

"Bener banget, Kak Caine terlalu male wife" ucap Mia

"Buset Mia, tau istilah male wife dari mana anjir" ini suara Echi

"Kebanyakan nonton vtuber itu pasti" ucap Mako. Mia yg kini menjadi bahan bicaraan itu hanya terkekeh kecil, yg di bilang Mako memang benar apa adanya.

"Kita panggil mami aja gak sih, biar pas papi mami"

. . . . .

Rion menatap lembaran kertas di hadapannya malas, entah sudah lembar keberapa ia membaca dan tanda tangani. Matanya sudah sangat kering dan perih bahkan obat tetes mata dan kacamata miliknya masih kurang membantu mata lelahnya. Dirinya kembali menguap dan memijat pangkal hidungnya.

"Gila gw kalau kayak gini terus" monolognya

Sebuah ketukan terdengar dari arah pintu, Rion mempersilahkannya masuk ia yakin betul Caine lah mengetuk pintu dan benar saja rambut merah itu masuk ruangan lebih dahulu dibandingkan tubuhnya, memastikan keberadaan Rion benar-benar terlihat sangat lucu. Caine tersenyum simpul dan meletakkan bawaannya di meja sofa.

"Ngopi dulu sini" ajaknya sembari memberi gestur memanggil dengan jarinya. Rion tertawa kecil dan mengangguk, ia kemudian mendudukan dirinya tepat di samping Caine dan menyeruput kopi hitam yg seakan menjernihkan pikirannya dalam sekali teguk. Menghela nafas panjang sebelum akhirnya menyederkan kepalanya pada bahu Caine.

"Kamu istirahat aja ya, biar aku yg lanjutin"

Rion yg mendengarnya langsung bangkit dan menatap tajam Caine, terlihat jelas ia tak setuju dengan usulan dari Caine barusan.

"Tadi perjanjiannya enggak begitu ya, kita kerjain bareng-bareng inget?" Tanya Rion, nada bicaranya sedikit berbeda dari yg biasa ketika berbicara dengan Caine

"Tapi kamu kecapek-an Rion" jelas Caine, ia hanya tak mau kepala keluarga yg satu ini sampai ambruk karena dirinya sendiri juga tidak bisa memimpin keluarga ini sendirian tanpa Rion, ia takut salah ambil langkah.

"Tapi aku juga gak mau kamu capek" jawab Rion yg justru membuat Caine terdiam. Rion yg sadar ucapannya tanpa sadar membuang wajahnya dari hadapan Caine, semu merah perlahan muncul di pipi keduanya.

"O-okey, kita kerjain bareng-bareng" ucap Caine sedikit terbata, ia jadi ikutan salah tingkah melihat Rion yg juga salah tingkah. Detak jantungnya tidak karuan hampir membuat nafasnya tidak teratur, sedangkan Rion hanya mengangguk kecil berjalan menuju meja kerjanya kembali. Ia masih menjauhi pandangan mata keemasan itu tentunya.

Keduanya perlahan larut dalam perkerjaan, 2 jam berlalu akhirnya Rion merenggangkan tubuhnya dengan senyuman ia sepertinya sudah selesai. Dirinya melihat posisi Caine yg ternyata sudah tertidur di sofa, tumpukan kertas di hadapannya sudah rapih tanda ia sudah menyelesaikan semuanya sendiri.

Dengan hati-hati ia mengangkat tubuh Caine, membuat si rambut merah itu bergerak menyamankan kepalanya di dada Rion. Berusaha sebaik mungkin untuk tidak membuat suara ia keluar ruangan kerja dan memasuki kamar milik Caine, membaringkan tubuh yg sedikit lebih kecil darinya itu dengan aman tak lupa menyelimutinya.

"Makasih banyak Caine, kamu keren banget di mata aku" ucap Rion pada Caine yg sudah jelas tertidur, memperhatikan setiap inchi wajah tertidur itu dengan seksama. Kulit putih, hidung sempurna, bulu mata lentik dan bibirnya merona alami. Jangan lupa pipi gembil yg membuat Rion gemas sendiri.

"Gemes banget anjing pengen gw gigit" monolognya. Surai ungu itu mengigit pipi dalamnya menahan diri agar tidak menganggu tidur Caine, ia perlahan undur diri memasuki kamarnya sendiri. Memilih mandi sebelum benar-benar mengistirahatkan dirinya.







tbc...
xoxo <3

Little Secret ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang