n : "..." in italic means talking on the radio or phone
. . . . .
Ini adalah sebuah awal temu, kala itu si surai ungu masih berusia 26 tahun dan si surai merah 14 tahun. Berawal ketika si surai merah ini atau sebut saja Caine mulai masuk ke sekolah swasta karena selama ini ia adalah murid home schooling. Orang tuanya selalu menjauhkan dirinya dari orang lain, mereka bilang mereka malu punya anak seperti dirinya. Wajahnya terlalu cantik dan feminim untuk ukuran lelaki, menurut mereka itu menjijikkan.
Sebagai putra tunggal keluarga Chana, mau tak mau ia di paksa untuk mengikuti semua kemauan orang tuanya. Potongan rambutnya kala itu dibuat terlihat sangat culun dengan kacamata besar dan tebal, ibunya melakukan itu agar menutupi wajah asli sang anak. Sesekali ia menggunakan masker yg justru semakin terlihat aneh di mata teman-teman sekolahnya.
Hal pertama yg ia inginkan saat masuk sekolah tentu adalah memiliki teman, namun sialnya berakhir menjadi bahan perundungan. Disini lah dia sekarang di sebuah gang sempit yg buntu, segerombolan anak-anak nakal itu memukuli dirinya berkali-kali.
"Jelek banget anjing nih orang"
Entah itu sudah lontaran hinaan keberapa kali didengar Caine, ia hanya diam tanpa reaksi apa-apa. Anak-anak nakal itu kesal, padahal ia berharap si cupu ini akan menangis dan meminta maaf untuk diampuni.
Sedikit kasar salah satu dari mereka menarik masker Caine dan kacamata itu asal. Menjambak poni depan wajah Caine yg hampir menutupi mata keemasan itu. Sebuah siul terlontar di depan wajahnya, senyum miring mengejek itu benar-benar membuat Caine takut sekarang.
"Oke juga muka lu, cantik"
"Liat ada tahi lalat di bawah matanya, erotis banget"
"Coba nangis, kayaknya bagus buat bahan gw"
"Cuih!" Caine meludah tepat di wajah salah satunya, satu pukulan keras tepat di pipi ia dapat karena perlakuan sebelumnya. Dapat Caine rasakan rasa anyir darah karena ujung bibirnya robek, tak lama satu tendangan menyusul mengenai perutnya. Dirinya terbatuk-batuk berteriak menerima sakit. Tatapannya kosong menatap salah satu kakak kelasnya yg sudah siap dengan pisau lipat yg entah dari mana.
. . . . .
"Bagilah Rion dikit doang" rengek remaja rambut coklat itu pada yg lebih tua, dia adalah Gin.
"Kagak ada, lu masih di bawah umur anjir ngasih penyakit gw yg ada" sahut Rion.
"Lah? Apa bedanya sama lu yg selalu nyebat di depan gw? Udah lah sini gw bagi rokoknya" protes Gin
Rion menolak mentah-mentah permintaan Gin, ia tak mau di cap sebagai kriminal karena memberi rokok untuk anak SMA yg sudah pasti masih dibawah umur. Ya walaupun ia itu memang kriminal sih. Keduanya larut dalam pertengkaran kecil hingga mereka lewat di sebuah gang sempit, suara rintihan terdengar samar-samar disana.
"Anjir suara apaan itu" ucap Gin sedikit takut
"Gw rasa anak-anak SMP yg sering nge-bully itu dah, pasti mereka lagi bully orang tuh disitu" jelas Rion pada Gin
"Yaudah lanjut gw gak mau ikut campur urusan orang" lanjut Rion, baru beberapa kali kakinya melangkah terdengar suara tatih kaki, karena sedikit penasaran ia menunggu siapa yg akan keluar dari gang sempit itu.
Tak lama muncul seorang anak laki-laki masih menggunakan seragam SMP sekolahnya yg penuh dengan bercak darah. Rambut merah itu menutupi setengah wajahnya, ia jalan tertatih sebelum jatuh di hadapan keduanya. Gin reflek menghampiri anak itu memanggil-manggilnya agar terbangun sedangkan Rion berjalan melewati keduanya masuk ke dalam gang.
Kedua pupil violet itu melebar terkejut melihat pandangan di hadapannya, beberapa anak dengan seragam yg sama tergeletak penuh darah. Ia tak begitu mengerti apa yg di lakukan oleh anak berambut merah barusan, meskipun begitu pikiran licik terlintas di kepalanya.
"Bawa dia Gin" ucap Rion
. . . . .
Pening, itu lah hal pertama yg Caine rasakan pertama kali saat tersadar dari pingsannya. Netra keemasan itu menatap sekeliling yg nampak sangat asing untuk dirinya, sedikit meringis sakit untuk luka-lukanya yg ternyata sudah di beri obat entah oleh siapa.
"Bagaimana perasaanmu?"
Caine menatap pria di hadapannya dalam diam sebelum akhirnya ia bertanya "Siapa?"
"Oh sorry, perkenalkan saya Rion Kenzo pemilik apartemen ini sekaligus yg bawa kamu ke sini. Jadi gimana, apa luka-luka mu masih sakit?" Tanya Rion mencoba ramah pada Caine. Anak berambut merah itu menggeleng tipis sebagai jawaban.
"Kau ingat apa yg sudah kau lakukan bukan? Kau membunuh teman-temanmu, ingat?" Tanyanya menatap lurus Caine.
Mata sayu itu menatap Rion kosong, bibirnya bungkam tanpa jawaban. Perlahan manik keemasan itu menatap tangannya yg masih bernoda darah entah milik siapa. Air matanya jatuh, ia menangis menyesali apa yg ia lakukan.
"A-aku..." Ucap Caine gelagapan, ia seperti baru saja tertampar kesadarannya. Kali ini Rion yg bungkam melihat Caine yg semakin menangis bahkan meraung seperti mentalnya terguncang. Mulutnya tak henti-henti menyebutkan kemungkinan hal terburuk yg akan menimpa dirinya setelah ini seperti masuk penjara, dikeluarkan dari sekolah bahkan tentang perasaan orang tua nya nanti. Walau dirinya sendiri tak yakin tentang yg terakhir.
"Hey tenang, berhenti nangis and look at me!" Ucap Rion menangkup wajah Caine.
"Everything will be okay, ini bukan akhir hidup kamu jadi jangan bereaksi berlebihan. Saya gak tahu siapa kamu, background kamu atau segala hal tentang kamu. Tapi yg pasti ada iblis kecil dalam diri kamu yang bahkan dirimu sendiri gak tahu itu" jelas Rion, kini Caine menatap Rion bingung tak mengerti maksud ucapan pria dewasa di hadapannya sama sekali.
"Jujur saja tadi saya pikir kamu bisa di manfaatkan, tapi ternyata kamu hanya anak kecil cengeng yg bahkan gak bisa berfikir tenang. Bersiaplah akan ku antar pulang" ucap Rion serius, ia memilih untuk bangkit menyiapkan mobilnya.
Caine menarik pergelangan tangan Rion, menggenggamnya cukup erat yg membuat Rion bingung. Ia menggeleng kecil tanda tak setuju dengan ucapan Rion barusan.
"Gak mau pulang?" Tanya Rion, anggukan kecil Caine berikan sebagai jawaban. Rion yg melihat itu tertawa sinis. Tiba-tiba saja hal gila terlintas di pikirannya saat ini.
"Terus gimana? mau saya culik aja?"
tbc...
gila banget buat kalian yg minta di culik wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Secret ✔️
Fanfiction- rioncaine au - Kisah ini sederhana, hanya keseharian kecil dari sebuah keluarga yg 'dibuat' oleh seorang pria bernama Rion Kenzo. Namun di balik keseharian yg biasa ini, anak-anaknya justru sering berbisik membicarakan sang kepala keluarga yg bisa...