19. krow's ; prioritas

2.6K 278 10
                                    

n : "..." in italic means talking on the radio or phone

. . . . .



Krow melipat kedua tangannya di depan dada dengan punggung yg masih nyaman bersandar pada dinding. Netra jingga miliknya menatap dalam diam Rion yg masih mengelus surai merah itu sayang, ia tertidur lelap setelah mendapat 5 jahitan di punggungnya. Ujung matanya sesekali melirik Echi yg masih belum sadarkan diri pasca operasi.

Ada rasa kecewa, sedih dan marah yg begitu dalam di hatinya saat ini. Sebut saja dirinya merasa sangat payah membiarkan dua orang di keluarganya yg begitu berharga terluka tepat di hadapannya. Ia tak berbuat begitu banyak kala itu membuatnya sangat amat merasa bersalah.

Krow perlahan keluar dari ruang rawat, ia berniat mencari sedikit udara segar untuk menghilangkan pikirannya yg sedang kacau saat ini. Melangkahkan kaki ke parkiran belakang rumah sakit dan menghirup tembakaunya disana.

Langit malam ini nampak terang, ada bulan sabit di temani banyak bintang yg begitu cantik. Krow menatap langit cukup lama membiarkan pikirannya melayang entah kemana. Hingga sebuah rangkulan di bahu mengalihkan perhatian, ia melirik mendapati Jaki yg ikut menatap langit dalam diam.

"Ngapain?" Tanya Krow asal, matanya kembali fokus menatap bintang di langit

"Cantik banget bulannya malam ini" ucap Jaki, bukannya menjawab pria surai merah muda itu justru mengucapkan hal lain. Krow tak merespon, dirinya membiarkan pria itu ikut menatap langit bersamanya.

"Besok malem mau ikut gw? Kita pantau anak SG" tawar Jaki

"Mau, mau banget" jawab Krow antusias, seulas senyum terukir di wajah Jaki.

"Selagi kita nunggu keadaan Echi sama Mami membaik, gw yakin mereka gak akan nunjukin diri ke hadapan kita lagi. Kayak kata Papi mereka itu pengecut, jadi kita pantau pergerakan mereka terus sampai dapet perintah selanjutnya dari Papi" jelas Jaki yg di angguki paham oleh Krow

"Kita semua juga merasa kecewa karena gak bisa jaga keluarga dengan baik, walaupun gitu kita harus tetep move on buat strategi pembalasan kita selanjutnya, jadi jangan nyalahin diri sendiri okay" ucap Jaki, sembari mengelus lengan atas Krow lembut dan beberapa tepukan penyemangat untuknya.

Krow tersenyum kecil namun sedetik kemudian menjauhkan dirinya dari rangkulan Jaki "Iya gw tahu, udah ah gw mau ke kantin RS beli makan. Gegara anak-anak SG sialan itu, makanan gw yg beli di Uwu malah mubazir ketinggalan di jalan" ucapnya sedikit angkuh di awal, Jaki tertawa mendengarnya.

"Ayo gw ikut, kita beli makan buat yg lain juga" ucap Jaki menyusul langkah kaki Krow. Sedikit iseng tangan kirinya kembali merangkul tubuh Krow, namun kali di pinggang sang empu. Anehnya tak ada protes sama sekali, membuat dirinya merona sendiri hingga telinga.

. . . . .

Manik amethyst itu perlahan terbiasa membiarkan bias cahaya yg berlomba-lomba masuk menyapa penglihatannya, beberapa siluet yg tadi sempat terlihat juga ikut perlahan nampak dengan jelas. Wajah-wajah bersyukur penuh haru yg pertama ia lihat, ia tahu betul keluarganya sudah menunggunya cukup lama. Seutas senyum ia beri tanda ia sudah amat membaik.

"HUHUHUHU ECHI AKHIRNYA LU BANGUN ANJIR!!!" Tangis haru Aenon langsung memeluk tubuh yg masih berbaring itu, tak erat tapi berhasil mendapat pukulan keras dari Pak Sui yg kebetulan ada disana.

"Mami..." Panggil Echi serak, Caine yg posisinya duduk tepat di samping kanan Echi menyahut. Jemari panjangnya mengelus surai ungu pastel itu sayang.

"Papi..." Panggil Echi sekali lagi

"Hmm iya Papi disini" Sahut Rion lembut sekali, posisinya berdiri tepat di belakang Caine.

"Semuanya... Maafin Echi ya, udah bikin repot" ucap Echi meminta maaf, bahkan dengan suara yg masih serak dan lemas hampir saja tak terdengar namun gadis itu berusaha sebaik mungkin untuk mengucapkan permintaan maaf.

"Enggak Echi, hal wajar buat keluarga ngerepotin satu sama lain. Berhenti mikir aneh-aneh ya, sekarang fokus buat kesembuhan kamu" ucap Rion yg di setujui semuanya.

Echi tersenyum simpul, dirinya menerima dengan baik kala Caine memberinya segelas air dan membantunya untuk minum. Kening gadis itu berkerut saat sadar beberapa keluarganya tak semua ada di rumah sakit.

"Krow? Yang lain?" Tanya Echi, suaranya sedikit membaik sekarang hanya masih terdengar lemas saja.

"Krow sama yg lain lagi mantau pergerakan anak SG, tadi aku udah kabarin mereka kalau kamu udah sadar. Mungkin sebentar lagi sampai" jawab Caine, Echi mengangguk mengerti.

Tak beberapa lama setelah itu terdengar derap langkah cepat di luar, surai abu itu masuk ruangan sedikit tergesa menghampiri Echi. Nafasnya terdengar sedikit berat namun ia tak berucap apa-apa. Ia mengelus pucuk kepala Echi pelan. Mata jingga itu menatapnya sendu, namun terlihat jelas bagaimana perasaannya saat ini.

"Jangan lagi-lagi pasang badan buat orang lain Chi, itu tolol namanya" ucap Krow

"Maaf, Mami itu prioritas gw Krow" jawab Echi pelan, Krow yg mendengarnya menghela nafas panjang.

"Lu sama Mami juga prioritas gw Chi, gw gak bisa lihat kalian kenapa-kenapa kayak gini" ucap Krow pelan, Echi tersenyum mendengarnya. Sedangkan Caine yg berada di sampingnya mengelus punggung tangan Krow yg satunya.

"Krow tiap malam selalu jagain kamu Echi, siangnya bahkan mantau anak SG buat kamu juga" jelas Rion yg diangguk setuju oleh yg lain

"Emang tsundere aja orangnya" tambah Jaki yg masih setia berdiri di depan pintu menyaksikan semuanya.

"Adek kakak sama-sama tsundere jadinya ya gini, selama gak sadar 3 hari di temenin terus, dielus-elus di sayang eh pas udah sadar dikatain tolol" ucap Key yg mendapat tawa dari yg lain

"Kalian berisik banget anjing" umpat Krow membuat Rion gemas dan mengelus surai abu itu sedikit kasar.

"Tai banget Rion" umpat Krow kembali, baru saja ingin membalas perlakuannya kepada Rion kembali namun pergelangan tangannya sudah di genggam lebih dulu oleh Caine. Surai merah itu menginginkan atensi Krow kepadanya.

"Maafin aku ya kurang merhatiin kondisi keadaan kamu, padahal mental kamu paling hancur waktu itu lebih dari aku. Maaf ya Krow" tuturnya lembut sekali, Krow yg mendengar itu menggenggam tangannya. Tak kuasa menahan semua perasaan marah, kecewa dan sedih yg begitu kuat sendirian. Sedetik setelah air matanya jatuh, Caine menarik tubuh itu perlahan dalam peluknya. Membiarkan tubuhnya sebagai penyalur semua perasaan yg Krow rasakan, cukup lama namun surai abu itu masih asik dalam pelukan.

Dirasa tubuh Krow mulai tenang, ia menangkup wajah Krow perlahan. Hidung dan pipinya memerah bahkan matanya sudah sembab sekali. Mengusap bekas air mata tersisa dan membiarkan Krow yg kembali menyamankan dirinya pada Caine, ia bahkan membawa tubuh itu untuk duduk di sofa pojok ruangan. Tak ada satupun ingin menggangu, mereka semua ingin keadaan mental Krow membaik juga tentunya.

Rion sendiri menggantikan posisi Caine yg semula duduk di samping ranjang Echi. Sesekali membenarkan segala hal yg sekira mengganggu kenyamanan Echi, entah itu selang infus, selimut, bantal atau bahkan posisi tinggi pendeknya ranjang yg gadis itu tiduri.

"Mau di peluk Mami juga" celetuk Echi, matanya masih belum lepas melihat Krow dan Caine. Nampaknya Krow sudah tertidur lelap karena pada dasarnya anak bujangnya ini kelelahan, kantung mata panda pun melekat pada kedua matanya.

"Yaudah Papi peluk sini" tawar Rion yg mendapat tolakan mentah-mentah dari Echi.

"Enggak, mau Mami" ucapnya kekeuh, Rion menghela nafas lelah.

"Iya nanti ya Echi, lu sembuh dulu baru bisa di peluk Mami" ucap Selia yg di angguk setuju oleh Rion

"Bener, kita sementara rehat dulu gak ada agenda macem-macem. Fokus buat kesembuhan Echi, Caine sama mental kita masing-masing"



tbc...
sorry bgt aku lagi hectic belakangan ini, jadi aku usahain update sebisa ku yaa

btw kemarin-kemarin aku juga sempet ga enak badan, tapi sekarang mendingan. Jadi buat kalian readers homies ku tersayang jaga kesehatan ya minum air putih yg banyak.
big love <33

Little Secret ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang