22. perjanjian diatas pasir (2)

1.8K 228 26
                                    

n : "..." in italic means talking on the radio or phone

. . . . .



"Funanto to radio, gerombolan mobil mulai kelihatan ngedeket dari arah tol kanan" terdengar suara bariton Funin dalam radio membuat mereka semua memegang senjatanya masing-masing dengan erat.

"Berapa mobil?" tanya Rion dalam radio

"2 mobil GS warna hitam underlight kuning sama hijau, 1 mobil Raptor warna biru dongker, 1 mobil Evo IX warna hitam underlight pink" jawab Funin

"Ada 1 mobil Pih di aku, arah dari Paleto. RX-7 warna orange" sahut Mako

"Uwihh rame kaliii"

Senyum miring terukir di wajah tampannya, memberi kode kepada Riji untuk menuntun orang-orang itu untuk bertemu dengannya langsung. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, sebuah dengusan mengejek keluar dari bibirnya ketika netra ungu itu menangkap sosok pria jabrik pirang bersama dengan anak-anaknya yg mulai memasuki ruang.

"Jamet bener" celetuk Echi yg mendapat tawa kecil dari yg lain

"Yo! Madelta, long time no see. Kemana aja lu? Ngartis amat tiap di ajak ketemu" sarkas Rion yg hanya mendapat decakan kesal dari lawan bicaranya

"Mana anak gw?" Tanya Madelta tidak ramah, jujur saja ia tak mau berlama-lama meladeni si surai ungu dengan sumbu pendek itu. Sedangkan Rion sendiri justru menjawab pertanyaan tersebut dengan tawa menyebalkan.

"Setelah apa yg kalian lakukan ke keluarga gw, menurut lu gw bakal lepasin dia gitu aja? Semua tindakan ada konsekuensinya bro" ucap Rion remeh, netra ungu itu menatapnya angkuh membuat si surai kuning nyaris melayangkan pukulan disana.

"Kalau gitu lu juga pasti tau, konsekuensi dari apa yg wakil lu lakuin ke anak-anak gw kan?" ucap Madelta tak mau kalah. Rion menatapnya jengah, terlalu malas meladeni omong kosong yg mungkin akan keluar dari mulut selanjutnya. Matanya memicing tak suka saat sadar Caine menjadi pusat perhatian lawan bicaranya.

"Gw akuin selera lu boleh juga Rion" ucap tengil Madelta, pria itu menatap Caine yg berdiri tak jauh dari mereka dengan tatapan mata tertarik.

Anak-anak Rion yg mendengar itu dengan reflek mengarahkan senjata mereka tepat ke kepala Madelta, begitu pula sebaliknya semua anggota Shadow Garden ikut mengarahkan senjatanya ke arah Rion membalas perlakuan yg mereka lakukan pada 'Don'-nya. Madelta meminta anak-anaknya menurunkan senjatanya, membalas setiap tatapan amarah yg di lontarkan padanya dengan santai dan berakhir pada sepasang mata keemasan dengan mole cantik di bawah mata kirinya melempar tatapan dingin.

Caine sendiri tidak begitu peduli, ekor matanya justru menangkap pergerakan Rion yg seakan memintanya untuk mendekat. Tentu saja dirinya menurut, pupil matanya melebar sangat merasakan pinggangnya di rangkul posesif oleh sang empu. Darahnya berdesir hangat saat Rion semakin merapatkan tubuhnya. Ahhh sial bagaimana bisa sentuhan-sentuhan sekecil ini hampir membuat dirinya memekik girang, runtuknya sendiri.

"He's mine, kayak ucapan gw tadi di telpon. Lu sentuh dia, semua jari lu hancur" ucap Rion dengan nada yg jelas-jelas mengancam lawan bicaranya.

"Emang sejak awal gak ada yg bisa di bicarakan baik-baik disini" ucap Madelta

"Siapa yg bilang gw mau bicara baik-baik?! Sini gw ludahin mukanya satu-satu. Gw cuman mau lu hancur di tangan gw" ucap Rion garang, mendapat senyuman puas dari anak-anaknya yg lain.

"Okay gw ladenin mau lu, kita perang disini. Sekarang lepasin dulu anak gw" ucap Madelta akhirnya.

Rion tersenyum puas, memerintah Riji dengan lirikan bola matanya untuk melepas si sandra. Sedikit tertatih pria itu berjalan menghampiri keluarganya, mendapat sebuah pelukan dari seorang wanita yg mungkin saja kekasihnya.

Little Secret ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang