15. aneh?

2.3K 248 3
                                    

n : "..." in italic means talking on the radio or phone

. . . . .





Rion mengelus surai merah itu sayang, saat ini dirinya dan Caine berada di kamar milik Caine untuk rutinitas cuddling malam mereka. Rion sendiri menyebutnya sebagai salah satu cara dirinya mengisi energi, setelah penat bekerja ini itu ia butuh Caine untuk memulihkan segalanya sebut saja Caine sebagai peri penyembuh untuk Rion.

"Gimana hari ini? Anak-anak ada bikin ulah gak ke kamu?" Tanya Rion yg di jawab gelengan kecil, ia menyamankan diri bersadar pada dada bidang Rion. Menikmati setiap afeksi-afeksi kecil yg Rion berikan padanya.

"Semuanya aman, mereka berantem sih sesekali tapi baikan lagi kok" jelas Caine, dirinya terkekeh geli ketika Rion sesekali mengecup pipinya gemas.

"Oh iya Rion, kamu ngerasa gak sih Echi aneh belakangan ini?" Tanya Caine, surai ungu itu menatapnya bingung menimang-nimang hal aneh yg di maksud oleh si cantik.

"Aneh gimana?" Tanya Rion akhirnya

"Dia lebih pendiam aja, gak banyak tingkah. Kamu potong gaji dia lagi ya?" Tuduh Caine yg membuat Rion menatapnya kaget

"Hey kok kamu pikirannya jelek gitu ke aku?? Separah-parahnya aku potong gaji gak akan mungkin sampai segitunya sayang, apalagi ini Echi" Elak Rion

"Iya juga, apa dia lagi sakit ya? Belakangan ini dia suka pakai baju panjang gitu sih" pikir Caine

"Yaudah besok aku minta Pak Sui ke rumah" ucap Rion yg di angguk setuju oleh Caine. Keduanya kembali larut dalam suasana, Rion terus saja menghujani dirinya dengan ciuman di pucuk kepala dan seluruh bagian wajahnya tanpa henti.

"Perasaan kamu sering di ajak ketemu terus sama Maestro, masih bahas soal fraksi sebelah kah?" Tanya Caine yg di balas anggukan lesu dari Rion

"Asli aku males banget sebenarnya, fraksi yg suka ngaku-ngaku hitam gak jelas itu sering banget ngerusak harga barang. Kalau begini terus harga pasar jadi jelek banget" jelas Rion mendapat anggukan paham dari Caine.

"Kalau gitu terus semua orang juga bisa jadi bad side"

"Iyakan sayang, emang tolol ini orang-orang. Bikin banyak kerjaan aja, rasanya kalau ketemu mereka pengen aku pites satu-satu kepalanya pake AK" ujar Rion kesal sedangkan Caine tertawa kecil dan memberi kecupan singkat di dagu Rion, berniat sedikit mendinginkan kepala Rion.

Surai ungu itu terkekeh geli saat sadar tatapan dari si kepala merah itu mulai memberat, tak butuh waktu lama sebelum akhirnya ia tenggelam dalam mimpi. Ia merengkuh pinggang ramping itu dalam dekapannya, membiarkan kedua mata lelahnya perlahan beristirahat mengikuti peri penyembuhnya yg tenggelam dalam dunia mimpi.

. . . . .

"Krow?" Panggil Jaki saat mendapati surai abu itu duduk di dekat kolam renang outdoor di rumah mereka sendirian. Merasa dirinya terpanggil, ia menoleh menelisik dari ujung rambut sama ujung kaki. Menyahut seadanya dan kembali menghisap tembakau miliknya.

"Dari mana lu?" tanya Krow, memang jika dilihat pria merah muda itu berpakaian cukup berbeda dari pakaian tidurnya yg biasa.

"Biasa, balapan" jawabnya sembari ikut mendudukan diri di pinggir kolam

"Gak takut di marahin si Papi?" Tanya Krow lagi, memang benar adanya kepala keluarga yg satu itu meminta anak-anaknya berhenti ikut balapan liar. Ia berniat tak ingin mengulangi kejadian yg menimpa Souta dulu, dimana dirinya justru di culik oleh fraksi lain dan berakhir membeberkan banyak informasi soal keluarga.

Mereka tentu tak bisa menyalahkan Souta begitu saja, mengingat kala itu Souta masih sangatlah kecil dan hanya mencari kesenangan sesaatnya. Namun seperti halnya yg Souta lakukan, sesekali Jaki atau Funin akan diam-diam ikut balapan tanpa sepengetahuan Rion. Sedangkan Souta sendiri sudah cukup trauma dan mendengarkan Rion layaknya anak baik.

"Tenang aja, udah izin Mami. Biar Mami yg nge-handle Papi jadi aman" jelas Jaki yg mendapat tawa kecil Krow. Memang Caine saja yg berakhir mengiyakan segala hal yg anak-anaknya inginkan, alasannya kali ini pun sederhana. Ia bilang ia paham karena dirinya juga suka balapan liar dahulu dan berakhir selalu perang dingin dengan Rion tiap dirinya pulang selepas balapan.

"Lu kenapa? Kok kayak orang banyak pikiran gitu" tanya Jaki

"Ya iyalah, kan punya pikiran gak kayak lu" jawabnya sarkas. Jaki hanya mengiyakan saja ucapan si abu, ia terlalu letih hanya untuk memberontak tak setuju.

"Bercanda Jak, gw kepikiran sesuatu aja. Menurut lu Echi aneh gak sih belakangan ini?" Tanya Krow, ia memperhatikan surai merah muda itu berfikir cukup lama sebelum menggaruk tengkuknya tak gatal

"Aneh gimana? Masih rusuh kayak biasa kok" jawab Jaki akhirnya yg mendapat decakan malas dari Krow. Krow ini tergolong cukup dekat dengan Echi walau mereka bertengkar hampir di setiap detik oksigen masuk ke paru-paru merekanya.

"Ya lu mana ngeh njir, lu sendiri jarang di rumah karena dapet tugas dari si Papi" ucap Krow kesal

"Maaf deh maaf kalau jarang dirumah, kangen mah bilang aja sayang" ucap Jaki genit, sukses membuat pipinya memerah karena pukulan keras Krow

"Gila, gw lagi bahas Echi inget?!"

Jaki mengangguk-angguk kecil dan menatap langit tanpa bintang kala itu. Memberi keheningan cukup kentara disana, membuat Krow juga kembali termenung memikirkan soal sikap Echi yg aneh menurutnya.

"Mau gw pantau diem-diem besok? kayaknya besok gak ada agenda deh" saran Jaki. Krow tentu sangat setuju mendengarnya, ia tak bermaksud mengusik kehidupan pribadi Echi. Hanya saja ia merasakan firasat buruk soal ini.

"Yaudah tidur udah larut banget, baju lu tipis nanti sakit kena angin malem" ucap Jaki mengusak kepala rambut abu itu sayang. Membiarkan dirinya bangkit dan masuk kedalam rumah hendak beristirahat. Seutas senyum terukir diwajahnya mendengar cicitan kecil ucapan terima kasih dari Krow untuknya.

"Makasih doang, cium dulu sini" ucap Jaki genit kembali, ia tak kapok-kapok mendapat pukulan sayang dari Krow.

"Sorry, love language gw physical attack" ucap Krow asal dan pergi masuk kamar meninggalkan Jaki yg masih merintih kesakitan






tbc...
bikin konflik gede berkepanjangan kali ya hmm



Little Secret ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang