Chapter 5 : Hanya mimpi?

6 1 4
                                    

Ketika membuka mata, tiba-tiba aku berada di tempat yang tak ku kenal semuanya putih tidak ada apa pun di sana.

Aku takut lalu berlari dan terus berlari tanpa arah yang jelas. Berhenti sejenak karena lelah aku mencoba memberanikan diri untuk melihat kebelakang.

Tiba-tiba ada sebuah rumah yang terlihat familiar bagiku. Begitu ku hampiri, didalam rumah itu ada Meyra bersama pacarnya dan seorang pria yang tak kukenal tapi rasanya aku pernah melihatnya. Meski begitu aku merasa lega bahwa aku tak sendirian ditempat ini.

Tok tok tok...

Menunggu pintu terbuka dengan hati yang gembira, aku membayangkan ekspresinya yang senang bertemu denganku.

Kreeek...

"Maaf siapa ya?" Tanya Meyra dengan ekspresi bingung.

Berbeda dengan bayanganku, dia tak mengenaliku? Apa penampilanku berbeda dari biasanya? Aku harus berfikir positif. "Aku Keira." Tegasnya.

Matanya melihatku dari atas sampai bawah dengan ekspresi mencurigai.

Dengan senyum paksa, "maaf tapi Keira yang kukenal bukan kamu." Ucap Meyra sembari menutup pintunya.

Keira langsung menahan pintu itu supaya tidak tertutup dengan kakinya dan memegang gagang pintu itu, "apanya yang tidak kenal? Kan kamu yang berkata ingin berteman denganku." Isaknya.

Dia membuka pintunya lagi, aku sungguh berharap bahwa ini salah satu candaannya. Tapi kenyataannya hal yang terjadi adalah hal yang kuharap tidak pernah terjadi.

"Kuharap kau segera pergi dan tidak mengganggu lagi sebelum aku bersikap lebih kasar." Usir Meyra yang tadinya terlihat ramah sekarang terlihat sangat tidak bersahabat.

Aku baru pertama kali lihat Meyra yang seperti ini, aku takut tapi aku tak tahu lagi harus kemana.

Keira yang ketakutan karena pertama kali melihat Meyra yang seperti itu melepas perlahan pegangannya pada gagang pintu dan mundur perlahan. Ketika di anak tangga terakhir tiba-tiba Keira terjatuh karena licin.

Anehnya tiba-tiba salju turun dan seseorang mengulurkan tangannya.

Menerima uluran tangan itu, "Ah te-terima kasih." Ucap Keira seraya berdiri dan tersenyum.

"Sama-sama." Balasnya.

Keira merasa ada yang aneh lagi setelah mendengar suaranya yang mirip dengannya, dan ketika melihat wajahnya ia terkejut dan tak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

"Keira?" Ucapnya pelan.

"Oh kamu tau namaku ya. Benar namaku Keira kalau kamu namanya siapa?" Tanyanya seraya mengulurkan tangannya.

"A-aku-"

Mengambil tangan Keira yang sedang terulur dan menariknya, "Ayo masuk! Diluar dingin." Ajak Meyra.

Setelah keduanya masuk terdengar perdebatan kecil antara Meyra dan Keira. Tak lama pintu terbuka dan terlempar selimut putih.

Masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi Keira terduduk lemas, salju yang turun semakin lebat membuatnya kedinginan dan mengambil selimut putih yang tadi dilempar padanya.

Keira menyelimuti tubuhnya menggunakan selimut putih yang tadi ia ambil kemudian berjongkok sambil melipat tangannya di atas lutut, dagunya menempel pada tangannya yang terlipat.

"Ini semua pasti hanya mimpi," Ucapnya dengan penuh harap.

Hiks...

"Kei ayo bangun dan lupakan semua yang terjadi." Lirihnya sembari memejamkan matanya kuat-kuat.

Tak lama kemudian ia membuka matanya pelan-pelan dan terlihat seorang pria yang duduk di jendela kamarnya dan menatapnya. Lalu berkata, "kamu mimpi apa sih sampai keluar air mata tapi kamu tetep cantik kok hehe..."

"...terus ngapain tidurnya di meja sambil jongkok di atas kursi?" Tanyanya.

Keira langsung turun dari kursinya dan tersadar bahwa semuanya hanya mimpi. Ia merasa lega dan mengusap air matanya kemudian ia menyadari ada yang aneh.

Selimut putih yang tadi menyelimutinya masih tetap ada. Kemudian ia bertanya, "Bang Zaki yang ngasih selimut ini?" Sambil menunjuk selimut yang sedang dikenakannya.

"Apaan sih ditanya bukannya jawab malah nanya balik, lagian abang nggak punya selimut. Coba sekarang liat jam dulu sono." Ucapnya dan turun dari jendela.

Kemudian terdengar teriakan, "KAU HABIS NGAPAIN DARI SANA HAH? KAYAK HABIS MALING AJA KAU TURUN DARI JENDELA."

Keira tak menghiraukan suara itu dan melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul 06.10 am. "Sudah pukul enam lebih bisa telat kalo nggak buru-buru."

Ia segera melipat dan menyimpan selimut putih itu tanpa memikirkan hal lain, ia hanya fokus untuk segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Setelah dua puluh menit berlalu tepatnya pukul 06.30 am. "Untung masih sempat." Ucapnya lega sembari menuju meja makan kemudian ia duduk.

Lalu ia memakan sarapan yang sudah disiapkan ibunya yang sudah duluan pergi berangkat kerja dan melihat ada kertas kecil yang dilipat di atas meja tersebut.

Keira mengambil catatan itu dan membukanya lalu terdapat uang lima puluh ribu rupiah yang diselipkan diantara catatan yang dilipat dan kemudian membaca isi catatan tersebut.

Kei...
Malam ini ibu akan pulang larut malam
Belilah makanan pulang sekolah nanti
Beli makanan yang kamu mau
Gunakan uang yang sudah ibu taruh di meja

Setelah membaca isi kertas tersebut ia melipat kembali dan menyimpannya di saku rok lalu uangnya ia taruh di saku seragamnya kemudian melanjutkan sarapannya.

Tak lama kemudian ia merapikan mejanya kembali kemudian ia berangkat sekolah dengan berjalan kaki selama kurang lebih dua puluh menit.

*~*~*~*~*~*

Di Sekolah...

Keira masih memikirkan mimpinya yang membuatnya takut untuk bertemu Meyra.

Sesampainya di depan pintu kelas dan lama memegang gagang pintu tersebut karena ragu untuk membukanya. Tiba-tiba ada suara yang memanggilnya dengan keras.

"KE.. I... RA...!"

Melihat ke arah sumber suara itu, semua kekhawatiran yang mengganggunya seketika menghilang.

"MEYRA." Balasnya senang.

Double You : SynopsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang