Prolog

2.6K 91 1
                                        

Lima orang gadis sedang menikmati liburannya di sebuah villa tepi pantai. Saat ini, mereka berada di sebuah cafe yang memiliki fasilitas beberapa game seru. Dan Uno menjadi pilihan mereka menikmati sore sambil melihat pemandangan langit senja berpadukan dengan birunya laut yang menjadi daya tarik utama cafe itu.

“Truth or dare?” Tia tampak paling bersemangat saat untuk ke sekian kalinya, Kayla kalah main Uno dengannya serta tiga temannya yang lain.

“Dare,” jawab Kayla tanpa ragu.

Salah seorang sahabatnya yang bernaa Kinar membisikkan sesuatu pada Tia - orang yang memimpin permainan mereka. Tia tersenyum jail, membuat perasaan Kayla tidak enak.

“Kamu lihat cowok di sana?” Tia menunjuk seorang pria berpakaian santai yang sedang menikmati kopinya sambil menatap layar laptop. Pria itu tampak dingin dan anti sosial. Alis Kayla mengernyit bingung saat menatapnya.

“Dekati dia! Kamu harus bisa bikin dia menerima cinta kamu selama kita liburan di sini,” lanjut Tia.

“What? Yang bener aja? Bisa nggak sih dare-nya yang manusiawi?” protes Kayla.

“Tenang, Kay. Dia penghuni villa sebelah kita, kok. Jadi kamu masih bisa dekati dia nanti, besok dan untuk beberapa hari ke depan,” sambung Kinar.

Kayla menatap keempat sahabatnya yang tampak menunggu jawaban darinya dengan antusias. “Oke, tantangan diterima.”

Kayla mendekat ke meja pria yang tadi ditunjuk oleh Tia. Minimal, ia harus tahu nama pria itu sebelum ia berusaha mendekatinya.

“Hay, boleh gabung?” tanya Kayla langsung.

Pria itu mendongak. Ia menatap Kayla dengan datar. “Bukannya kamu datang sama teman-teman kamu di sana?”

“Iya. Cuma aku lagi bosan aja. Mereka ribut banget. Aku mau nikmatin pemandangan senja dengan tenang,” kata Kayla.

Kayla pikir, mungkin tak akan sulit untuk mulai berkenalan dengan pria itu. Namun, “meja sebelah sana kosong. Mungkin kamu bisa memakainya.”

Pria itu lebih anti sosial dari yang Kayla pikir. Apakah ia akan dapat meluluhkan hatinya, dan menang dari tantangan yang diberikan teman-temannya?

***

“Pagi, Marvel,” sapa Kayla begitu melihat tetangga tampannya keluar dari villa. Ia sampai rela mengorek informasi nama pria itu dari pegawai villa tempatnya menginap.

Sementara itu, Marvel tampak terkejut Kayla sudah mengetahui namanya. Pria itu tampak tidak nyaman. “Ada perlu apa? Mau jalan-jalan? Boleh ikut, nggak? Teman-temanku yang lain lagi pada malas keluar, padahal aku-”

“Sori, aku rasa kita nggak sedekat itu sampai kamu bisa ikut aku pergi,” tolak Marvel.

Kayla mengepalkan tanggannya andai bukan karena tantangan teman-temannya, ia mana sudi sok akrab begini dengan pria menjengkelkan seperti Marvel?

“Ya makanya aku ngajak kamu kenalan. Siapa tahu kita bisa jadi teman selama di sini,” ucap Kayla, berusaha menebalkan kesabarannya.

“Sori, aku lagi nggak terlalu butuh teman baru. Kalau begitu, aku permisi.” Marvel pergi begitu saja setelah mengatakan itu.

‘Shit! Ngapain kemarin aku harus terima dare dari mereka, sih? Mau maju, keburu najis sama cowok sok kecapekan itu. Mau mundur, gengsi lah. Masa Kayla Melody Putri sampai kalah dari tantangan permainan Uno doang?’ batin Kayla yang sudah berapi-api.

Padahal baru dua kali ia menghadapi Marvel. Jika sudah begini, apa iya dia sanggup menang dari tantangan teman-temannya? Mereka masih punya waktu satu minggu sebelum masa liburan itu habis. Sedangkan berdasarkan informasi yang Kayla dapatkan, Marvel masih akan menginap di sini hingga dua bulan ke depan.

Akankah Kayla berhasil memanfaatkan waktu yang ia punya, membuat si muka tembok dan anti sosial itu jatuh cinta padanya dalam waktu tujuh hari?

***

Bersambung ...

Penasaran dengan kisah Kayla dan Marvel? Cerita ini aku repost pelan-pelan sambil aku baca buat bangun feel-nya yang udah ilang dan bisa segera aku tamatin, ya...

Unexpected FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang