2002
Bapak selalu bilang.....lingkungan tempat kami tinggal nanti lebih segar ....lebih sejuk dibanding Segara inten ....tapi yang kudapati hanya pagi dengan asap Bakaran sampah ....pasangan suami istri yang sudah berkelahi di perumahan yang mengaku mewah padahal sempit dan berdesakan ini .....dan sepagi ini Bapak sudah mengoceh bertimpalan dengan berita pagi RRI yang bercerita tentang bagaimana negara mencoba bangkit setelah krisis 1998..... "sekolahnya relatif sepi Ngger.... Jadi kamu bisa belajar dengan serius dan konsetrasi.... Jadi tidak terlalu berbeda dengan segara inten...." promosi sang ayah yang tiba tiba menjerit dan mengerem mobil mereka karena ada motor yang tiba tiba memotong jalan
Jakarta itu Ibukota Indonesia.... Sementara Segara Inten adalah desa di pesisir selatan sudut timur pulau jawa..... Semua pasti berbeda.... Sangat berbeda... Contohnya di Segara inten hanya ada kambing atau kerbau yang lewat.... Bukan motor mio dengan ibu ibu problematik yang mengendarainya.....
"tidak terlalu berbeda dengan segara inten Jarene....." manyun Ranu kemudian memandangi sang ayah yang hanya terkekeh....
"menyesuaikan dirilah nak.... Menyesuaikan diri..." ujar sang ayah sambil perlahan memarkirkan mobilnya di depan sekolah yang dimaksud..... Ranu sejenak menarik napas....ini jakarta.... Dan jakarta sudah terlalu berbeda dengan Segara Inten
***********
"kamu jangan kurang ajar....." sebuah teriakan memecah konsentrasi Ranu yang sedang asyik melihat lihat lingkungan sekolah barunya sementara mengantri bersalaman dengan guru piket dan guru BK sambil menginspeksi seragam mereka kalau kalau tidak sesuai dengan peraturan....
Para murid tampak berbisik bisik memandangi ke arah depan.... Ranu melongok melihat keributan di depannya
"Bapak yang gak sopan.... Kalo salam dilihat wajah yang disalam.... Bukan sibuk ngomentarin pakaian orang di belakang orang yang Bapak sedang salam...." ujar si pemilik suara... Menjawab tak kalah pedas....
"kemarin seberapa hitam sepatu.... Seberapa boleh anak perempuan pakek asesoris.... Seberapa ketat rok dan baju.... Dan sekarang salam...." cebik seseorang tidak puas di depan Ranu....
"sopo....?" ujar Ranu tak sadar....
Perempuan itu memutar matanya.... " masak gak tau...?"
Ranu menggeleng polos "anak baru aku....." ujarnya dengan logat yang kental
Murid perempuan itu mengibaskan tangannya tak sabar.... " Ale.... Sos 1.... Oposisi sekolah...." kesalnya memandangi kericuhan di depan....
"kalo bapak bikin ribut.... Antrian ini tersendat... Kalo bapak mau pukul saya... Saya Pastikan.... antrian makin tersendat... jangan mempermalukan diri bapak lebih dalam lagi" ujar bocah cungkring itu lebih lanjut... Suasana Pagi yang sejuk terasa panas... Sang Guru BK sadar akan antrian di belakang pria bertubuh mungil... Yang kemudian menjabat tangan si guru dan memandang matanya dalam dalam "kontak mata... That's it... Lebih sopan" tajamnya seraya berlalu memasuki gerbang sekolah....
"oposisi sekolah?" bingung Ranu lebih lanjut.... "yeah... Sok kritis... Sok pahlawan.... Yang paling depan kalo ada yang melenceng melenceng...." jawab si gadis seraya berjalan pelan pelan mengikuti antrian....
"melenceng gimana maksudnya?" lanjut Ranu tidak mengerti...
"...perundungan....guru yang main tangan....penyalahgunaan peraturan demi kepentingan pihak tertentu.... Yang kayak gitu gitu...." ujar sang perempuan menjelaskan....Ranu sejenak mengangguk angguk...."kamu bilang dia si sos 1?" sadar Ranu.... Gadis itu mengangguk sesaat
"well kalo gitu.... Dia sekelas sama aku..." Jelas Ranu ketika mereka makin mendekati guru yang menghadang untuk bersalaman sambil memeriksa seragam mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternity Origins : senior Years
General Fiction2002 Ranu Sawidji dipindahkan ayahnya ke sekolah Negeri Pinggiran Jakarta selatan pada tahun ke tiga sekolahnya... meninggalkan Desa Bernama Segara Inten dengan segala kenangannya membuatnya malas beradaptasi kecuali satu....sosok Allegro Fajar Har...