"aduh......" Sekejap kantin berdebam ketika tubuh kokoh pemuda dengan kulit terbakar matahari itu jatuh terduduk di lantai semen ruangan tempat makan yang riuh rendah di jam pulang sekolah itu..... kumpulan di tengah ruangan yang diisi dengan perempuan dan laki laki dengan pakaian aktual sesuai jaman itu tampak tertawa terpingkal pingkal ...."bener yang Lo bilang Ger ....cepet ...tapi gak precise ....Lo liat gimana dia jatoh?" Ujar seorang laki laki muda dengan rambut di cornrow pendek .....Geri yang mendengarnya sejenak tertawa tak enak "ya...ya dia bisa menyesuaikan diri kan Rul...." Ujarnya tergagap
"Postur Boleh NBA ...tapi apa yang Lo semua harepin dari pemuda dari tempat bernama semBara wonten ...menara Santen?" Dion menanggapi ...Wajah Ranu tampak bersemu menahan marah .... telinganya tampak memerah sementara tangannya mengepal bergetar ....
"Potensi ya Potensi ....dan melihat hasil try out kalian di Mading depan kesiswaan ....otak kalian jelas jelas kekurangan Potensi ....." Ujar Bocah bertubuh cungkring yang seketika menahan Ranu yang ingin menghajar orang orang itu ....
Mata Geri bertabrakan dengan pandangan besar milik bocah kurus di samping Ranu
"Kalo Lo potensial kenapa kakak angkat Lo kabur Le? Kenapa Mauliate kabur? Kalian manfaatin dia jadi babu tanpa dibayar....atau sesuatu yang lebih kriminal?" Senyum Geri sinis memandangi Ale yang seketika tercekat ...
"Apa maksud kamu?" Kesal Ranu menggelegar.. .Ale sejenak mencoba menarik lengan kokoh si tampan
"Udah nu...gak usah...." Ujar Ale dalam bisikan....
"Lo tanya sama temen Lo si pahlawan ... Pastiin ....apa dia bener bener pahlawan....ato cuma serigala berbulu domba...." Timpal Geri melecehkan
Ranu yang ingin menanggapi segera ditarik oleh bocah kurus di sampingnya untuk meninggalkan kantin itu
2001
"Kita baru kelas satu Le, Lo gak seharusnya membabi buta gini..."kesal Mika seraya menyerahkan tulisan Ale di majalah dinding sekolah ke meja belajarnya
"Tapi Mik ....ini menarik ....kita gak cuma mengcover berita yang sudah semua orang tau ....lagian kan aneh juga kalo semua orang gak mencium kejanggalan 1 orang satu keramik ini ....ini tahun kedua dilaksanakan kebijakan itu di sekolah ...kemana keramik keramik itu pergi? Lebih lanjut ...kenapa kita masih pake aula depan perpustakaan untuk senam ....dimana letak ruang Gimnastik imajiner itu...?" Lanjut si mungil berapi api ...
Mika mencebik memandangi laki laki mungil bermata besar dihadapannya "tapi dana jurnalistik itu dari sekolah le ...kita gak menggigit tangan yang memberi kita makan..." Timpal Mika mencoba berlogika
Ale memutar matanya kesal "dana Jurnalistik seperti dana lain untuk ekskul lainnya dari anggaran sekolah ....dan semua berhulu pada anggaran Departemen pendidikan apapun itu namanya ....so no ...we don't bite the hands that feed us .... it's not their hands that feed us to begin with..." Ujar Ale memandangi gadis yang wajahnya tak sadar bersemu merah
"Kenapa Lo?" Bingung Ale sadar dengan dahi berkerenyit...
"Su... subtitle...." Ujar Mika tersadar...
"Kita gak....adaw adaw...." Kata kata Ale terputus ketika Mika mencubit pipinya ...
"Iya gue ngerti maksudnya....tapi gak ada salahnya untuk sedikit lebih santai Le" senyum Mika sesaat
Ale tersenyum sesaat mata mereka berpandangan "kita harus tepat Mik ... profesional dalam hal kecil ...biar dalam hal besar kita gak gagap lagi..." Lanjut laki laki tampan bermata besar itu....
"Iya deh iya...." Lanjut Mika kemudian ...tepat ketika sebuah sosok memasuki ruangan jurnalistik
Pemuda tegap dengan senyum malu malu ..."apa gue ganggu?" Ucapnya kemudian...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternity Origins : senior Years
General Fiction2002 Ranu Sawidji dipindahkan ayahnya ke sekolah Negeri Pinggiran Jakarta selatan pada tahun ke tiga sekolahnya... meninggalkan Desa Bernama Segara Inten dengan segala kenangannya membuatnya malas beradaptasi kecuali satu....sosok Allegro Fajar Har...