06.Rawa Papan

23 2 0
                                    

"siapa Mauliate ,Le?" Ujar Ranu mengulangi kata katanya....

Ale sejenak terdiam dan memandangi Ranu dengan sorot mata terluka
"Tepat...." Lirihnya dalam

Dahi Ranu mengerenyit , dia terdiam tidak mengerti .... "Tepat apa Le?" Ujarnya kemudian

"Tepat saat gue ngizinin orang masuk ...mereka mau obral Abrik kehidupan gue...." Senyum Ale pahit

"Le itu cuma pertanyaan...." Ranu mencoba membela diri ...Tak terduga Ale berdiri dan mulai gontai melangkah pergi ... 

"Le ayolah ... " Lanjut Ranu mencoba membujuk si cungkring .....Ale sejenak berhenti ketika Ranu berlari menghampirinya...

Laki laki bermata besar di depan Ranu itu sejenak tersenyum manis kemudian mengeluarkan kunci dari kantong seragamnya "Lo pulang aja naek motor gue .....besok balikin kuncinya....gue bisa naik angkot .... terimakasih banyak ya Ranu ...." Ujarnya seraya mengangguk hormat dan berjalan pergi meninggalkan Ranu yang tertegun sendirian

*********
Bapak masih asyik menonton TV yang menyajikan berita sore sementara Ranu terduduk di meja makan dengan muka mendung .....Ibu yang baru saja selesai dengan sayur sop-nya kemudian menyajikannya di atas meja ....harum mengepul dari mangkuk besar berisi potongan kentang dan wortel itu tidak bisa mengusir kegundahan di wajah tampan putra semata wayangnya ....

"Ngopo tho Le?" Ujar sang Ibu seraya mengelus rambut cepak di kepala si tampan yang lebih muda ....

"Ndak apa apa Bu....Ndak pentinglah ...." Ujar Ranu malas malasan

Sejenak ibu berpandangan dengan Bapak yang hanya bisa mengangkat bahu ....

"Perempuan?" Ujar sang ibu yang kemudian terduduk di hadapan Ranu....yang tiba tiba kaget dengan wajah bersemu merah

"Nggak....Nggak sama sekali" tolak si muda kuat kuat dengan salah tingkah

Ibu tersenyum sesaat "ibu gak akan marah kok ....kan wayahe begitu....namanya anak muda...banyak gejolak rasa...." Cengir perempuan cantik itu

"Bapaaak Bantu Ranu....ibuk mulai interogasi introgasi" Rajuk si Muda kesal

"Yo jawab aja kan ....Ndak ada hal terlarang yang koen sembunyikan kan?" Ujar laki laki yang lebih tua

Ranu makin cemberut dan memutar matanya ... "Intinya ....jakarta itu sulit ... kompleks.....Ndak sederhana seperti Segara Inten ..." Kesal Ranu....

Bapak berpandangan dengan Ibu sejenak "tapi kan bikin kamu lebih pintar Nu ... "

"Pagi di segara inten aku liat laut dan ombak ....di sini saat aku buka mata yang terdengar hanya pertengkaran tetangga ....tangisan bayi ...aroma orang bakar sampah ....dan politik sekolah yang bikin kepalaku meledak...." Rajuk Ranu tak terkendali

"Yo wis ...besok kita ke Bintaro Plaza ...kita tambah koleksi game Playstation mu...." Senyum Bapak salah tingkah

"Bapak sejak dulu mengajari Ranu untuk tidak meremehkan orang lain ....tidak memperkecil setiap bahagia,amarah maupun kesedihan ....dan sekarang Bapak mengecilkan kebingunganku menjadi update koleksi game Playstation?" Ucap Ranu terluka seraya meninggalkan meja makan untuk kembali ke kamarnya dan membanting pintu hingga tertutup di belakangnya....

Ibu dan Bapak berpandangan sesaat "nesu tenan arek iku..." Lirih Bapak memecah kesunyian....

***********
Ale terdiam sesaat memandangi sekelilingnya ....pohon kersen rindang menutupi seisi halaman ...di pojok tampak sisa sisa api dari serbuk gergaji bakar ....harum ....asapnya sejenak menyesakkan ...namun ujung ujung syarafnya menerima rangsangan aneh ....rangsangan manis berujung getir....rangsangan bernama Kenangan .....

The Eternity Origins : senior YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang