"lo mukul gak pake tehnik Le.... Kita udah ngomongin ini... Kita udah berlatih ...." ujar seorang laki laki yang masih asyik mengecek dokumen statistik laki laki muda yang sedang berdiri ngosngosan di depan samsak yang perlahan berhenti dari gerak statis pukulan laki laki muda yang masih bergelimangan keringat itu....
"Mereka harusnya belajar kalo gak mau kalah dari gue mas biru..." Timpal Ale tidak peduli ...seraya meraih handuknya untuk mengeringkan tubuhnya yang penuh keringat sore itu di sasana tinju daerah pondok Betung ....
"Dan Lo belum menang Le ....walau berkali kali Lo menjatuhkan lawan dan berkali kali Lo buat orang KO ...Lo belum menang....Lo masih jauh dari kata menang...." Ujar Biru sambil mengangsurkan botol berisi air bening pada Ale ...
"Lo punya listnya mas ....Lo bilang ...siapa lagi yang harus gue kalahin...?" Senyum Ale menantang
Biru mengangkat bahunya "Lo takut kalo semua gak berjalan dibawah kontrol Lo ....Lo takut kehilangan ketidaksempurnaan itu....ketidakpastian itu...makanya Lo terlalu membabi buta...dan Lo larut dalam amarah .....pokoknya menang...pokoknya jatuhin lawan ...tanpa sadar Lo kehilangan kode dan nilai Lo..." Ujar sang Pelatih memandangi Ale dengan hangat
Pria yang lebih muda seketika terduduk dan menutup wajahnya dengan handuk ....dia lelah...amat lelah ....
"Lo tau di luar gak ada yang gerak pake values mas ...pakek nilai ...mereka gerak atas nama nafsu ...atas nama keserakahan ....semua demi kepentingan masing masing ...demi perut mereka sendiri ....nilai nilai itu cuma konsep di kepala dan komoditas meraih keuntungan....jadi kenapa gue harus peduli ....harus jaga kebaikan kebaikan naif yang cuma buat pemanis obrolan aja? Kenapa gue gak boleh kayak mereka?" Ujar si muda dengan suara tergetar ....memandang kosong ke samsak yang masih bergerak statis tertiup angin semilir dari pintu sasana yang terbuka itu
Biru kemudian terduduk di samping Ale ... "Mereka pintar berhitung demi perut mereka ....menambahkan yang gak seharusnya ditambahkan,mengurangi yang gak mesti dikurangi .....Kemudian mengkali dan membagi untuk kepentingan mereka sendiri ...." Ujar sang laki laki Gempal dengan Pandangan menerawang sambil menepuk nepuk lembut bahu Ale...
Mereka tak sadar terdiam ...yang terdengar hanya suara jarum jam dinding yang berdetak detak seolah berbisik bahwa dunia makin dan makin menua....
"Dan mas mau ...aku gak kayak mereka?" Lirih Ale memecah kesunyian .....
Biru menarik napas panjang "nggak ...aku gak berhak buat kamu jadi kayak gimana ...memaksakan kamu mau jadi apa ...tapi kamu tau satu hal Le?" Timpal biru kemudian
"Apa itu mas Biru?" Lanjut Ale bertanya
"Kamu harus tau template itu boring ....seragam itu mengerikan dan menjadi jahat karena semua orang jahat itu ....gak membuat damai hatimu...." Senyum Biru seraya mengacak lembut rambut si muda yang tertawa tawa setuju Itu
"Dan apa yang membuat lo marah sore ini le ?" Lanjut Biru menanyakan ....
Ale sejenak memandangi sang Mentor .....
"Ada anak baru di sekolah" lirih laki laki kurus cungkring bermata besar itu
Biru terdiam dan terbengong tidak mengerti "dan apa masalahnya?" Senyum si gempal
"Dia baik ......dan dia amat mirip Mauliate...." Lirih si Muda dengan suara gemetar
Biru terdiam dan memahami kegalauan si muda ....."semoga yang mirip hanya mukanya ...bukan lukamu..." Senyum Pria gempal itu menutup pembicaraan...
*********
"Itu racunnya ....kamu jangan mudah terperdaya ....dia gak butuh teman ...dia butuh orang untuk mengikutinya lalu pelan pelan dihancurkan hatinya ..." Ujar Mika memandangi Ranu yang meminum es tehnya di kafe kawasan Bintaro itu ...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternity Origins : senior Years
General Fiction2002 Ranu Sawidji dipindahkan ayahnya ke sekolah Negeri Pinggiran Jakarta selatan pada tahun ke tiga sekolahnya... meninggalkan Desa Bernama Segara Inten dengan segala kenangannya membuatnya malas beradaptasi kecuali satu....sosok Allegro Fajar Har...