Welcome...
Dan mereka sampai di pohon mangga yang sering mereka sebut dengan nama 'pohon mangga sepecial' karena beda dari yang lain.
"Lo kenapa senyum-senyum sendiri" tanya Aska pada Varen
"Lo tau gak"
"yaa nggak lah, kan belum di kasih tau" ujar Aska
"Kan gini"
"yaaa, terus"
"Kan gini ya Aska"
"iya" Aska masih sabar
"Kan gini yaa, dengerin gw dong " ucap Varen sambil tersenyum kembali
"iya anjir iya, apa Lo kalo ngomong yang jelas dong, jangan 'kin gini,kin gini' doang gw gak ngerti" jawab Aska ngegas
"Gw kan mau ngerjain tugas"
"terus apa urusannya sama Lo yang senyum-senyum sendiri" tanya Atlas aneh.
"Kan otomatis gw sama Vanya bakal jalan berdua"
"Sadar Varen lo gak di lirik sama Vanya masih aja berharap" kata Bhaskara becanda, gak mikir apa hati kecil Varen terpotek-potek.
"inget kita hanya sebatas mengagumi bukan memiliki" ujar Sekala sambil menepuk bahu Varen.
"Mengagumi seseorang itu tidak salah, yang salah itu menaruh harapan" timpal Aska
"Cukup kagumi saja jangan pernah berfikir dia akan menjadi milikmu" ucap Bhaskara ikutan.
"jangan tatap dia dengan penuh harapan, tapi tatap dia dengan penuh kebencian" ujar Niscala.
'Damn'it'
perkataan Mereka mampu membuat Varen bungkam.
"Kalo memang benar bukan miliku, kenapa perasaan ini tak kunjung hilang?" lirih Varen.
"alah jangan derama deh, gak cocok tau muka Lo yang kaya monyet, sok sad" ucap Faresh, menghancurkan hati yang lagi mellow.Setelah itu mereka pun pergi menuju kelas.
"Gw ke toilet dulu ya" ujar Varen.
"Kal anter gw yuk"
Atlas memincikan matanya "lahh mau ngapain Lo minta di anter Sekala"
" kepo Lo anjir"
"Hahaha Varen Homo" tawa atlas.
"Mata Lo homo"
"yuk ahh sekal, males gw ngomong sama monyet kaya dia" ujar Varen sambil merangkul bahu Sekala.
Akhirnya mereka berdua pun pergi, tapi langkah Varen terhenti saat melihat Vanya dan Vero.
"Kal" ucap Varen sambil menepuk bahu Sekala
"Apa" jawab Sekala
"liattt di sana" tunjuk Varen.
"Vanya"
"iyaa, dia lagi bicara sama Vero kayanya seneng banget mana sambil ketawa² lagi, kaya nya asik gak kaya sama gw bawaan nya galak, sinis, marah aja sama gw mah gak kaya sama orang lain " ucapnya tersenyum miris
Sekala hanya menepuk bahu Varen "masa liat Vanya becanda sama Vero Lo udah nyerah" kemana Varen yang gw kenal yang gak gampang nyerah.
"Udah mati kali" celituk Varen.
"Masa gitu doang nyerah" kata Sekala.
"ustadz hananataki pernah bilang" Kata Varen. lirih"
'ustadz hananataki said'...
KAMU SEDANG MEMBACA
FARESH ADHIKARA ANTARIKSA
Teen FictionPencinta fiksi..... Hanya sebatas imajinasi gak lebih :-)