Bab 4

80 41 106
                                    

"Ini di mana?" gumam Kaili seraya menatap bingung tubuhnya yang telah berbalut gaun putih biru yang cantik nan indah. Matanya menyelusuri kamar yang memiliki tampilan berbeda dari sebelumnya dengan hiasan yang juga tak kalah indah dari gaun yang ia pakai.

"Saya terima nikah dan kawinnya Kaili Azzura binti Abraham  dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," sahut seorang lelaki dengan lantang dan fasihnya ia menjawab dalam satu kali tarikan nafas.

"Alhamdulillah bagaimana para saksi, sah?"

"Sah."

"Sah."

"Sah."

Kaili semakin dibuat bingung saat mendengar suara laki-laki dengan lantang menyebut namanya. Terlebih ada sahutan sah yang terdengar begitu ramai? Ada apa sebenarnya?

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di depan kamar. "Siapa?" tanya Kaili.

"Ini Ibu, Nak," sahut seseorang dari balik pintu, Kaili yang tahu siapa pemilik suara itu pun segera membukakan pintu.

"Ada apa, Bu?" tanya Kaili pada ibu Jupi.

"Ayo sekarang temui suamimu, Nak, ijab kabulnya sudah selesai," jawab Ibu Jupi seraya tersenyum manis dan tatapan matanya yang begitu teduh.

"Suami? Ijab kabul?" beo Kaili, Ibu Jupi mengangguk dan menarik lembut tangannya untuk masuk dalam sebuah ruangan di sana yang terdapat banyak orang dan satu lelaki yang berpenampilan rapi dengan tubuh yang berbalut tuxedo putih serta bunga mawar merah yang terletak di dalam kantong depan jasnya.

"Ayo, Nak, cium tangan suamimu," titah Ibu Jupi.

Kaili menatap heran. "Suami aku?" Ibu Jupi kembali menganggukkan kepala.

"Iya, sekarang kamu sudah menjadi istri orang. Sekarang ayo cium tangannya, Nak," ucapnya.

Kaili mendekati lelaki itu lalu mencium punggung tangannya, lelaki itu pun meletakkan tangan di ubun-ubun seraya melafazkan doa setelahnya ia mencium lembut kening Kaili.

Kaili mendongak menatap lelaki itu, dahinya mengerut. "Kenapa wajahmu blur?" tanyanya, namun tidak ada sahutan dari lelaki di depannya.

Kaili melangkah mundur tatapan matanya terus tertuju pada sosok laki-laki itu.

"Jangan mundur istriku," ujar lelaki itu, namun hal itu membuat Kaili semakin takut dan terus berjalan mundur hingga tidak sengaja ia menginjak gaunnya hingga terjatuh.

"Astagfirullah, ternyata cuma mimpi," ujar Kaili yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya.

"Dia siapa sebenarnya? Apa maksudnya selalu datang di mimpiku?" gumam Kaili seraya melihat jam di layar ponselnya. "Baru jam dua mending aku sholat tahajjud," ujarnya yang beranjak dari tempat tidur menuju tempat berwudhu.

Setelah selesai berwudhu, Kaili memasang mukenanya. Gadis cantik itu mulai melaksanakan shalat malam.

Selepas salam Kaili mengangkat kedua tangan bermunajat kepada sang pencipta. Selesai berdoa ia berjalan ke meja gambar karena rasa kantuk yang sudah hilang ia berniat melanjutkan beberapa gambarnya yang masih belum selesai.

Baru menyelesaikan dua gambar rasa kantuk kembali menyerangnya, ia menelungkupkan kepala di atas meja, tanpa sadar kembali tertidur.

"Allahuakbar."

"Allahuakbar."

Terdengar suara azan berkumandang yang membuat seorang gadis terbangun dari tidurnya. Merentangkan kedua tangan guna untuk meregangkan otot-otot tubuh yang terasa sakit sebab ia yang tertidur dengan posisi duduk serta tangan yang menjadi tumpuan kepalanya.

Garis Mimpi (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang