"Dor!"
"Eh kodok!"
"Sialan lo, Dar! untung jantung gue gak copot," ucap Kaili sembari mengusap dadanya yang naik turun lantaran terkejut.
Gadis bernama Dara itu pun menggaruk tengkuk lehernya sembari terkekeh. "Sorry sengaja, tumbenan lu jam segini baru nyampe. Biasanya kan lu pagi banget udah di sekolah aja," ucap gadis itu.
"Tadi malam gue begadang nyelesaikan orderan, Dar," ujar Kaili sembari berjalan diikuti oleh Dara di sampingnya.
"Makin lancar ya rezekinya semoga nanti bisa jadi seniman sekaligus desainer besar. Tapi ingat saat ini jangan terlalu memforsir diri, sebentar lagi ujian gak lucu kalo lo malah drop pas lagi ngerjain ujian, nanti tempat gue nyontek siapa?" tanya Dara seraya terkekeh geli saat melihat ekspresi wajah Kaili.
"Aamiin Allahumma aamiin, makasih sebelumnya doanya, Dar," ujar Kaili.
Kaili menghela nafas sebelum kembali berkata. "Lo kapan sih mau belajar ngerjain soal sendiri, Dar? Masa setiap ada tugas atau ujian, lo nyontek mulu? Gak cape apa?"
"Gak cape, Kai. Lebih cape lagi kalo jawabannya mikir sendiri kalo ada yang mudah yaitu nyontek kenapa harus yang sulit," tutur Dara dengan raut wajah yang begitu santai.
Kaili mendengus kesal mendengarnya, "Yaudah terserah lo aja, Dar." Kaili berjalan dengan tubuh yang di rangkul oleh Dara.
2 jam kemudian
Jam mata pelajaran pertama pun berakhir, para murid membubarkan dirinya, ada juga yang menetap di dalam kelas.
Dara yang ingin pergi ke kantin itu pun tidak jadi beranjak pergi dari kursinya, saat melihat Kaili tidak ikut beranjak dari tempat duduk melainkan malah menelungkup kepala diatas meja. Baru ingin mengatakan sesuatu, tangan Kaili sudah lebih dulu menempel di mulutnya.
"Sttt, diam jangan berisik kalo mau ke kantin, ke kantin aja gue mau tidur nanti kalo bel masuk bunyi bangunin ya, Dar," ucap Kai sembari memejamkan matanya.
Dara menatap sendu Kaili, sahabatnya itu pasti begadang dan begitu lelah sampai-sampai tertidur di kelas, tidak seperti biasanya. Dara begitu tau seperti apa perjuangan sahabatnya itu. Bekerja sembari sekolah bukan hal yang mudah dan tidak melelahkan, namun Kaili tidak pernah sekalipun terlihat menyerah dengan keadaannya. Gadis cantik yang kini tertidur itu adalah gadis yang begitu hebat, kuat. Menjadi satu-satunya anak panti yang tertua membuat Kaili harus bekerja keras untuk biaya kehidupan di panti.
Dara mengelus lembut rambut Kaili sembari berkata dengan nada yang lirih. "Semangat ya sahabat gue, lo hebat, Lo gadis yang kuat."
Dara membiarkan sahabatnya itu tertidur, ia pun beranjak keluar kelas menuju kantin. Setelah selesai makan ia kembali ke kelas tidak lupa ia membelikan beberapa roti dan cemilan untuk Kaili
"Nih, buat lo." Dara menyodorkan roti dan cemilannya pada Kaili yang sudah terbangun dari tidurnya.
"Eh, gue kan gak nitip tadi kenapa lo beliin?" tanya Kai dengan matanya yang terlihat masih mengantuk.
"Sengaja gue beliin, lo pasti laparkan? Udah jangan banyak tanya cepat makan aja, kalo lo nolak kita gak sahabatan lagi!" ancam Dara sembari menaik-turunkan alisnya.
Kaili memutar malas matanya saat mendengar ancaman dari Dara. "Ngancam teros!" Dengan terpaksa Kaili menerima roti dan cemilan dari sahabatnya itu.
"Gimana ngontennya lo, Kai? Rame gak?" tanya Dara setelah Kaili menghabiskan makanannya.
"Alhamdulillah rame, dar. Berkat lo makasih ya sudah diajarin bikin konten segala," ujar Kaili sembari memeluk tubuh Dara.
"Sama-sama lo harus bisa mengikuti perkembangan teknologi di zaman sekarang, Kai. Supaya karya Lo gak hanya dikenal orang-orang sekitar sini saja tapi juga orang luar daerah, Kai," tutur Dara membalas pelukan Kaili.
"Gue bersyukur punya sahabat kaya lo, Dar. lo sama orang tua lo gak pernah memandang rendah gue meskipun gue dari panti yang gak tau siapa orang tuanya, lo sama orang tua lo memang the best banget untuk gue." Kaili mengurai pelukan dan tersenyum hangat usai menyeka air matanya. Berkat kebaikan temannya itu, ia bisa mencapai titik ini.
****
Selepas pulang sekolah, kedua gadis itu tidak langsung pulang ke rumah masing-masing melainkan pergi ke toko perlengkapan alat lukis yang sudah menjadi langganan Kaili.
Melihat Kaili sedang memilih-milih perlengkapan gambarnya, Dara baru ingat sebelum berangkat ke sekolah tadi ayahnya menitipkan sesuatu untuk Kaili. Ia pun meraba-raba kantong bajunya.
"Kai, ayah gue nitipin ini buat lo, katanya buat beli perlengkapan gambar dan kebutuhan lo," ucap Dara sembari mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari kantong bajunya.
Kaili membalikkan badannya menatap ke arah tangan Dara. Lalu ia menggeleng sembari mendorong lembut tangan Dara yang menggenggam lembaran uang.
"Eh gak usah Dar, gue ada uang kok buat beli perlengkapan gambar sama kebutuhan gue yang lainnya," tolak Kaili. Ia sungguh merasa tidak enak hati dengan keluarga Dara yang begitu baik padanya. Kaili berada di titik sekarang pun atas berkat bantuan dari keluarga Dara.
"Terima Kai, nanti ayah sedih kalo lo gak nerima pemberiannya," paksa Dara lalu menyerahkan paksa uang ke dalam tangan Kaili.
Kaili menggeleng dan berusaha mengembalikannya. Namun Dara terus memaksa.
"Ambil nggak lo! Nanti ayah marah sama gue. Ish," kesal Dara sembari memasang wajah cemberutnya.
"Tapi gue gak enak, Dar. Gue bukan siapa-siapanya ayah atau keluarga lo," tutur Kaili menatap dalam Dara.
Dara menatap dalam dan tajam. "Jadi lo gak nganggap kami keluarga, Kai? Jahat ya lo, ayah sama ibu nganggap lo anaknya begitupun gue nganggap lo saudara gue, tapi Lo gak nganggap kami?" Mata Dara mulai berkaca-kaca ia mulai mengeluarkan jurus andalannya agar Kaili luluh dan menerima pemberian ayahnya.
"E-eh bukan gitu maksudnya gue, Dar. Tapi Lo kan juga perlu uang buat jajan," ujar Kaili yang mencoba mencari alasan lain.
"Uang gue masih ada Kaili! Terima gak! Gue tampar nih kalo lo masih kekeh nolak!" ucap Dara. Dia sedikit tak suka ketika Kaili menolak pemberian ayahnya.
"Yaudah gue terima, Dar. Bilangin sama Ayah sama Ibu makasih ya, lain kali gak usah Dar, aku sudah punya penghasilan kok cukup buat keperluan aku," tutur Kaili sambil tersenyum tipis.
"Nah gitu dong di terima rezeki gak boleh ditolak, sama-sama Kai. Gak janji ya gue, soalnya Ayah suka ngasih tiba-tiba ya, gue kasihin kan itu amanah gak boleh dong gak sampai ke orangnya, penghasilan lo tabung aja buat keperluan adik-adik di panti," ucap Dara sembari menepuk lembut pundak Kaili.
"Yuk ke kasir gue sudah ketemu sama alat gambar yang gue cari," ujar Kaili sembari menarik tangan Dara.
Setelah selesai membayar keduanya keluar dari toko tersebut.
"Dar, lo gak lagi sibuk kan?" tanya Kaili.
Dara menggeleng kepalanya."gak emang kenapa, Kai?"
"Kita ke cafe depan situ sebentar ada yang mau gue bicarain sama lo," ucap Kaili dan dijawab anggukan oleh Dara.
"Mau bicara apa lo?" tanya Dara saat keduanya sudah berada di cafe.
"Gue mau cerita ...."
~°~
Kaili mau cerita apa ya?
Cukup sekian segini dulu ya guys!
Jangan lupa follow, vote, dan komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Mimpi (SLOW UPDATE)
General Fiction(Belum dibuat langsung baca ceritanya aja)