Waktu telah menunjukkan pukul 04.25 Wib. Langit yang masih terlihat gelap, namun suara kicauan burung dan ayam yang berkokok sudah terdengar. Di sebuah kamar terlihat seorang perempuan yang baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai seorang hamba kepada sang pencipta. Setelah selesai melipat mukena serta sejadah, Kaili Azzura atau yang kerap kali dipanggil Kai. Gadis cantik berkulit putih, tinggi badannya 158 cm. Berambut panjang hitam pekat, berkulit putih bersih, serta warna mata yang mampu menenggelamkan seseorang ketika bertatapan dengannya.
Kai mendudukkan tubuhnya di atas ranjang dengan kepala yang tertunduk. Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Kai berjalan membuka pintu tersebut.
"Bantuin Ibu masak untuk adik-adikmu yuk," tutur wanita paruh baya yang tadi mengetuk pintu kamarnya, Ibu Jupi.
Kai mengangguk setuju. "Baik, bu," sahutnya
Kai berjalan di belakang Ibu Jupi. Wanita paruh baya yang sudah merawatnya sejak bayi hingga berusia 18 tahun itu. Ia bersyukur meski harus hidup di panti asuhan, tanpa tau siapa orang tua kandungnya. Terlahir dari keluarga mana. Seperti apa rupa Ibu dan Ayahnya. Hidup bersama Ibu Jupi dan adik-adik panti asuhan saja sudah membuatnya cukup bahagia.
Semua masakan telah siap dan tersusun rapi di meja. "Kai, panggil adik-adikmu untuk makan," ujar Ibu Jupi.
Kai mengangguk, ia berjalan menuju kamar adik-adiknya. Setelahnya, Kai kembali berjalan ke dapur diikuti adik-adiknya, yang berjalan di belakangnya.
"Ayo makan," ajak Ibu Jupi, ketika Kai dan adik-adiknya itu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Seperti biasanya meja makan itu dihiasi canda tawa anak-anak kecil dan juga Ibu jupi serta Kaili.
Kaili yang merasa dirinya di tatap oleh, Ibu Juli. Itu pun mengangkat kepalanya hingga tatapan mereka saling bertemu.
"Ada apa, Ibu? Kenapa menatap Kai seperti itu?" tanya Kai.
"Tadi Aksa menelpon Ibu lagi, Kai. Ia mengatakan untuk menyampaikan permintaan maafnya untukmu, apa kamu benar-benar yakin dengan keputusanmu untuk melepaskannya, Sayang?" Ibu Jupi menatap dalam Putri asuhnya itu, bukan apa-apa selama ini ia mengetahui hubungan Kaili dengan Aksa.
"Bilang aku udah memaafkannya, aku yakin dengan keputusan aku, Bu. Aku gak mau bertahan dengan seorang lelaki pemabuk, terlebih ia terlalu kasar terhadap orang tuanya, dan juga udah mendasari hubungan kami dengan sebuah dusta," jawab Kaili sembari menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Jika aja dari awal dia mengatakan, jika ia masih menyentuh minuman haram itu. Udah tentu aku gak akan menerimanya dari awal, Bu. Meski aku bukan gadis baik, yang agamis dan ilmu agamanya tinggi. Tapi aku tidak ingin memiliki seorang imam yang kasar dan menghabiskan waktunya hanya untuk minum-minuman seperti itu," lanjut gadis itu lagi.
Ibu Jupi tersenyum, seraya berucap. "Apapun keputusanmu, Ibu akan selalu mendukungmu. Nanti, Ibu sampaikan kalau kamu udah memaafkannya." Kaili menganggukkan kepalanya dan kembali fokus makan.
****
Kaili, Ibu Jupi, dan beberapa adik-adiknya duduk di ruang tengah, sebagian lagi ada yang bermain di luar.
"Bu, Kai izin keluar sebentar, ya?" izin Kaili pada Ibu Jupi.
"Mau kemana, Kai?" tanya Ibu Jupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Mimpi (SLOW UPDATE)
General Fiction(Belum dibuat langsung baca ceritanya aja)