Bab 8

24 8 0
                                    

Hari demi hari terus berlalu, tak terasa ujian pun berakhir. Pintu kelas 12 terbuka memperlihatkan siswa-siswi berhamburan keluar.

Serta dua gadis yang tak lain ialah Kaili dan Dara yang berjalan beriringan. Wajah mereka tampak puas karena berhasil menyelesaikan ujian akhir dengan baik.

Kaili dan Dara melangkah menuju kantin sekolah. Saat sampai di kantin keduanya duduk di kursi kosong yang dipojokkan. Kantin penuh diisi oleh teman-temannya yang lain.

"Alhamdulillah, ya, Kai. Ujiannya udah berakhir tinggal nunggu surat kelulusan dan juga perpisahan," ucap Dara seraya menyeruput secangkir minuman yang ia beli di kantin tersebut.

"Iya, ya, alhamdulillah. Perasaan baru kemarin deh kita masuk di SMA ini, gak kerasa ternyata cepet banget waktu berlalu tau-tau udah mau lulus aja," sahut kaili.

Dara mengangguk setuju, keningnya mengerut melihat raut wajah Kaili berubah sendu.

"Lo kenapa?" tanya Dara menatap Kaili intens.

"Gakpapa, gue sedih aja berarti bentar lagi kita bakalan pisah," ucap Kaili dengan mata yang berkaca-kaca.

Dara mendekatkan dan memeluh tubuh Kali seraya berkata. "Iya, tapi lo tenang aja gue gak bakalan ngelupain lo. Walaupun nanti kepisah tempat dan jarak. Gue janji sering ngabarin dan ngirim soal kegiatan gue di sana atau lo ikut gue aja ke sana kuliah nanti biar gue bilang ke ayah soal biayanya."

Kaili yang berada dalam dekapan Dara menggeleng cepat. "Gue gak mau ngerepotin kalian lagi. Gue mau kerja aja, Dar. Tapi lo janji ya jangan ngelupain gue walaupun lo punya teman baru di sana nanti," ucapnya.

"Padahal Ayah udah nyiapin dana tau buat lo kalo mau kuliah. Ayah bilang mau ngebiayain kuliah lo sampai selsai," ungkap Dara menatap sendu wajah Kaili yang masih berada dalam dekapannya.

Jujur ia juga sedih harus berpisah dengan sahabat yang sudah ia anggap saudara itu, dari kecil mereka selalu bersama. Namun, kini akan terpisah karena Dara yang harus meneruskan pendidikannya keluar negeri.

"Maaf, untuk kali ini biarkan gue menentukan ke mana arah hidup gue selanjutnya, Dar. Sudah terlalu banyak bantuan dari kalian," ucap Kaili dengan lembut.

Dara mengusap lembut puncak kepala Kaili yang masih setia berada dalam dekapannya. "Iya gakpapa, lo gak perlu minta maaf. Gue atau Ayah gak maksain lo buat ikut kuliah bareng gue, tapi kalo nanti lo mau kuliah bilang aja ke ayah, ya,"  ujarnya.

Bukannya melepaskan pelukan, Kaili malah mempererat pelukannya bahkan menggerak-gerakkan kepalanya bak anak kecil.

"Anjir, Kaili geli, ih!" seru Dara berusaha menjauhkan Kaili dari tubuhnya.

Namun hal itu sia-sia, Kaili semakin mempererat pelukannya dan terdengar tawa kecil dari mulut gadis itu.

Dara berdecak kesal kala mendengar suara tawa. "Kaili! Kalo meluk yang benar jangan kepalanya digerak-gerakin kaya anak kecil. kita dilihatin teman-teman loh, Kai. Malu gue," ucapnya.

"Neng Kaili," panggil seseorang.

Mendengar namanya dipanggil membuat Kaili spontan melepaskan dekapannya pada Dara. Ia dan Dara menoleh, tampak seorang pria paruh baya dengan seragam satpam yang langsung menghampirinya.

"Kenapa, Pak?" tanya Kaili dengan lembut.

"Ini ada titipan bunga buat neng," ujar pria kisaran 30 tahunan itu, yang kerap dipanggil Pak Sono oleh siswa-siswi di sekolah.

"Dari siapa, Pak?" tanya Kaili lagi.

Pak Sono menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bapak teh juga gak tau, Neng."

Garis Mimpi (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang