Bab 9

39 9 3
                                    

Jam menunjukkan pukul 17.40 wib. Azan magrib berkumandang dengan merdu.

Wanita paruh baya yang tengah sibuk dengan peralatan dapurnya itu, langsung menghentikan aktivitasnya dan beranjak masuk ke dalam kamar kaili.

"Pantesan gak keluar-keluar, ternyata tidur orangnya." Ibu Jupi berjalan mendekati tubuh Kaili seraya menggerak-gerakkan guna membangunkan gadis itu.

"Kaili bangun, nak."

Merasa guncangan pada tubuhnya membuat tidurnya terganggu. Kaili membuka mata secara perlahan. Hingga terbuka dengan sempurna dan memperlihatkan seorang wanita di sampingnya.

"Ada apa, Bu?" tanyanya.

"Sudah azan magrib, nak. Ayo bangun dulu terus sholat," sahut Ibu Jupi.

"Baik, Bu."

Kaili mengubah posisinya menjadi duduk seraya memijat kepala yang terasa berdenyut-denyut.

"Kamu kenapa, Kai?" Ibu Jupi langsung mengambil duduk disebelah Kaili dan  menatap dengan raut wajah khawatir

"Kepala aku sakit, Bu," keluh Kaili.

"Aww," lirihnya kala sakit di kepala semakin terasa.

"Kamu tiduran lagi aja, biar ibu ambilkan obat," ujar Ibu Jupi seraya melepaskan handuk di kepala Kaili.

"Gak usah, Bu. Biar aku aja nanti sekalian mau sholat," ucap Kaili seraya tersenyum.

"Tapi nak-"

"Gakpapa, Bu, cuma sakit kepala doang kok setelah sholat aku minum obat," potong Kaili.

"Beneran gakpapa, nak?" Ibu Jupi menatap wajah Kaili.

Kaili mengangguk seraya tersenyum. "Iya, Ibu. Gakpapa, ini cuman sakit kepala biasa, nanti juga sembuh," ucapnya meyakinkan Ibu Jupi.

"Baiklah, ibu keluar, ya. Kalo ada apa-apa panggil ibu," ucap Ibu Jupi.

"Lain kali jangan tidur dengan handuk yang masih bertengger di kepala, ya," lanjut wanita paruh baya itu.

Kaili mengangguk, setelah Ibu Jupi keluar kamar. Ia beranjak masuk ke dalam kamar mandi mengambil wudhu.

Usai berwudhu, Kaili menggelar sejadahnya, memakai mukena dan melaksanakan sholat Magrib.

"Nak," panggil seorang wanita paruh baya yang berdiri di ambang pintu.

Kaili yang baru saja selesai sholat dan berdoa pun langsung menoleh. "Iya, Ibu?" sahutnya seraya melepaskan mukena.

Kaili beranjak meletakkan mukena dan sajadah yang baru selesai ia dilipat.

"Makan dulu, Kai. Terus minum obat," suruh Ibu Jupi seraya  meletakkan tablet obat, serta piring berisi makanan dan minuman di atas meja belajar.

Kaili berjalan mendekati Ibunya, ia mendudukkan tubuhnya di kursi setelah di paksa oleh Ibu Jupi.

"Ibu, kenapa repot-repot nganterin ke sini segala," tutur Kaili dengan perasaan tak enak terhadap ibunya.

"Harusnya Ibu istirahat aja, Kaili bisa ngambil sendiri," lanjut gadis itu mendongak dan menoleh ke samping menatap dalam wajah lelah wanita paruh baya yang berdiri di sampingnya.

"Gak repot kok kan cuman nganterin doang. Ibu, sudah istirahat tadi siang. Sekarang ayo di makan makanannya, apa mau ibu yang suapin?" tanya Ibu Jupi.

Kaili menggeleng pelan. "Gak usah, Bu. Kai sendiri aja, sebaiknya Ibu istirahat," ucap Kaili.

"Kamu makan dulu, baru setelah itu ibu ke kamar istirahat," sahut Ibu Jupi seraya mengusap lembut puncak kepala Kaili.

"Kaili makannya nanti, Bu. Setelah selesai sholat isya," balas Kaili.

Garis Mimpi (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang