Bab 5

43 21 0
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul lima dini hari, langit terlihat mulai cerah dengan kicauan burung yang terdengar ramai, dan orang-orang yang mulai berlalu lalang melakukan aktivitas mereka masing-masing.

Terlihat seorang gadis beranjak keluar dari kamarnya, dengan pakaian yang rapi dan bersih berjalan menuju dapur.

"Ibu, Dara izin pergi sebentar ya. Mau jalan-jalan," pamit Dara.

Seorang wanita yang Dara panggil, Ibu, itu menoleh. "Sama siapa, dan ke mana?" tanyanya.

"Sama Kaili, Bu. Ke taman," jawab Dara.

Sang ibu yang mendengar nama Kaili pun mengangguk dan memberi izin.

"Sekalian ya bawa ini untuk, Kai dan anak-anak di panti. Kebetulan Ibu tadi masak banyak, rencananya Ibu sama Ayah yang mau antar ke sana. Tapi karena kamu mau ke sana juga jadi ibu titip sama kamu aja ya, Dar," tutur sang ibu seraya memberikan rantang makanan ke tangan Dara.

"Oke, Bu."

Sebelum pergi Dara mencium punggung tangan sang ibu lalu berjalan keluar rumah, menaiki dan melajukan motornya.

Sesampainya di panti, setelah memarkirkan motornya,  Dara berjalan mendekati pintu lalu mengetuknya. Tak berselang lama pintu itu di buka oleh seorang wanita paruh baya.

"Eh, Ibu kira siapa ternyata kamu, Dar," ujar Ibu Jupi dengan senyuman meneduhkan mata yang melihatnya.

Dara mengangguk sembari mencium tangan Ibu Jupi. "Iya, Bu. Kaili-nya ada, Bu?" tanyanya.

"Ada, ayo masuk, Nak."

"Duduk dulu, sebentar ya. Ibu buatkan air minum dulu sekalian manggil. Kaili, kamu mau minum apa, Dar?" tanya Ibu Jupi saat mereka sudah berada di ruang tengah.

"Oh iya, Bu. Silahkan, air putih aja, Bu," sahut Dara. "Ini ada titipan dari mama aku, Bu, buat anak-anak sama buat, Ibu dan Kaili juga," lanjutnya sembari menyerahkan rantang makanan tersebut.

"Gak perlu repot-repot, Nak, Ibu jadi gak enak sama orang tua kamu," tutur Ibu Jupi dengan suara yang lembut.

"Gak repot kok, Bu, gak usah gak enak segala, Bu. Ini Mama emang sengaja ngebuatin buat anak-anak, Kaili, sama Ibu juga. Tadinya mau beliau langsung yang nganterin ke sini, tapi karena masih sibuk dan kebetulan juga aku ke sini jadi beliau nitipin ke aku aja," ujar Dara.

"Tolong diterima ya, Bu," lanjutnya lagi.

Ibu Jupi akhirnya menerima, karena Dara yang terus memaksanya. "Terimakasih ya, Dar." Dara menganggukkan kepalanya.

"Ibu, ke dapur dulu ya kamu mau ibu panggilkan, Kaili atau kamu aja yang ke kamarnya?" tanya Ibu Jupi.

"Aku aja deh ke kamarnya, gak apa-apa kan, Bu?" tanya balik Dara.

"Yaudah, Ibu tinggal, ya? Masih ingatkan kamarnya Kaili yang mana?" tanya Ibu Jupi lagi pada Dara.

Dara menganggukkan kepalanya. "Iya Bu, Dara masih ingat kok, yaudah Dara ke kamar Kaili ya, Bu."

Ibu Jupi mengangguk, Dara beranjak dari duduknya menuju kamar Kaili. Sementara Ibu Jupi sudah kembali ke dapur.

Tok ... Tok ... Tok

Setelah menunggu beberapa menit pintu kamar tersebut akhirnya terbuka dan memperlihatkan seorang gadis yang seumuran dengannya, ya siapa lagi jika bukan, Kaili.

Mata Dara melebar saat melihat penampilan, Kaili yang masih menggunakaan piyama dan rambutnya yang masih berantakan. "Astaga, lo baru bangun, Kai?" tanyanya.

"Gak, gue udah bangun sebelum subuh, cuman belum mandi aja," sahut Kaili.

Dara mengangguk, sedetik kemudian mata gadis itu sedikit menajam menatap dalam mata, Kaili.

Garis Mimpi (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang