Langit mulai menggelap ditutupi oleh awan hitam pekat, waktu telah menunjukkan pukul 19.30 wib.
Usai melaksanakan shalat isya, Kaili beranjak ke kamar mandi, setelahnya ia mengambil beberapa buku untuk ia pelajari karena besok sudah mulai ujian. Karena terlalu fokus membaca sampai-sampai ia tak menyadari seseorang yang berdiri di pintu kamar.
"Kai," panggilnya.
Kaili yang tengah fokus membaca itu seketika menoleh pada seorang yang memanggilnya.
"Eh Ibu, Kaili kira siapa, masuk aja. Bu," seru Kaili sembari melepas kacamatanya yang bertengger di atas hidungnya.
Seorang yang Kaili panggil Ibu itu melangkah masuk ke dalam kamarnya. Dan mendudukkan tubuh di atas kasur.
"Ada apa, Bu?" tanya Kaili menatap lembut Ibu Jupi.
Ya, seorang yang berdiri di pintu dan memanggil namanya itu adalah Ibu Jupi, pemilik panti asuhan yang menjadi tempat tinggal sekaligus orang yang telah merawatnya.
"Gak ada apa-apa, Kai. Ibu ke sini cuman mau lihat kamu belajar aja, setelah lulus dari SMA apa tujuanmu selanjutnya, Kai?" tanya Ibu Jupi membalas tatapan mata Kaili dengan begitu teduh.
"Bu," lirih Kaili. "Kalo aku memilih untuk menikah setelah lulus sekolah ini, apa ibu ridho dan merestui keputusanku?" lanjutnya menatap penuh harap jawaban dari sang ibu.
Ibu Jupi menangkup wajah Kaili. "Kai, apapun keputusanmu ibu akan selalu mendukung dan meridhoi, emangnya kamu gak mau kuliah atau bekerja?" tanyanya memeluk tubuh sang putri yang sedang duduk di kursi.
"Kalo kuliah kayaknya nggak, Bu. Tapi kalo bekerja iya sampai. Kai, ketemu jodohnya hehehe," ujar Kaili seraya tertawa kecil.
"Ngebet banget anak ibu kepengen kawin, apapun keputusanmu semoga itulah yang terbaik untukmu ke depannya," tutur ibu Jupi.
"Aamiin Allahumma aamiin."
"Yaudah, lanjut belajarnya gih, Saka-nya ibu bawa ke kamar dia ya," ujar Ibu Jupi yang sudah menggendong bocah laki-laki yang tengah tertidur pulas.
"Iya, selamat malam, Ibu."
"Selamat malam juga, Kai. Belajarnya jangan sampai larut malam, ya."
"Siap Bu bos."
Ibu Jupi keluar dengan menggendong Saka dari kamar Kaili, beliau memindahkan Saka ke kamarnya. Di rumah tersebut terdapat empat kamar, satu kamar diisi oleh ibu jupi, lalu satu kamar diisi oleh Kaili dan kamar lainnya diisi oleh anak-anak panti.
Sepeninggalan Ibu Jupi, Kaili kembali fokus membaca buku dengan kacamata yang kembali di pasang.
Ting!
"Eh," celetuk Kaili seraya mengusap pelan dadanya.
Terlalu serius membaca sampai suara ponsel yang pelan saja mampu membuatnya terkejut.
"Ngagetin aja, lu." Kaili tertawa kecil lalu ia mengambil benda pipih itu menggeser kuncinya ke samping kanan, hingga terbuka dan menampilkan pesan masuk di sana.
Kaili melihat siapa pengirim pesan tersebut. Dan di sana tertera nama 'Burung Dara' yang berarti pengirim pesan itu adalah, Dara sahabatnya.
Gadis itu menepuk jidatnya "Astaga, bisa-bisanya gue kelupaan ngirimin," tutur Kaili kala ia baru mengingat kalo tadi Dara memintanya untuk mengirim beberapa materi yang harus dipelajari untuk ujian besok.
Dengan cepat ia memoto buku-bukunya lalu mengirimkannya pada Dara. Kaili tertawa kecil, saat membaca rentetan ungkapan kekesalan dari Dara.
Setelahnya Kaili kembali memfokuskan tatapannya pada buku. Tak terasa malam semakin larut, sudah beberapa kali ia menguap. Namun, tak berniat beranjak dari tempat duduknya. Hingga tanpa sadar gadis cantik itu tertidur di meja belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Mimpi (SLOW UPDATE)
General Fiction(Belum dibuat langsung baca ceritanya aja)