2021 : Bulan Januari

21 13 25
                                    

[Happy Reading]••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Happy Reading]

"Kalo kata orang cinta itu rasa yang bisa kita rasakan setiap berdekatan dengannya tapi, menurutku sendiri cinta itu ketika kamu masih bisa merasakan padahal kamu jauh dari jangkauannya."
-Pristiva Malik

⊹。₊°⟡.⸙͎۪۫༄

Suara kicau burung kenari yang riuh semakin terdengar mengganggu ketika suaranya berubah menjadi alunan musik berirama kasar, Nayla bangkit dari tidur dan langsung mematikan ponselnya yang terus-menerus berdering nyaring tepat di sebelah daun telinga.

"Sial, hari ini ghey ada kelas online di google meeting jam tujuh pagi lagi," ucap gadis itu masih dengan mata yang tertutup dan enggan terbuka seraya melihat layar ponsel, gadis itu bangkit dari tempat tidur kemudian langsung berjalan menuju kamar mandi, bukan untuk mandi melainkan ia hanya akan cuci muka dan gosok gigi, karena itu adalah kebiasaannya selama pelajaran jarak jauh terlaksana.

Nayla mengambil kacamata oval dengan corak macannya yang ia taruh di atas nakas tempat penyimpanan buku tulis, gadis itu berjalan menuju meja belajar dan duduk seraya membuka juga menyalakan lipatan benda pipih dengan layar terang menyinari wajah sayunya.

Jari-jari Nayla terlihat mahir menari di atas laptop mengetikkan beberapa kata, tak lama kemudian ia membuka sebuah tautan google meeting untuk menghadiri kelas online yang baru saja diberikan oleh guru mata pelajaran.

Satu-persatu siswa kelas delapan sepuluh akhirnya masuk ke dalam ruangan meeting, guru yang kala itu tengah mengajar mereka mulai menyebutkan masing-masing nama sebagai tanda kehadiran, "Kirania Nayla." Gadis itu menekan sebuah tombol berbentuk mikrofon kemudian langsung meneriakkan kata hadir sebagai pertanda bahwa dirinya ada di dalam kelas Bahasa Indonesia itu, setelah menjawab ia segera mematikan kembali mikrofonnya dan kemudian langsung menuju kasur untuk kembali berleha-leha.

Sistem sekolah yang dilakukan dari rumah hampir menjadikan Nayla seorang gadis pemalas, ia berubah 180 derajat, dirinya sekarang jauh lebih ketus atau bahkan jauh lebih tak suka berkomunikasi dengan orang yang menurutnya sudah hilang, Malik contohnya.

TING!

Suara notifikasi dari ponsel yang ia tengah pegang di kedua tangannya berhasil membuat Nayla merasa penasaran dari siapa pesan itu terkirim, Malik. Dirinya sudah tak seantusias dulu jika dapat satu notifikasi pesan dari
Malik, teman kecilnya, padahal baru kemarin ja merasa senang ketika Malik kembali menyapa.

Sama seperti sebelumnya, percakapan di antara mereka kala itu hanyalah sebatas menanyakan tugas yang diberikan oleh guru yang kebetulan sama seperti, apakah tugas ini sudah, kalau yang ini sudah atau belum? Tak ada percakapan yang bertanya bagaima...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama seperti sebelumnya, percakapan di antara mereka kala itu hanyalah sebatas menanyakan tugas yang diberikan oleh guru yang kebetulan sama seperti, apakah tugas ini sudah, kalau yang ini sudah atau belum? Tak ada percakapan yang bertanya bagaimana kabarmu atau apakah kau ingat hari di mana kita mencoba untuk bermain di kala eyangmu tertidur.

Nayla sama sekali tak memedulikan Malik lagi saat itu, karena hatinya sudah terbawa arus cinta oleh seorang adik kelas yang baru saja masuk SMA tahun lalu, sedangkan Malik lah yang sekarang mencoba untuk menarik perhatian Nayaka kembali padanya.

"Nayla ada, Zara," seru Ina—Bunda Nayla dengan suara cempreng nan lantangnya.

"Iya, Bunda," sahut Nayla seraya menyunggingkan senyum, gadis berkacamata itu langsung membanting ponselnya ke atas kasur dan berlari menuju teras untuk menghampiri sahabat semenjak sekolah dasarnya, Zara.

"Hai, Zar. Tumben gak kabarin gue dulu kalo lo mau ke sini?" tanya Nayla heran seraya merenggut dan mempersilahkan sahabat satu-satunya itu masuk ke dalam rumah karena keadaan di luar sangat memperihatinkan akibat pandemi yang melanda dunia.

Belum sempat Nayla duduk di atas sofa sahabatnya itu langsung menghembuskan napas kesal, sambil menyimpulkan senyum kemudian melototi Nayla yang sempat memasang wajah bingung. "Kenapa si, Zar?" tanya Nayla heran dengan kedua alisnya yang ia tautkan.

"Lo kenapa si sama Malik, Nay?" Perkataan yang terlontar dari mulut Zara berhasil membuat Nayla tambah menganga keheranan, tentu saja dirinya tak mengerti apa yang dimaksud oleh perempuan di depannya ini, maksudnya Zara lah.

"Maksud lo? Gue kasih kok jawaban gue ke dia, emangnya dia ngadu apa sama lo?" jawab Nayla dengan kembali melontarkan pertanyaan.

"Gue capek tau gak jadi perantara kalian, Malik suka, Nay. sama lo, dia ngechat gue cuma buat tanyain gimana kabar lo, Nayla inilah, Nayla itulah bukan sekedar  ngomongin tugas aja."

"Terus? Gue juga tapi, kayaknya dulu." Nayla mengangkat bahunya tak acuh, ia kembali mengalihkan pandanganya ke arah lain agar matanya tak bertemu dengan dua bola mata tajam milik Zara yang tengah berdiri di hadapannya. "Zar, lo tau kan kalo gue jatuh cinta sama adek kelas manis itu? Terus kenapa gue harus sama Malik? Muak banget gue sumpah sama itu anak, dari TK, SD, SMP sama dia mulu. Awas aja kalo SMA nanti kita satu sekolah juga, lagian kita masih temenan kok, cuman bedanya sekarang dia punya kehidupan cintanya sendiri dan gue juga," jelas Nayla panjang lebar dan hanya dibalas putaran dua bola mata Zara.

Zara kembali menghela napas pasrah, ia menunjukkan sebuah notifikasi pesan dari ponselnya yang dikirimkan oleh Malik lima belas menit yang lalu. "Look, you're his first love! Gue yakin dia tuh masih suka sama lo, kayaknya lo doang yang sekarang punya kehidupan cinta sendiri," seru Zara gregetan dan langsung duduk di sebelah Nayla karena sejak tadi teman perempuannya itu tak sama sekali menyuruhnya duduk.

Memang benar apa yang gadis bertahi lalat di atas bibirnya itu ucapkan tadi, Malik memang mengirimkan beberapa pesan yang berisikan berbagai pertanyaan singkat tentang Nayla di dalamnya, gadis berkacamata itu terdiam cukup lama sambil menyunggingkan senyuman miring, kemudian ia kembali mengangkat bahu dan mendapati Zara menggeram ke arahnya. "Setidaknya lo bantu gue buat jawab pertanyaan orang yang jatuh cinta ini, tolong!" pinta Zara dengan wajah memelas, Nayla yang tak tega langsung berdecak sedikit kesal kemudian merampas ponsel Zara dari tangannya.

Entah apa yang diketikkan oleh Nayla di layar ponsel milik Zara, gadis itu hanya menyunggingkan senyum kemudian kembali menyodorkan benda pipih milik temannya, "Ayo ke kamar," celetuk Nayla dan langsung bangkit dari sofa kemudian berjalan menuju kamar mendahului Zara yang masih sangat amat penasaran apa hal yang diucapkan Nayla melalui ponselnya yang terus-terusan bergetar karena mendapatkan jawaban dari sang Malik.

Kalo mau tanya kabar, langsung chat orangnya aja.

Jujur saja, sebetulnya Nayla juga tak pernah mencoba melupakan Malik dan masa-masa indahnya secara utuh tetapi, ia masih buta dan tak mau menyadari bahwa sebenarnya jauh di lubuk hati kecilnya ia hanya mencintai Malik sampai kapan pun. Sepertinya Nayla akan selalu jadi topik pembicaraan Malik kepada Zara, satu-satunya teman dekat Nayla sejak sekolah dasar walaupun pesan yang dikirimkan terakhir sedikit tidak enak dipandang.




[Bersambung]

•••[Bersambung]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sempurna [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang