2018: (Pertemanan/Cinta) Lama Bersemi Kembali

20 9 17
                                    

[Happy Reading]•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Happy Reading]


"At least kita gak berbohong soal perasaan kita saat hari itu".

-Kirania Nayla

⊹。₊°⟡.⸙͎۪۫༄

Ujian Praktik Kelulusan, tak terasa sudah hampir terhitung satu tahun Nayla berada di kelas akhir dalam masa sekolah dasarnya, kali ini gadis itu sudah memiliki banyak teman. Termasuk teman lama, Zara dan Malik juga menjadi teman sekelasnya sejak kelas lima. Padahal, dirasa baru kemarin mereka menginjakkan kaki di kelas akhir ini.

Tahun ajaran baru kemarin semua murid-murid yang naik ke kelas enam sudah tidak lagi diantar orang tua terutama Ibu mereka untuk perebutan bangku. Namun, berbeda dengan Nayla, kali ini Bundanya ikut datang ke sekolah untuk perebutan bangku, katanya agar dia duduk di depan dan dapat belajar lebih serius. Maklum, kelas akhir dalam sekolah selalu akan menghadapi banyak ujian.

"Sini kamu duduk di sini," ucap Ina-Bunda Nayla yang gila kerja- "Kalo ada ibu-ibu dateng dan nyuruh kamu pindah jangan mau ya! Bunda langsung pulang, belajar yang bener," lanjut Ina dan langsung pergi meninggalkan Nayla sendiri di kelas barunya.

Nayla melirik ke segala arah, ia tak melihat satupun orang tua dari teman-temannya yang ikut ke sekolah kala itu padahal, gadis itu tadi sempat antusias karena akhirnya Bunda Ina mau mengantar ke sekolah dan melakukan perebutan bangku."Aku malu," ucap Nayla dengan suara kecil yang hampir tak terdengar.

"Loh, Nay? Itu siapa?" tanya seorang anak laki-laki yang saat itu muncul dari belakang tubuhnya.

Nayla menoleh ke belakang dan mendapati seorang Malik sudah duduk di belakangnya seraya menunggu jawaban dari pertanyaan yang ia ajukan tadi. "Bundaku." Jawaban yang dilontarkan oleh gadis itu berhasil menyita perhatian Malik, laki-laki itu menganga dan membuat ekspresi wajah tak percaya.

"Masa? Kok muda banget, kaya kakak kamu tau," ujar Malik menggeleng-gelengkan kepalanya takjub.

Nayla tersenyum canggung dan mengangguk sopan lalu dirinya kembali menghadap depan kelas untuk melamun memikirkan perkataan yang baru saja Malik ucapkan. Betul memang Ina adalah Bunda Nayla dan tak jarang ada seseorang yang menganggap bahwa Ina adalah kakak perempuan gadis itu juga.

⊹。₊°⟡.⸙͎۪۫༄

"Ujian praktik tata boga akan dilaksanakan per kelompok ya, Bapak sudah bagikan kelompoknya. Jadi saat dipanggil nanti tolong berdiri dan berbaris di depan kelas." Seorang guru laki-laki yang bertubuh gemuk tinggi itu turut menyebutkan satu-persatu nama anak muridnya, ia memandu mereka untuk duduk setelah semua berbaris tiap kelompok.

"Nayla. Malik. Kalian satu kelompok bersama Zara dan teman-temannya ya," lanjut Pak Arif dan mempersilahkan kelompok terakhir itu duduk di tempatnya.

"Asyik! Kita satu kelompok, Zar!" seru Nayla dengan senyuman yang merekah seraya duduk di bangku kosong tepat berada di sebelah kiri Malik.

Tugas pertama mereka sebagai kelompok sekarang ialah menjahit taplak meja untuk meja yang akan mereka gunakan pada hari praktik tata boga nanti.

Sebuah kain lebar yang diberikan oleh Pak Arif berhasil membuat seluruh murid-murid tercengang, Apakah bisa sekelompok anak SD menjahit hiasan untuk taplak meja ini? batin Nayla sambil masih dengan mata melotot dan mulutnya yang menganga.

"Gampang ini mah, kita Cuma jahit hiasan aja kan?" ucap Malik tak acuh dan merasa tinggi karena dirinya sendiri tahu cara menjahit.

"Kau bisa menjahit, ya? Ajari aku dong," pinta Nayla antusias dengan senyuman manis dan salah satu alisnya ia turun naikkan.

"Tenang, nanti kita buat bareng-bareng, kita kan satu kelompok," ujar Malik masih dengan senyuman dan nada bicara yang tinggi alih-alih berusaha menenangkan Nayla.

"Ekhemm.. nanti CLBK lagi ni," ledek seorang perempuan yang tak lain dan bukan adalah Zara kemudian diikuti oleh gelak tawa juga ledekan dari teman-teman sekelompoknya. "Kalian percaya gak si, kita di sini cuma jadi nyamuknya Malik dan Nayla?" lanjut Zara menghasut yang lain.

Ledekan terdengar jelas di telinga Nayla dan Malik tapi, anehnya kedua manusia yang akan menuju remaja itu justru senang mendapatkan ledek-ledekan yang di seru oleh teman-teman satu kelompoknya.

"Apasi kalian ini," titah Nayla berusaha menahan senyuman manisnya alih-alih menyuruh teman-temannya itu diam dan kembali menjahit bagian mereka.

"Tau ni, berisik banget, kerjain udah," sahut Malik dengan suaranya yang sedikit cempreng kemudian terkekeh salah tingkah.

Sepasang mata dua orang yang akan remaja itu bertemu secara tiba-tiba, detakan jantungnya yang bergerak cepat menyapa mereka. Kalo kata Nayla saat itu namanya sakit jantung. "Gimana? Gampangkan, tinggal satu-satuin aja benangnya, abis itu ditarik kalo udah masuk ke lubang di sisi ini," ujar Malik mengalihkan perhatian serta masih mengajari Nayla cara menjahit.

"Ga! Gampang apanya?! Ini susah banget, dia copot melulu padahal udah aku masukin ke lubangnya," jawab Nayla yang sama kikuknya dengan pemuda itu.

"Salah, Nay. Bukan lubang yang itu tapi, yang ini." Laki-laki bertubuh kurus dengan rambutnya yang lurus itu mengambil benang yang masih teman perempuannya pegang, ia menggantikan Nayla dan langsung memulai aktivitas demi menjahit bagian Nayla.

"Lihat ni ya, yang ini loh, Nay. Bukan itu, lanjuti ni," ujar Malik seraya menyodorkan benang tadi kepada sahabatnya itu.

"Okey dokey, terima kasih Malik."

Kalo kata orang dewasa, kejadian debar jantung antara dua orang yang tiba-tiba cepat karena sebuah aktivitas bersama itu adalah cinta. Ya, keadaan itulah yang terjadi dengan Nayla dan Malik, sepertinya kedua orang yang hampir remaja satu ini baru menyadari rasa yang ada di hati mereka sejak sekian lama adalah perasaan cinta, cinta pertama.

"Nah, lihat. Mudahkan menjahit," Malik mengangkat kain besar itu dan menunjukkan bahwa dirinya telah berhasil menjahit bagian milik Nayla dan langsung membuat wajah meledek bersiap meledek perempuan itu. "Nay, kamu perempuan boongan ya? Aku saja yang laki-laki bisa menjahit, masa kau gak bisa? Cemen," ujar laki-laki itu meledek Nayla dengan senyuman miringnya.

Nayla yang mendengar ledekan itu langsung berdiri tak setuju dan menyamakan wajahnya sejajar dengan wajah laki-laki itu, karena jujur saja saat itu Malik hanya seorang laki-laki pendek bahkan sedikit lebih pendek daripada Nayla. "Enak aja aku dibilang perempuan boongan, dasar pendek," sahut Nayla memutar bola matanya malas.

Malik membulatkan matanya, ia kembali duduk di kursinya dengan wajah masam dan kembali menjahit kain besar yang sedari tadi ia pegang. "Lihat saja kau, Nayla, aku pasti akan tumbuh jauh lebih tinggi daripada kau sekarang," seru Malik seraya menunjuk ke arah gadis di sebelahnya.

Teman-temannya yang sedari tadi hanya menjadi penonton kebisingan mereka saling bertukar pandang dan menggelengkan kepala mereka lelah menanggapi. "Semoga nanti besar kalian jodoh ya," celetuk Zara menghela napas pasrah.




[Bersambung]

•••[Bersambung]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sempurna [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang