[Happy Reading]
•
•
•
Dua pekan sejak hari di mana Nayla marah kepada Malik karena kejadian di mall sepasang kekasih itu masih merasakan perang dingin di antara mereka. Berulang kali Nayla mengirimkan pesan kepada pacarnya ia sama sekali tak langsung mendapatkan jawaban padahal baru beberapa detik lalu Malik membuka aplikasi WhatsApp miliknya.Pernah sekali ketika gadis itu tengah menunggu notifikasi dari Mali tapi, tak kunjung ia dapatkan sebaliknya ia justru tertidur lelah dan bangun keesokan paginya dengan situasi dan kondisi yang sama tanpa satu pun pesan yang muncul dari sang kekasih.
Nayaka langsung memutarkan bola matanya dan membuang ponsel genggam yang tengah ia pegang ke sembarang arah, is menidurkan dirinya di atas kasur seraya memikirkan hal baik untuk ia. “Gue serius kali ini,” ucapnya lagi setelah terdiam cukup lama memandang langit-langit kamar sembari bangkit dari rebahnya dan duduk untuk memikirkan lagi bagaimana caranya untuk ia menyampaikan keinginan Ini kepada Malik. Gadis itu mencondongkan tubuhnya ke arah ponsel yang ia lempar disisi lain kasur, tangannya memanjang dan jari-jemarinya berhasil menggapai benda pipih itu dengan sedikit tenaga dan effort lebih pastinya.
Gadis berkacamata itu kembali membuka ponselnya dengan penuh rasa berani, jari-jemari milik Nayla menari riang penuh keraguan untuk merangkai kata demi kata agar menjadi beberapa kalimat tentunya dengan tujuan akan mengakhiri hubungannya dengan laki-laki pertama yang berhasil membuat dirinya jatuh cinta lagi.
Berulang kali Nayla kembali membaca rangkaian kata yang telah siap untuk dikirimkan, pikirnya ia ingin segera mengirimkan pesan itu. Namun, hati kecilnya berbicara seolah-olah tidak menyetujui apa yang akan gadis itu lakukan kali ini. Jangan tinggalin Malik, Nay. Nanti kamu sedih.
Perdebatan yang panjang antara Nayla dan hati kecilnya selesai ketika pada akhirnya gadis itu dengan sengaja menekan tombol kirim pesan, jujur saja ia sangat amat khawatir bahwa apa yang diucapkan oleh hati kecilnya benar.
Tetapi apakah salah jika gadis itu mengakhiri hubungan antara dirinya dan laki-laki itu dengan terburu-buru karena sudah tak sanggup menahan rasa kesal diabaikan selama dua pekan? Aku rasa itu tidak masalah selama sanggup, benar bukan?
Lima belas menit berlalu begitu saja dengan cepat dan kilat tentu saja, suara yang disertai getaran halus terdengar menyambut jelas kedua telinga Nayla dan manusia lain, dirinya tahu bahwa notifikasi itu berasal dari ponsel dan beberapa gelembung dari Malik.
Perlahan dengan ragu Nayla meraih ponsel genggam miliknya dan menyalakan layarnya seraya menutup kedua matanya kemudian membukanya juga dengan pelan. Terlihat beberapa pesan masuk dari Malik dan tiap gelembung-gelembungnya menunjukkan bahwa pemuda itu sangat tidak ingin berpisah dengan sang gadis.
Begitulah kira-kira jawaban dari sang empu, Nayla sebenarnya bingung kata apa yang cocok untuk dikirimkan kembali pada Tenggara, ia memang kesal tetapi benar juga kalau dibilang bahwa ia masih cinta bahkan jika ditelusuri kedalam hatinya cinta milik Nayla jauh lebih besar ukurannya dibandingkan dengan tugas-tugas yang menumpuk miliknya.
Menurut Nayla kejadian ini memang sedikit berlebihan tetapi, bukankah itu berhasil membuat Nayla tenang, gadis itu benar-benar mengakhiri hubungannya, berbeda dengan kebiasaan para gadis yang langsung memblokir kontak mantan. Nayla justru tetap membiarkannya terbuka hanya untuk menjaga pertemanan yang sudah mereka miliki sejak taman kanak-kanak.
Setelah gadis itu memutuskan hubungannya dengan Malik, ia jadi teringat satu kejadian yang berhasil membuatnya menghela napas sesak.
⊹。₊°⟡.⸙͎۪۫༄
Hari mulai sore kala itu, terlihat seorang gadis tengah mondar-mandir bak setrikaan panas di tepi lapangan sekolahnya, ia memang sedang menunggu seseorang tetapi rasanya orang yang ia tunggu tak akan datang.
“Jadi main gak lu, Lik?” tanya seorang laki-laki atau lebih tepat disebut saudara laki-lakinya itu sembari berjalan menghampiri Malik yang sedang merapihkan alat tulisnya karena pelajaran sudah selesai. Kala itu memang tahun terakhir angkatan Malik berada di SMP maka dari itu mereka semakin sering main bersama teman-temannya agar mempunyai kenangan.
Malik terdiam sebentar dan kemudian turut menyetujui ajakan saudaranya, Tama. “Eh tapi cewek gua gimana, Tam?” sela Malik menghentikan langkahnya.Tama mendengus dingin dan langsung merangkul bahu milik Malik. “Sans, Nayla kan sayang sama lo, jadi gak mungkin dia marah. Tama memang ahli dalam merayu Malik hingga lelaki manis berkulit kuning langsat itu turut mengikuti apa katanya.
Namun, Malik tetap lah kekasih Nayla, alhasil pemuda itu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan membuka ruang pesan dengan Nayla.
Nay, maaf aku main ya..
Selesai mengirimkan kabar, laki-laki itu langsung memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku tanpa menunggu balasan dari sang empu.
—
Suara getaran ditimbulkan oleh ponsel seorang gadis yang tengah duduk di atas bangku taman sekolah, ia merogoh kantung dan langsung menyalakan layar ponsel. “Lagi?” ucapnya seraya memanyunkan bibir kecewa.
Nayla bangkit dari tempatnya duduk dan lanjut berjalan menuju gerbang meninggalkan kawasan sekolah, langkah kakinya yang terseok-seok turut mengikuti badannya yang bergerak maju.
“Rumah masih jauh ya?” gerutu gadis itu seraya berjalan di trotoar dengan tubuhnya yang lemas karena kekecewaan, padahal seharusnya Malik kekasihnya itu langsung memberitahukan sebelum Nayla menunggunya selama dua jam di tepi lapangan hingga taman sekolah.
Nayla tersenyum kecil setelah membaca lagi satu gelembung pesan dari kekasihnya kemudian ia terkekeh geli merasakan takdirnya yang buruk. Dasar remaja, baru ditinggal kekasihnya saja sudah merasa bahwa dirinya dilanda keburukan hidup.
•
•
•
[Bersambung]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempurna [TERBIT✓]
Teen FictionCeritanya belum selesai.. "Selamat abadi dengan namaku di sampulnya, Malik." -Kirania Nayla Ku persembahkan cerita ini untukmu, wahai pemuda aneh bermata sayu. Kau tau kalau cerita tentang kita tak akan pernah bisa aku lupakan begitu saja, bukan...