SEMBILAN

3 0 0
                                    

"...bbianca??"

"iyaa namanya bianca"

Wajah carlo berubah menjadi kaget dan cemas kemudian dia ingin memastikan lagi sesuatu hal buruk yang terlintas di pikirannya itu tidak mungkin terjadi

"apakah taman bunga itu tempat...favoritnya?" matanya memerah dan air sudah menumpuk disana

"iyaa..kau benar, dulu sebelum aku dan kakakku tinggal di asrama. Dia sering mengajak kita berdua kesana dan dia bilang jika suatu saat dia akan mengenalkan sesorang yang biasa dia juga ajak kesana tapi aku masih tidak tau siapa orangnya sampai sekarang. Dia belum sempat memberitahuku namun dia sudah tenang di atas sana"

"tidak mungkin"

Air mata carlo menetes deras membasahi kedua pipinya, dia bangkit dari tidurnya, melepas jarum infus dan berlari keluar ruangan dengan keadaan tubuh yang belum sepenuhnya sehat

"carlo...hey kau mau kemana? Kau baru saja siuman" berlari mengejarnya

Pria nekat itu berlari dengan sedikit terhuyung karena kepalanya pusing, namun dia tetap kabur dari rumah sakit itu. Memanggil taxi dan meninggalkan donna yang terlambat mencegah dirinya, tidak ingin membiarkan carlo kabur donna dengan cepat berlari kearah mobil miliknya dan kemudian mengikuti arah taxi yang ditumpangi oleh pria tersebut.

Sampai akhirnya donna ingat sekali dengan jalanannya, jalanan menuju tempat dimana dia, kakak dan ibunya dulu pernah tinggal di sebuah rumah sederhana di daerah tersebut.

Mobil taxi itu berhenti tepat di depan rumah miliknya dulu membuat donna bingung dan bertanya-tanya sebenarnya pria ini itu siapa?

Carlo berlari masuk ke dalam rumah dan tidak membayar uang taxinya kemudian donna langsung turun dari mobil dan berlari ke arah supir tersebut lalu membayar tagihan biaya tumpangan carlo

"dia ini kenapa sebenarnya" gumam donna sambil berlari ke arah rumah dengan pintu yang terbuka

"tidak..ini hanya mimpi..bianca..tidak" mengacak acak sofa, rak berisi kaset-kaset film, buku dan kemudian berlari ke kamar

"dimana..dimana telepon nya..." ucapnya terengah-engah

Kemudian carlo berhasil menemukan benda tersebut, dan segera menekan nomor kontak yang bertuliskan "my future wife" disana

"jawab aku...jawab, ayo angkat telponnya bilang jika ini semua bohong aku tidak akan marah padamu"

Dia terus berulang-ulang menekan nomor pada telepon lawas tersebut tapi karena usahanya tidak membuahkan hasil dia menelpon bianca melewati ponsel pribadi miliknya, hingga tangannya gemetaran dan tidak bisa berhenti menangis namun suara dari seorang wanita yang sangat ingin ia dengar itu tidak kunjung menjawab panggilan darinya.

"bianca...maafkan aku...maafkan aku"

nafas pria itu tidak beraturan dia terus menangis dan sampai beberapa menit kemudian tubuhnya yang sudah lemas terduduk di lantai kamarnya. Ternyata seorang wanita yang daritadi mengikutinya terus memperhatikan carlo dengan segala emosi yang diluapkan oleh pria itu, donna sungguh tidak mengerti dengan apa yang sudah dilihatnya. Dalam batinnya sudah menumpuk berbagai macam pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan kepada carlo "kenapa dia berubah menjadi histeris seperti ini setelah mendengarkan cerita tentang ibu tadi, seperti dia juga merasakan sakit yang dulu pernah aku rasakan saat kehilangannya. Kenapa dia terus memanggil nama ibu dan meminta maaf? Sebenarnya ada hubungan apa antara carlo dengan ibu?"

Akan tetapi donna tau, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menanyakan semua hal itu. Dia mencoba perlahan mendekati carlo yang sekarang sudah lemas tidak memiliki tenaga lagi untuk berteriak atau menangis, pandangan matanya kosong dan tubuhnya tersender di sisi samping ranjang.

ANGEL INSIDE OLD PHONE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang