9 : Supermarket

2.1K 152 10
                                    

Mampir ke minimarket sebelum pulang, Jenggala mendorong troli mengikuti langkah Putia yang sibuk memilih bahan masakan, seperti daging segar, seafood, ayam, dan ceker. Tak lupa pula membeli bahan kue, mie instan dan camilan ringan.

”Put, aku ke toilet dulu ya. Pengen pipis.”

Putia berbalik, belum sempat mengiyakan Jenggala lebih dulu melangkah pergi membuat Putia tertawa. Mungkin sudah di ujung sampai membuat suaminya itu berlari kecil.

Melanjutkan menyusuri rak-rak, Putia mendorong troli memasukan dua kotak susu bubuk khusus ibu hamil dengan rasa berbeda. Fokus membaca komposisi di dalamnya, Putia merasa ada seseorang yang menyenggol bahunya sampai kotak susu yang tengah ia pegang terjatuh ke lantai.

”Papa?”

Pria yang memakai topi itu menunduk, mengambil serta susu yang terjatuh. Putia merasa sesak dan oksigen di sekitarnya menyempit ketika melihat siapa yang ada di hadapannya ini.

”Papa Alex?”

”Puput?”

Kedua alis Alexander tertarik ke atas, Putia menganggukkan kepala, mata Alexander justru melihat apa yang tengah ia pegang, mengembalikan pada troli yang semula di dorong Putia. Akhirnya, ia menemukan keberadaan perempuan itu.

”Kamu udah nikah, Put?”

”Udah, Papa apa kabar?”

”Papa minta uang, Put.”

”Buat apa?” Putia senang ketika bisa bertemu kembali dengan Alexander, namun mendengar sang Papa meminta uang dengan gamblang jelas membuatnya ragu.

”Papa baru di pecat dari kerjaan.”

Putia menghela nafas, ”Papa butuh berapa?”

”20 juta.”

”Banyak banget,” gumam Putia pelan.

”Yaudah kalo gak mau ngasih.”

Alexander hendak beranjak namun Putia lebih dulu menahan tangannya membuat pria itu diam-diam tersenyum.

”Puput transfer aja ya.”

Setelah memasukan nomor rekening atas nama Alexander, Putia memasukan jumlah yang Papa minta di sambut antusias dan senyuman, tak lupa Alexander juga mengusap rambut anak perempuannya membuat Putia tersenyum.

”Dafa dimana?”

Tanpa mengucapkan terimakasih atau semacamnya, Alexander justru bertanya hal lain. Namun, Putia sama sekali tidak menaruh benci terlebih yang pria itu tanyakan adalah adiknya, ”kayaknya masih di kampus.”

”Kalau Saras?”

Putia terdiam sesaat dengan pertanyaan yang Alexander lontarkan. Putia jelas mampu menjawab, namun kepergian Alexander dahulu ketika kakak perempuannya itu meninggal, merasa bersalah karena tidak bisa mendapat uang untuk pengobatan lebih lanjut untuk Saras.

”Kak Saras kan udah gak ada, Pa.”

”Iya, harusnya yang meninggal kamu ya, Put.”

Alexander terkekeh kecil sebelum menyadari jika ada seseorang yang berjalan ke arahnya. Dari kejauhan Jenggala menyipitkan mata ketika Putia terlihat tertekan, istrinya itu juga menjauhkan bahu ketika si pria yang tak ia kenali meremas kedua bahu membuat Putia terlihat meringis.

”Heh, siapa lo?”

Jenggala menepis kasar tangan pria itu membuat Alexander menjauh dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Putia mengusap kedua pipi, tak sadar air matanya tumpah membasahi wajahnya, Jenggala yang melihat itu menarik Putia ke dalam pelukannya, mengusap punggungnya berkali-kali.

GAPUT: After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang