17 : Lack of communication

2.1K 143 17
                                    

Setelah pembicaraan alot semalam, Putia memikirkan berbagai hal. Apa yang sudah ia lewati hingga membuat Jenggala drugs. Oke, lupakan Pamela. Putia mencoba menghilangkan bayangan Jenggala HS bersama gadis itu yang justru membuatnya semakin sakit. Jenggala masih tidur di saat dirinya membongkar paket berisi ikat pinggang dan parfum yang rencananya akan ia hadiahi pada Ransi yang hari ini di lantik di kantor kejaksaan Jakarta Selatan.

"Kamu mau kemana?"

Mata pria itu perlahan terbuka dan mendudukkan diri, melihat Putia sudah rapi dengan balutan kain songket dan kaos putih jelas membuat Jenggala merasa penasaran.

"Kejagung."

Menjawab tanpa menoleh, Putia masih sibuk membuka paket dan mencium aroma parfum yang semoga saja cocok dengan selera Ransi. Jenggala yang melihat itu hanya menganggukkan kepala dan beranjak dari ranjang.

"Ngapain?"

"Ransi pelantikan hari ini."

Mendengar itu Jenggala tersenyum miring, terkekeh membuat Putia mengatensikan pandangannya pada suaminya itu. Wajah Jenggala terlihat masih sayu, anak rambutnya terlihat basah dan pria itu kembali duduk di ranjang setelah menutup pintu kamar mandi.

Putia mengernyit ketika Jenggala kembali diam, pria itu terkekeh seolah meremehkan dan membuat dirinya heran.

"Kenapa?"

"Sibuk terus sama temen-temen kamu itu."

Jenggala bicara namun matanya tetap mengarah pada ponsel. Seakan Putia bukanlah perempuan penting baginya.

"Kamu kenapa sih?"

Putia menarik ponsel Jenggala membuat pria itu berdecak. Mengingat ponsel, milik Putia justru belum ia ganti. Jenggala berusaha menggapai ponsel miliknya namun Putia justru menjauhkannya dari jangkauan, "kalo ngomong sama orang itu jangan main hape, gak sopan!" Putia mengembalikannya, dan Jenggala kembali tersenyum miring, "lucu kamu, Put."

"Ha?"

Putia tau, ucapan itu bukan pujian, melainkan bentuk sarkas.

"Kamu pengen dihargai, tapi menghargai balik enggak bisa."

"Jengga."

"Giliran aku main hape pas ngomong aja kamu marah, tapi kamu sendiri aku tanya malah sibuk sama parfum buat sahabat kamu itu. Kamu sadar gak sih disini siapa yang ... "

Putia menyentuh tangan Jenggala membuat pria itu terdiam dan tak melanjutkan ucapannya, Putia kembali dengan matanya yang berkaca-kaca. Entah sudah berapa kali ia mengeluarkan tangisan akhir-akhir ini, yang jelas Putia sudah lelah. Lelah menebak-nebak dengan segala yang terjadi.

Putia merasa, Jenggala membencinya karena satu hal.

"You could tell me, apa yang aku enggak tau, Jengga."

" ... Aku ada salah sama kamu?"

Jenggala menggelengkan kepala, ia juga harus bersiap untuk pergi ke kantor. Melanjutkan permasalahan dan membicarakan apa yang selama ia rasa tidak ada gunanya. Kalau pun ia bicara, titik permasalahan itu akan tetap pada dirinya dan ia tetap menjadi orang yang di salahkan.

"Kamu gak salah apapun," ujarnya kemudian.

"Jangan bohong!"

"Iya, that woman is always right."

Jenggala hendak membuka walk in closet, namun matanya lebih dulu menangkap baju yang telah Putia siapkan. Perempuan itu menahan tangan Jenggala yang hendak menjauh, ia mengingat ketika Jenggala sempat marah dan menyinggung ketiga teman KKN mereka.

GAPUT: After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang