”Lo tuh kayak orang susah, baju aja gak kebeli.”
Niatnya mau langsung pergi karena sudah di tunggu, namun tamu yang tak lain adalah adik iparnya justru datang. Kalingga, mendorong bahu telanjang Tyas, gadis itu hanya memakai tank top crop ketat yang mencetak kedua payudaranya, juga celana jeans pendek yang pendeknya hampir memperlihatkan celana dalam.
”Terserah gue!”
Tyas tidak terima dan mendorong bahu Kalingga sebagai pembalasan, ia melenggang masuk membuat Putia menggelengkan kepala. Putia ingin komentar dengan pakaian Tyas yang teramat minim, tapi ia merasa tak berhak.
”Mau ikut ke Puncak, Yas?” tanya Putia melihat adik iparnya itu mengambil sekaleng bir yang tersedia di kabinet dapur.
”Nggak, Kak. Males! Mau party.”
Jenggala yang mendengar ucapan adiknya berdecak. Pria itu tampil casual, memakai kaos polo warna putih dan celana jeans.
”Hamil gue gorok lo, Yas.”
Tyas terbatuk, ia menepuk dadanya beberapa kali, kaget.
”Nggaklah, ’kan pake kondom.”
”Tolol!” balas Kalingga.
”Kirain kesini karena mau ikut,” ucap Putia.
Tyas menggelengkan kepala, menunjuk Kalingga, ”tuh si Kaling! Aku mau ke rumah temen, eh dia malah nebeng.”
”Pelit banget lo, sekalian juga.”
Putia menengahi, ia membantu Jenggala membawa satu ransel miliknya untuk di masukkan ke dalam mobil, Kalingga menjulurkan lidah pada Tyas dan keluar lebih dulu.
”Jadi yang ikut Kaling doang?” tanya Putia.
Kalingga mengangkat jempol, pemuda SMA yang memakai head band itu membuka pintu mobil bagian belakang dan duduk tenang, tidak mau lagi berhadapan dengan Tyas yang membuatnya muak. Si jelek keras kepala, sebutan darinya.
”Yaudah have fun, aku berangkat. Dadah!”
”Jangan kelewat batas!”
”Gak janji.”
Tyas melambaikan tangan tanpa berbalik, melajukan mobilnya membuat Jenggala mendengus kemudian melirik Putia yang memiringkan kepala, seolah bertanya mengapa suaminya itu mendengus ketika adik perempuannya pergi.
”Dia lagi nyari jati diri,” ujar Putia menenangkan Jenggala.
”Aku dulu gak gitu-gitu banget, masuk bar juga jarang.”
Keduanya masuk ke dalam mobil setelah di rasa tidak ada yang tertinggal, di dalam Kalingga sudah anteng dengan ponsel miring, bermain game tanpa terganggu ketika Jenggala menegurnya. Membunyikan klakson, Jenggala mengendarai mobil sesekali melirik pada Putia.
”Udah di omongin sama Mami?” tanya Putia.
Keduanya masih memusatkan obrolan dengan Tyas sebagai objeknya. Jenggala mengangguk, bahkan Guntur juga sudah turun tangan, menasehati sebagaimana orang tua yang rawan terhadap pergaulan jaman sekarang. Bagaimana pun, Guntur tak ingin keempat anaknya seperti dirinya di waktu lampau.
”Belom hamil mah mana tobat itu si Tyas,” ujar Kalingga.
Pemuda itu menyudahi game online di ponsel dan ikut menimbrung. Turut lelah karena ucapannya tidak pernah Tyas dengarkan, menganggap jika dirinya hanyalah bocah kencur yang baru masuk sekolah menengah atas.
”Gak boleh ngomong gitu,” tegur Putia.
”Bener, Kak. Pake baju udah kayak lonte lagian.”
”Hush!”
KAMU SEDANG MEMBACA
GAPUT: After Marriage
ContoKehidupan Jenggala dan Putia, berlanjut disini. Kuliah, kerja, nikah. Setelah menikah apa ya? Tentang Putia yang di hadapkan dengan seorang Jenggala yang ternyata bukan dari keluarga sederhana, melainkan anak dari seorang pengusaha sukses dari Sydne...